Skip to main content

Era Industri 4.0. Siapkah kita dengan ini?


Kita harus belajar dengan perjalanan waktu, kisah, sejarah dan pengalaman masa lalu. Kita juga harus berbuat yang terbaik untuk kehidupan kita sehari-hari. Artinya sebisa mungkin kita harus benar-benar memanfaatkan waktu dan kesempatan untuk melakukan kebaikan, atau paling tidak kita tidak membuat kesalahan yang sama atau kesalahan yang berulang.

Kita yang lahir hari ini mempunyai tantangan yang berbeda dengan orang-orang yang lahir sebelum kita sehingga masalah kita belum tentu bisa diselesaikan dengan cara sama oleh pendahulu kita. Meskipun demikian, permasalahan pada masa lalu tetap menjadi pembelajaran pada saat ini.
Di kehidupan ini, kita selalu diberi peluang dan tantangan, begitu juga solusi dan masalah. Ketika kita mampu menghadapi tantangan dan memberi solusi untuk setiap tantangan dan masalah yang ada maka kitalah yang menjadi terbaik dalam memanfaatkan situasi dan kondisi.
Pembacaan kita harus matang untuk menatap masa depan yang lebih baik. Sudah pasti bahwa tantangan dan masalah yang kita hadapi dimasa depan jauh lebih berat dari masalah dan tantangan yang ada saat ini. Itu karena manusia terus berkembang sementara kompetisi untuk menjadi yang terbaik terus berpacu tanpa peduli cara yang dibangun untuk mendapatkan posisi “baik” adalah dengan cara yang baik pula atau justru dengan cara licik.
Saat ini kita sedang berada pada era industri 4.0 yang ditandai dengan Cyber Physical System atau sistem siber fisik. Sistem ini memungkinkan terhubungnya alat yang berbentuk fisik dengan jaringan internet. Bahkan sistem ini pun memungkinkan adanya kontrol dan respons dari internet kepada mesin berbentuk fisik melalui actuator dan sensor. Hal ini membuat produksi lebih banyak dan tenaga kerja yang lebih sedikit. Sebelumnya pada era industri 3.0 dengan sistem Computer and Automation dimana komputer bekerja secara otomatis. Sebelumnya lagi kpada era industri 2.0 Mass Production, Assembly line, Electricity adalah masa dimana dikembangkan produksi massal dengan sistem elektrik. Kemudian era industri 1.0 yang dikenal dengan istilah Mecanization, Water Power, Steam Power merupakan revolusi industri yang menggunakan mesin sebagai teknologi untuk memproduksi kebutuhan manusia.


Pertanyaannya adalah, dimana posisi dan kemampuan kita secara individu dalam era industri? Bisakah kita berdaya dan mengikuti perkembangan zaman pada era 4.0? bisakah kita berdaya saing dalam dunia industri? Mari kita belajar lebih tekun, lebih jujur dalam bekerja, meningkatkan ketaqwaan pada Allah yang maha kuasa agar kita tidak terlibas oleh gilanya zaman.

Comments

Popular posts from this blog

Strategi Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib

BAB I PENDAHULUAN A.       Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota   Bani Sa’dah, Madinah.  

Kedudukan Ar-ra'yu sebagai Landasan Hukum Islam

Referensi Pada dasarnya umat Islam yang beriman Kepada Allah swt. Meyakini bahwa Sumber utama Ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis sudah sempurna. Firman Allah dalam Alquran sudah sempurna membahas aturan-aturan, hukum, ilmu pengetahuan (filsafat), kisah, ushul fiqh dan lain-lain. Begitu juga Hadis Rasulullah yang salah satu sifatnya menjadi penjelasan ayat-ayat dalam Alquran. Posisi Hadis adalah penjelas dan sumber kedua setelah Alquran.

Dasar-dasar Pendidikan Islam

DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM (Tinjauan al-Qur'an dan Hadis) Oleh : Kelompok 2 A.    Pendahuluan Islam mempunyai berbagai macam aspek, di antaranya adalah pendidikan (Islam). Pendidikan Islam bermula sejak nabi Muhammad Saw, menyampaikan ajaran Islam kepada umatnya. [1]   Pendidikan adalah proses atau upaya-upaya menuju pencerdasan generasi, sehingga menjadi manusia dalam fitrahnya. Itu artinya bahwa pendidikan merupakan conditio sine quanon yang harus dilakukan pada setiap masa. Berhenti dari gerakan pendidikan berarti   lonceng kematian (baca; kemunduran atau keterbelakangan) telah berbunyi dalam masyarakat atau negara.