SUDUT PANDANG TERHADAP SUATU OBJEK
Dalam suatu diskusi setengah formal, saya pernah mengutif suatu kalimat yang sampai teringat dan tetap urgen. Diskusi tersebut pada dasarnya akan mengankat sub bahasan tentang nilai yang polanya adalah berkisar pada empat hal yaitu menanggapi penilaian orang lain, mengabaikan penilain orang lain, memberikan penilaian terhadap suatu ojek dan membandingkan penilaian terhadap seuatu objek.
Satu kalimat yang paling saya ingat dari seorang teman dalam diskusi ini adalah ungkapan yang mengatakan “orang gila pun merupakan orang waras menurut pribadinya”. Penjelasannya lumayan panjang dan saya rasakan setiap kalimat yang dilontarkan memiliki makna baru dan penting untuk membuka wawasan. Arah pembahasan ini adalah persoalan nilai dari suatu titik sudut pandang tentang suatu objek. Dalam ceritanya, beliau memaparkan bahwa siapa pun di dunia ini memiliki kebebasan untuk menilai dirinya sendiri dan juga menilai selain dirinya. Juga dikatakan bahwa orang-orang sejatinya tidak berhak mengatakan yang kurang baik terhadap selain miliknya karena selain miliknya juga punya penilaian terhadap pribadinya dan yang ada padanya dirasakan sebagai yang terbaik dalam diri pribadinya.
Pandangan atau nilai berupa baik atau buruk, cantik atau jelek, pintar atau bodoh dan sebagainya pada dasarnya adalah bagian yang sangat kecil dari konsumsi pribadi yang dilakukan oleh seseorag yang memberikan pandangan terhadap suatu objek. Betapa tidak, ketika sebagian orang melihat sesuatu yang dianggapnya ganjil atau tidak seperti biasanya maka dianggapnya bahwa itu adalah tindakan langka, aneh atau bahkan ada yang menyebutnya pelanggaran sehingga harus mengeluarkan kritikan dari mulutnya yang manis. Suatu contoh yang dalam keseharian selalu mendapat komentar adalah teman saya yang selalu tidur dari pagi hingga menjelang malam. Lalu banyak komentar yang muncul dan bahkan suara sumbang tersebut seringkali bernada hina. Dalam bahasanya, meraka mengatakan, “untuk apa kamu kesini kalau kamu hanya tidur saja?”. Pernyataan orang tersebut terhadap temanku ini tentunya hanya memberikan penilaian terhadap orang lain berdasarkan versinya tanpa melihat potensi lain dari orang yang dikritisinya meskipun pada kenyataannya jika diukur berdasarkan asas manfaat, maka yang lebih berperan adalah justru orang yang dikritik.
Penilaian serupa sebenarnya banyak mewarnai kehidupan kita dan sangat banyak yang diangkat oleh media. Ketika kita mengklaim “salah” terhadap seseorang, maka akan terus ada pembelaan hingga pada akhirnya ada kalimat pertahanan terakhir muncul yaitu “andaikan anda yang berada di posisi saya maka andapun akan melakukan hal yang sama seperti apa yang saya lakukan”. Bukan kesalahan orang yang harus dikritik tapi hal-hal yang melatarbelakanginya secara relasional yang perlu diketahui dan diselesaikan.
Sejatinya untuk menanggapi hal-hal yang telah dibahas di atas adalah memberikan kebebasan sepenuhnya kepada setiap orang untuk memperlihatkan kegigihan dan warnanya masing-masing sehingga hidup ini lebih kaya dan berwarna. Untuk menggapi respon dari luar terhadap pribadi kita maka sejatinya yang dilakukan adalah mempertahankan warna khas untuk pribadi kita kecuali pada hal-hal yang terkait dengan pelanggaran yang memang dianggap dan disepakati sebagai kesalahan oleh kebanyakan orang.
oleh : Abdul Haris Mubarak
untuk teman-temanku
yang selalu dianggap lemah dan kurang baik
(ditulis di Posko Induk TAGANA Sul-sel)
Jum'at 10 Februari 2012/01.37 WITA
Comments
Post a Comment
شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم