BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latarbelakang
Masalah
Tafsir
al-Qur’an tidak hanya membicarakan I’rad, tetapi juga balgha (keindahan tata
bahasa) Bahasa Arab. Ada beberapa aliran dalam penafsiran al-Qur’an: (1) aliran
lughawi yaitu aliran yang mencoba menjelaskan kata-kata secara tatabahasa atau
semantik; (2) aliran fiqhhi, yaitu aliran yang mencoba memahami ayat-ayat
al-Qur’an dengan mencari hukum-hukum fiqhi yang terdapat didalamnya. (3) Aliran
Falsafi, yakni aliran yang menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an dari segi filsafat
(4) aliran sufi, yaitu aliran yang menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an dari segi
Tasawuf.
[1]
Dengan menempuh metode penafsiran yang berbeda (salah satu dari empat point
yang telah disebutkan di atas), tidak akan mempengaruhi kurangnya makna dari
ayat-ayat al-Qur’an, kemungkinan yang terjadi hanyalah sedikit perbedaan karena
dasar menetapkan pandangan yang berbeda.
Dalam
dunia sufi terkenal suatu asumsi bahwa segala sesuatu ingin kembali ke
asal-usulnya. Dengan kata lain, sesuatu yang telah terpisah dari asalnya
senantiasa rindu dan berhasrat kembali ke asalnya itu. Menurut kaum sufi,
kecenderungan demikian dimiliki oleh segenap partikel alam semesta. Sekalipun
demikian, kecenderungan pasif itu kadang-kadang tidak begitu jelas pada diri
manusia, karena sering tertutupi oleh hasrat-haasrat sensual yang demikian
besar memukau manusia. Kendati demikian, kecenderungan itu senantiasa nurani
setiap insan. Jeritan Nurani itu kadang-kadang tiba-tiba saja menyentakkan kita
dan mengajak kita kembali kepada Ilahi.[2]
Perjalanan kembali ke asal yang berarti mencoba lebih dekat dengan Allah swt.,
salah satu jalan yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah
Zikir.
Sementara
dalam praktik keseharian, ditemukan banyak metode zikir yang dilakukan oleh
masyarakat. Tujuan zikirnya adalah sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah
dengan jalan mengingat, berdo’a atau memuji Allah sesuai dengan arti zikir itu
sendiri. Dengan dasar tersebut, mengapa sampai ada masyarakat yang berbeda
dalam mempraktikkan zikir? Tentunya permasalahan ini harus dikembalikan pada
metode penafsiran. Dengan kata lain, perlu ditegaskan maksud yang sesunggunnya
zikir dalam pandangan al-Qur’an.
B.
Rumusan
Masalah
Berangkat dari masalah di atas, pemakalah mengangkat
permasalahan pokok yaitu, bagaimana pandangan al-Qur’an tentang zikir? Dari
permasalahan tersebut, pemakalah mengangkat sub masalah sebagai berikut:
1.
Apa makna dzikir dalam al-Qur’an?
2.
Apa saja jenis dzikir dalam
al-Qur’an dan bagaimana penafsiran para mufassir tentang makna dzikir?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Makna
Dzikir dalam Al-Qur’an
Dzikir berasal dari kata serapan Bahasa Arab yang telah
dibakukan penggunaannya dalam bahasa Indonesia. Al-Qur’an banyak menggunakan
kata dzikir. Secara leksikal, “dzikir” bermakna; terpelihara, diingatan,
mengagunkan, mahasuci, memahami secara
cerdas, menuturkan berulang kali.[3]
Pendapat lain bahwa Dzikir berasal dari kalimat ذكر،
يذكر، ذكرا yang artinya mengingat sesuatu atau menyebut
setelah lupa atau berdoa kepada Allah. Dzikir juga bermakna mengingat sesuatu
atau menghafalkan sesuatu. Juga dapat dimaksudkan dengan sesuatu yang disebut
dengan lidah atau suatu yang baik.[4] Pendapat
tersebut harus dipertajam dengan suatu kesimpulan tentang arti yang
sesungguhnya dzikir itu. Dalam bukunya, Dr. H. M. Ruslan, MA., memberikan
definisi singkat tentang makna dzikir dalam al-Qur’an yaitu “pikiran, perasaan
yang tajam dan kokoh serta perhatian yang sungguh-sungguh dan terkonsentrasi
penuh kepada Allah yang diwujudkan dalam ungkapan, sikap dan prilaku.[5]
Ar-Raghiib
Al-Asfahaaniy menjelaskan makna Adz-Dzikir dalam kitabnya Al-Mufradaat sebagai
“Adz-Dzikr, kadangkala yang dimaksudkan adalah satu keadaan yang terjadi pada
diri seseorang yang dengannya ia bisa tenang dan merasa puas untuk menghapal
suatu pengetahuan. Istilah dzikir sama halnya dengan menghapal, hanya saja
bedanya dalam menghapal mengandung makna menyimpan, sedangkan dzikir mengandung
makna mengingat. Dan terkadang dzikir bermakna mendatangkan sesuatu, baik
berupa perkataan maupun perbuatan. Oleh karenanya, dzikir bisa berarti
mengingat dari kelupaan, dan dzikir (mengingat) itu tidak hanya disebabkan
karena lupa, tapi justru karena ingat maka berdzikir”[6]
Menurut
Imam an-Nawawi asy-Syafi’iy, berpendapat bahwa “Berdzikir adalah suatu amalan
yang disyari’atkan dan sangat dituntut di dalam Islam. Ia dapat dilakukan
dengan hati atau lidah. Afdhalnya dengan kedua-duanya sekaligus”.[7] Dzikir
juga bermakna solat, membaca al-Qur’an, bertasbih, berdoa, bersyukur, dan
taat. Dzikir menurut syari’at ialah
setiap ucapan yang dilakukan bagi tujuan memuji dan berdoa. Yaitu lafaz yang
digunakan untuk beribadah kepada Allah, berkaitan dengan pengangungan
terhadap-Nya dengan menyebut nama-nama atau sifat-sifat-Nya, memuliakan dan
mentauhidkan-Nya, bersyukur dan mengangungkan Zat-Nya, membaca kitab-Nya, dan
berdoa kepada-Nya.[8]
Menurut
Imam Al-Qurthubi, asal usul makna dzikir adalah adanya kesadaran bathin dan
keinsyafan qalbu terhadap sesuatu yang menjadi objek kesadaran. Sedangkan
menurut Sa’id Ibn Jubair bahwa hakekat dari dzikir adalah Ketaatan seorang
hamba kepada Allah , sehinga barang siapa yang taat kepada Allah, maka ia telah
berdzikir, begitupun sebaliknya. Menurut al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani
asy-Syafi’iy: “Dan yang dimaksud dengan dzikir adalah mengucapkan dan
memperbanyak segala bentuk lafadh yang di dalamnya berisi tentang kabar
gembira, seperti kalimat : subhaanallaahi, walhamdulillah, wa laa ilaaha
illallaah, wallaahu akbar; dan yang semisalnya, doa untuk kebaikan dunia dan
akhirat. Dan termasuk juga dzikir kepada Allah adalah segala bentuk aktifitas
amal shalih yang hukumnya wajib ataupun sunnah, seperti membaca Al-Qur’an,
membaca Hadiits, belajar ilmu agama, dan melakukan shalat-shalat sunnah” [9](Fathul-Baariy,
11/209)
Ibnu Råjab al-Hanbaliy berkata:
“Contohnya adalah berbagai macam jenis dzikir seperti tasbiih, takbiir,
tahmiid, tahliil, istighfaar, bershalawat kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam; begitu pula membaca Al-Qur’an, berjalan menuju masjid, duduk di
dalamnya untuk menunggu shalat ditegakkan, dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an”.
(Jaami’ul-Ulum wal-Hikam hal. 325)[10]
Zikir (atau
Dzikir) artinya mengingat Allah di antaranya dengan menyebut dan memuji nama
Allah. Zikir adalah satu kewajiban. Dalilnya adalah: "Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama)
Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya." [QS Al Ahzab 33:41][11]
Tidak berzikir akan mengakibatkan seseorang jadi orang yang rugi. Keterangan tersebut bisa dilihat pada filrman Allah swt. Yang
terjemahannya "Hai
orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang
yang merugi." [QS Al Munaafiquun 63:9][12]
Keterangan dalam Al-Qur’an cukup jelas memberikan arti
khusus tentang zikir. Kalau di awal pembahasan makalah ini disebutkan bahwa
arti/terjemahan dasar zikir adalah mengingat, maka beberapa ayat berikut ini akan
memperjelas makna zikir itu sendiri. Sebagai penjelasan adalah “Allah mengingat
orang yang mengingatNya.
Karena itu,
ingatlah Aku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku,
dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” [Al Baqarah:152][13]
Pada ayat lain disebutkan "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka." [QS Ali 'Imran 3:190-191][14]
Secara fungsional, Dengan berzikir hati menjadi tenteram. Banyak ayat ayat al-Qur’an yang menjelaskan tujuan dan
manfaat dari zikir. Salah satu ayat yang menjelaskan tujuan zikir adalah; "(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram."
[QS 13:28][15] tentang tujuan dzikir, sebagaimana ayat di atas menyebutkan
bahwa dengan berdzikir, orang menjadi tenang. Senada dengan hal tersebut, Imam
al-Gazali mengatakan “Bahagia dan Kelezatan sejati ialah bilamana dapat
mengingat Allah swt”.[16]
Di antara zikir
yang utama adalah Laa ilaaha illallahu (Tidak ada Tuhan selain Allah). Inilah yang banyak diamalkan oleh umat Islam, berdasarkan
beberapa keterangan hadist berikut ini:
"Aku
pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: 'Zikir yang paling utama adalah Laa
ilaaha illallahu" [HR Turmudzi].
Pada hadist lain disebutkan “Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya aku berkata
bahwa kalimat : ‘Subhanallah, wal hamdulillah, wa Laa Ilaaha Illallah, wallahu
akbar’ (Maha Suci Allah, dan segala puji bagi Allah, dan tidak ada Tuhan
kecuali Allah, dan Allah Maha Besar) itu lebih kusukai daripada apa yang dibawa
oleh matahari terbit.’ (HR Bukhari dan Muslim)[17]
Zikir yang umum
setelah salat wajib 5 waktu adalah tasbih ("Subhanallahu") 33x,
tahmid ("Alhamdulillah") 33x, dan takbir ("Allahu akbar")
33x.[18]
Dengan demikian, melalui dzikirlah
kita dapat mendekatkan diri kepada Allah, baik dengan mengagungkan namanya,
maupun beretika dan bersikap sesuai dengan tuntunannya.
B.
Skema
Dzikir dalam al-Qur’an serta penafsiran mufassir tentang dzikir
Sebagai pelengkap, sangat tentang dzikir dalam al-Qur’an
sangat banyak, mulai dari keutamaan majelis-majelis zikir, etika berzikit
kepada Allah, Klasifikasi zikir, Waktu-waktu zikir, Tempat-tempat zikir dan
sebab-sebab zikir. Melalui pendekatan tematik, pembagian itu bisa dilihat pada
skema berikut ini.[19]
·
Keutamaan majelis-majelis zikir
o Keutamaan zikir: 2:152,
2:156,
2:185,
2:198,
2:203,
8:45,
9:112,
13:28,
18:24,
20:34,
24:37,
29:45,
33:21,
33:35,
62:10,
63:9,
87:15
o Banyak-banyak berzikir kepada Allah: 2:200,
3:41,
4:103,
8:45,
20:33,
20:34,
20:130,
22:40,
26:227,
33:21,
33:35,
33:41,
62:10
·
Etika zikir kepada Allah
·
Klasifikasi zikir
o Istighfar (mohon ampun)
§
Keutamaan istighfar: 2:199,
3:17,
4:64,
4:106,
4:110,
5:74,
7:153,
7:161,
8:33,
11:3,
11:52,
11:90,
12:29,
18:55,
24:5,
24:62,
26:51,
26:82,
27:46,
28:16,
38:25,
40:3,
51:15,
51:16,
60:12,
71:10,
71:11,
71:12,
73:20,
110:3
§
Istighfar para Nabi as.: 3:159,
7:23,
7:143,
7:155,
11:47,
12:92,
12:97,
12:98,
14:41,
19:47,
23:118,
24:62,
26:82,
26:86,
28:16,
38:24,
38:35,
40:55,
47:19,
60:4,
60:12,
63:5,
63:6,
71:28,
110:3
o Isti'azah (mohon perlindungan)
§
Jenis-jenis isti'azah
§
Mohon perlindungan dari syetan jin
dan manusia: 3:36,
7:200,
16:98,
23:97,
23:98,
40:27,
41:36,
113:2,
114:4,
114:5,
114:6
o Basmalah (Bismillahirrahmanirrahiim)
o Takbir (Allahu Akbar)
o Zikir saat shalat
o Tasbih
§ Tasbihnya makhluk-makhluk dengan memuji Allah: 1:2,
7:206,
13:13,
16:48,
16:49,
17:44,
21:20,
21:79,
22:18,
24:41,
25:58,
35:34,
37:166,
38:18,
39:75,
40:7,
41:38,
42:5,
50:39,
50:40,
55:6,
57:1,
59:1,
59:24,
61:1,
62:1,
64:1
§ Tasbih sebagai tanda kesucian Allah: 2:116,
3:191,
4:171,
5:116,
6:100,
7:143,
9:31,
10:18,
10:68,
12:108,
15:98,
16:1,
16:57,
17:1,
17:43,
17:44,
17:93,
17:108,
19:35,
21:22,
23:91,
25:18,
27:8,
30:40,
34:41,
36:36,
36:83,
37:159,
37:180,
39:4,
39:67,
43:13,
43:82,
52:43,
52:49,
56:74,
56:96,
59:23,
68:29,
69:52,
87:1
o Tahmid (memuji Allah)
§ Hanya Allah yang berhak dipuji: 1:2,
6:1,
6:45,
10:10,
14:39,
16:75,
16:114,
17:111,
18:1,
23:28,
27:15,
27:59,
27:93,
28:70,
29:63,
30:18,
31:25,
34:1,
35:34,
37:182,
39:29,
39:74,
39:75,
40:7,
45:36,
64:1
§ Memuji Allah atas nikmat-nikmatNya: 1:2,
5:20,
5:89,
6:1,
6:45,
7:43,
14:39,
16:78,
16:114,
16:121,
23:28,
25:58,
27:15,
27:16,
27:19,
27:59,
30:18,
34:1,
35:34,
37:182,
93:11
·
Tempat-tempat zikir
·
Waktu-waktu zikir
o Zikir di setiap waktu: 3:41,
7:205,
30:17,
30:18,
33:41,
33:42,
38:18,
40:55,
48:9,
52:48,
52:49,
73:8,
76:25
o Ancaman bagi yang melupakan zikir kepada Allah: 4:142,
5:91,
7:205,
10:92,
20:124,
21:1,
24:37,
25:18,
63:9
Skema diatas
akan mempermudah kita dalam menafsirkan kata “Dzikir” dalam al-Qur’an. Seperti
inilah model kajian tematik atau metode tafsir kontemporer yakni
mengklasifikasikan ayat dengan tema khusus. Seperti yang ditampilkan di atas,
(1) ketutamaan majelis-majelis dzikir, (2) etika berdzikir kepada Allah, (3)
klasifikasi dzikir yang terdiri atas Istigfar, Isti’asah, basmalah, dzikir saat
sholat, tasbih, tahmid serta memuji Allah atas nikmat-nikmatnya., (4)
tempat-tempat dzikir, (5) waktu-waktu dzikit, dan (6) sebab-sebab Dzikir.
Keterangan pada skema di atas yaitu terdiri atas surat ke - : ayat ke-
(--:--).
BAB III
PENUTUP
Demikianlah
makalah ini disusun, sebagai catatan penutup, beberapa hal yang menjadi
kesimpulan dalam penulisan makalah ini antara lain adalah:
1.
Keterangan dalam Al-Qur’an cukup
jelas memberikan arti khusus tentang zikir. Kalau di awal pembahasan makalah
ini disebutkan bahwa arti/terjemahan dasar zikir adalah mengingat, maka beberapa
ayat berikut ini akan memperjelas makna zikir itu sendiri. Sebagai penjelasan
adalah “Allah mengingat
orang yang mengingatNya.
Karena itu,
ingatlah Aku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku,
dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”
2.
Kata zikir dalam al-Qur’an sangat
banyak, begitupun kata yang senada dengannya. Olehnya itu, dibutuhkan kajian
tematik untuk mengerti tentang makna zikir. Disamping itu juga bisa diketahui
segala aspek terkait dengan dzikir.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
Yunasril. Jatuh Hati pada Ilahi – Beragama sebagai manifestasi kerinduan
Spiritual. Jakarta; Cet – I, PT. Serambi Ilmu Semesta, Agsutus 2007
Al-Qahthany,
Syekh Musnid. Meniti Jalan Istiqamah – panduan meraih keutamaan-keutamaan
dan menepis kendala-kendalanya.Makassar; Pustaka Al-Bashirah, September
2008
Al-Qur’an
Digital – Softwere Al-Qur’an Indeks Zikir. Versi 2012
Baso,
Kamaruddin. Renungan Pribadi dalam Rangkuman 5000 Mutiara Hikmah.
Yogyakarta; Gajah Mada Press University Press. 1990
Departemen
Agama Republik Indonesia, Al-Qur’a dan Terjemahnya, Semarang; PT. Karya
Toha Putra. 2002
Http://Id.Wikipedia.Org/ Zikir.
September 2012
http://abuzuhriy.com Definisi zikir,
September 2012
Rahmat,
Jalaluddin. Meraih Cinta Ilahi – Belajar Menjadi Kekasih Allah.Depok;
Pustaka Iman, 2008
Ruslan,
Dr. H. M., Menyingkap Rahasia Spritualitas Ibn ‘Arabi. Makassar; Pustaka
Al-Zikra, 2008.,
[1] Jalaluddin
Rahmat, Meraih Cinta Ilahi – Belajar Menjadi Kekasih Allah.Depok;
Pustaka Iman, 2008., h. 504
[2] Yunasril Ali,
Jatuh Hati pada Ilahi – Beragama sebagai manifestasi kerinduan Spiritual.
Jakarta; Cet – I, PT. Serambi Ilmu Semesta, Agsutus 2007., 155
[3] Dr. H. M. Ruslan, MA.
Menyingkap Rahasia Spritualitas Ibn ‘Arabi. Makassar; Pustaka Al-Zikra,
2008., h. 112
[5] Dr. H. M. Ruslan, MA., Op
Cit. h. 113
[6] http://abuzuhriy.com Definisi zikir,
September 2012 Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah, 21/220 dan
Al-Futuuhaat Ar-Rabbaniyyah, 1/18
[7] ibid
[9] Ibid.
[11] Departemen
Agama Republik Indonesia, Al-Qur’a dan Terjemahnya, Semarang; PT. Karya
Toha Putra. 2002., h. 599
[12] Ibid., h. 811
[13] Ibid., h. 29
[14] Ibid., h. 96
[15] Ibid., h. 341
[16] Kamaruddin
Baso,. Renungan Pribadi dalam Rangkuman 5000 Mutiara Hikmah. Yogyakarta;
Gajah Mada Press University Press. 1990., h. 12
[17]
http://id.wikipedia.org/wiki/Zikir
[18]
http://id.wikipedia.org/wiki/Zikir
[19] Skema ini dikutip berdasarkan
hasil pencarian kata tentang “zikir” melalui program al-Qur’an digital. Skema
ini ditemukan pada Indek al-Qur’an Digital dengan membagi zikir berdasarkan
keutamaan, etika, klasifikasi, isti’azah dan sebagainya. jika dicari berdasarkan kata “zikir” juga
“dzikir”, masing-masing muncul 5 dan 2 ayat pada program yang sama yaitu
Al-Qur’an Digital.
Comments
Post a Comment
شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم