Pada kurung waktu 20 tahun terakhir, sangat
terasa pergeseran budaya yang terjadi di masyarakat mattoangin, Desa Anrang
Kab. Bulukumba dan saya rasa bahwa ini juga terjadi pada kampung-kampung lain
di Indonesia yang pada masa hidup berbudaya dan beradab.
Pergeseran yang
terjadi dalam waktu yang terlalu singkat ini membuat kearifan lokal tidak lagi
menjadi ciri dari suatu masyarakat.
Babakan Sejarah menunjukkan bahwa hingga tahun
1998, kebudayaan masyarakat yang luar biasa arif menjadi identitas masyarakat.
Mulai dari pola pergaulan hingga usaha kesejahteraan hampir secara keseluruhan
dilakukan dengan cara kekeluargaan. Pada fase ini, masyarakat cenderung bekerja
secara kolektif dalam menyelisaikan beberapa urusan (yang sulit dikerjakan
secara individu) tanpa ada upah kerja. Hanya dengan mengundang secara lisan
kepada tetangga untuk meminta bantuan maka segera bantuan akan datang dari
orang-orang yang telah mendapat kabar tersebut. Kecenderungan masyarakat kala
itu merupakan prinsip gotong royong, baik terkait urusan keluarga maupun untuk
kepentingan masyarakat desa. Untuk memberikan bantuan berupa tenaga maupun
materi, belum ada kesan penilaian bahwa yang akan dibantu hanyalah orang-orang
yang juga akan memberikan bantuan atau timbal-balik.
Untuk fase selanjutnya, yaitu sekitar tahun
1998 mengalami pergeseran yaitu adanya prisnsip “siapa yang bisa dibantu”. Pola
hidup masyarakat disini telah terjangkit virus materialism yaitu menganggap
bahwa hanya materi yang menjadi ukuran seseorang untuk menilai hasil usaha
mereka. Kecenderungan yang terbangun adalah membantu orang yang telah membantu
urusan mereka sehingga seolah-olah bantuan dari orang lain adalah utang yang
harus dibayar.
Fase ketiga atau sekitar tahun 2006 hingga saat
ini. Bukan lagi mengharapkan timbal-balik dari hasil usaha tapi mereka
mengharapkan keuntungan materi yang lebih. Cara yang dilakukan tanpa memikirkan
halal atau haramnya suatu cara tapi yang terpenting adalah bagaimana
mendapatkan keuntungan yang besar melalui bantuan yang diberikan.
Membangun rumah, menanam padi di sawah, panen
hasil kebun, mengadakan pesta, membangun desa dan kegiatan ummah lainnya mulai
bergeser ketika budaya materialism dan individualism dari barat mulai
menjangkit kebudayaan lokal di negeri ini. Pada mulanya, membantu sesama
dilakukan secara iklhas yaitu aktivitas seperti membangun rumah, urusan
perkebunan, dan pesta masyarakat tidak membutuhkan gaji maupun timbal-balik
berupa materi atau karena juga mengharapkan bantuan, Namun entah kekuatan apa yang
dimiliki oleh materialism dan indivisualism sehingga mampu mengubah pola
tersebut menjadi system kerja yang dibayar. Istilah lain adalah harus ada
timbal-balik berupa uang, materi atau bantuang yang sama. Kecenderungan
masyarakat ini menjadi watak materialism hingga melahirkan suasana baru yang
terbilang curang yaitu membantu tidak lagi karena model kerjasama namun karena
mengharapkan keuntungan. Cara yang dilakukan juga tidak lagi berdasar pada
kearifan lokal melainkan ada yang melakukannya secara licik. Lihatlah kebiasaan
masyarakat saat sekarang ini yang cenderung jika meminta bantuan, ia berharap
agar datang lebih cepat dan jika memberikan bantuan maka ia banyak alasan.
Contoh lain bisa disaksikan pada
kegiatan pesta keluarga yaitu memberikan bantuan tenaga karena juga ingin
dibantu disamping juga dapat menggelapkan beberapa alat dan bahan dapur.
Tentunya disaksikan bahwa gambaran kondisi pola
hidup masyarakat sebagaimana tergambar diatas memberikan kesan yang sangat
buruk. Ada yang merasa sangat dirugikan dalam kondisi seperti itu dan ada pula
yang merasa sangat diuntungkan sehingga akan terjadi suatu pertarungan nilai
yang kemudian akan mengubah kondisi tersebut. jika orang yang merasa dirugikan
memenangkan pertarungan maka kondisi awal yang berbudaya akan kembali dan jika
pertarungan ini dimenangkan oleh oleh orang yang merasa diuntungkan dengan
kondisi budaya materialism dan individualism maka akan terbentuk pola kehidupan
baru yang lebih buruk.
apabila opini ini benar adanya, sungguh sangat menyedihkan y
ReplyDeletejika ini dibiarkan! bagaimana kedepannya! itu sungguh sebuah pengalaman
ReplyDelete