Sore
kemarin saya sangat bingung harus ngapain, maklumlah karena mental saya sempat diuji oleh
ketua Program Studi MPI PPs Univesitas Muslim Indonesia yang sekaligus menjadi
pembimbing penyelesaian tesis saya. Jadinya saya memilih pulang istrahat dan
merencanakan agenda esok hari. Untungnya, pada saat yang bersamaan, datang
teman kampusku pada PPs UMI Makassar yang mengambil program Studi Ilmu Hukum
menemaniku di kontrakanku.
Topik tentang sendiri (menyendiri) atau berdua
(berduaan). Sendiri atau menyendiri biasanya sangat cocok dilakukan oleh para
pencari kebenaran sejati atau jalan bagi para pencari tuhan (jalan spiritual). Tujuan
menyendiri adalah melatih fokus dan konsentrasi terhadap objek yang dituju. Sedangkan
“berdua atau berduaan” yang dimaksud adalah berkumpulnya (sepasang) laki-laki
dan perempuan dewasa ditempat yang tertutup.
Apa
bahayanya jika seseorang berduaan? Teman kampusku
telah menjadi saksi tentang hal ini. Betapa banyak orang yang curhat padanya
kalau seorang wanita yang berjilbab pun jika sering berduaan dalam kamar maka
kehormatannya sudah tidak terjamin. Kata teman saya bahwa kesaksian itu
didengarnya langsung, bahkan disaksikan akibat dari pergaulan bebasnya itu
berbuah kehamilan
di luar nikah. “saya ini wanita yang paham agama dan menggunakan jilbab,
bahkan kamu tidak pernah melihat saya melepaskan jilbab tapi saat berduaan,
goadaannya teramat besar sehingga siapapun bisa terjerumus”. Pernyataan itu
telah dilontarkan oleh seorang wanita terhadap teman saya.
Seorang
lelaki sholeh atau seorang wanita sholehah[1] tidaklah menjamin akan
selamat dari godaan zina jika sering berduaan. Mengapa demikian?, yang
terlanjur terjerumus atau mereka mengerti patologi sosial akan membenarka ayat
al-Qur’an yang melarang umat manusia mendekati zina.[2] Berawal dari pegangan
tangan, lalu jalan berduaan, hingga penasaran ingin merasakan kecupan lalu pada
akhirnya akan meraba hal-hal yang sensitif. Manusia itu mahluk yang memiliki
tingkat penasaran sangat tinggi dan selalu ingin mencoba seusuatu yang
membuatnya penasaran. Hal tersebut erat kaitannya dengan faktor kebiasaan
seseorang. Jika pada waktu kecil terbiasa melakukan hal-hal yang baik, belajar
dengan sungguh-sungguh serta tekun bekerja maka kebiasaan itu akan berbuah baik
nantinya. Sebaliknya, jika yang dibiasakan adalah mencoba bergaul dengan “orang-orang
nakal”, maka setidaknya pengaruh nakal akan menular walau sedikit. Sebagai contoh.
Seseorang yang bergaul dengan perokok bakal penarasan dengan rasa rokok,
terlebih jika sering ditawari rokok. Dari rokok akan meningkat menjadi peminum
minuman keras[3],
jika salah satu diantara mereka ada yang menggunakan narkoba, yang lainnya
kemungkinan besar akan terjerumus pula. Nah pada kondisi tersebut, berduaan
dengan lawan jenis tidak lagi menjadi sesuatu yang sakral tapi sudah bebas.
Lalu
bagaimana jika seseorang menduakan
atau diduakan?
Sama-sama bahaya. Jika kita yang menduakan, kondisi terparah yang bakal kita
terima adalah dikucilkan bahkan disantet. Terlebih jika menjadi seorang yang
musyrik pada sang khaliq, itulah dosa besar yang tidak bakalan ada ampunan
untuknya. Bagaimana kalau kita diduakan? Pastinya sakit hati. Orang akan lebih
memilih dinomor duakan dibanding jika harus diduakan karena salah satu
diantaranya bernada selingkuh. Angka dua ternyata sangat berbahaya jika tidak
ditempatkan pada tempatnya.
[1]
Sholeh dan sholehah hanya diartikan secara simbolik sehingga kemungkinan
pandangan ini akan sedikir berbeda olehnya itu, khusus pada tulisan ini, Sholeh
dan Sholehah adalah mereka yang paham agama dan terlihat tekun mengamalkannya
[2]
Mendekati zina salah satunya adalah berpegangan tangan dengan lawan jenis yang
bukan muhrim saat, bisa juga berduaan jalan.
[3]
Faktor kebersamaan biasanya mempengaruhi perilaku pergaulan bebas
Comments
Post a Comment
شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم