Skip to main content

Mencari dan Memanfaatkan Ilmu



JALUR & MUARA PENGETAHUAN
Teringat oleh kata mutiara yang pernal dilontarkan oleh Wedatama yang mengatakan {ilmu itu hanya dapat tercapai dengan “laku”, dimulai dengan tekad yang bulat dan diusahakan terus menrus dengan membatasi nafsu}. Kalimat tersebut juga mengingatkan saya pada teman yang pernah bercerita kepadaku tentang caranya mentrasfer pengetahuan versi pribadinya. Berikut ini saya akan mencerikan dua hal yang telah diceritakan oleh dua orang temanku padaku”. Tulisan ini saya modivikasi ulang sesuai dengan bahasaku tapi tidak mengurangi makna dari yang disampaikan oleh temanku, yang petama terkait dengan jalur pengetahuan dan rejeki, dan selebihnya terkait pengetahuan yang tidak dipraktekkan dan berikut ini adalah pengalamannya.
Suatu ketika teman saya curhat (seru temanku) bahwa saya tidak suka dengan orang yang menjadikan saya sebagai muridnya. Dalam tuturnya dia mengatakan saya mau antara saya dan dia sejajar, sama-sama belajar, berbuat dan berjuang. Setelah itu temanku terdian beberapa waktu lalu melanjutkan ceritanya “saya tidak suka sikap dia terhadap saya”. Katanya saya tidak mau banyak mengikuti dia karena sikapnya yang sok mengatur meski saya tau kalau dia lebih pandai dari saya.
Saya tidak tau apakah temanku ini merasa cerdas, angkuh atau mungkin karena dia juga memiliki pengikut yang lebih banyak. Wajar saja kalau seseorang membentengi diri dengan hal-hal yang dianggapnya tidak sesuai tapi kalau ini terkait dengan pengetahuan maka kenapa mesti membatasi diri dengan benteng keangkuhan?
Pengetahuan dan ilmu itu sejatinya tidak memandang dari mana asalnya yang penting bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan pribadi, keluarga dan masyarakat. Lalu saya katakan padanya, “saya punya pandangan yang berbeda, dari manapun asalnya saya akan cari meski dari anak yang jauh lebih mudah, orang yang membeci saya, atau orang yang dianggap gila oleh orang lain yang penting saya bisa mengambil hikmah darinya”.  Dengan bahasa yang sederhana yang saya bahasakan padanya, dia mulai sepakat denganku tapi entah apa yang menjadi hijab dalam batinnya sehingga tetap teguh dengan pernyataanya yang semula kalau teman saya ini sangat tidak berkenan menerima pengetahuan dan ilmu dari temannya.
Ceritanya yang sempat diam sejenak saya ambil alih dengan mengatakan “sebagai orang dewasa, pantasnya kita yang memposisikan diri karena tidak satupun ciptaan tuhan (oang) yang lepas dari nilai yang bermanfaat, selebihnya sebagian diantaranya mengandung mudharat sehingga harus kita harus mengambilnya sebagai maanfaat saja”. Seolah saya ingin mengatakan padanya bahwa orang gilapun dapat kita mengambil pelajaran darinya, bahkan lawan yang kita paling benci justru punya banyak potensi untuk memperbaiki keadaan kita, olehnya itu pilihlah yang terbaik dan pilah yang kurang baik untuk dijadikan baik juga.
Pernah ada dua orang pemuda yang memiliki pengetahuan yang sangat tinggi secara teori dan mereka mengabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar. Mereka mengira bahwa belajar dan mengetahui sankrit adalah segala-galanya, tapi pengetahuan itu tidak dipraktekkan dan juga mereka tidak memiliki keterampilan lain dalam hidupnya. Suatu ketika mereka melakukan perjalan kesuatu tempat di sebelah kampungnya. Dalam perjalanan tersebut mereka menumpang pada sebuah kapal kecil yang dinahkodai oleh seorang pemilik kapal. Dua orang pemuda tersebut dengan sombongnya bertanya pada bandega yang mengemudi kapal tersebut, tidakkah engkau pernah sekolah? Tidak tuan, kata bendega itu dengan lemah lembut.
Pemuda yang bertanya tersebut menyambung, alangkah malangnya! Engkau menghabiskan seperempat hidupmu. Lalu pemuda yang lain juga bertanya dengan senang hati dan penuh kebanggaan, ia berkata “bendega, engkau tidak belajar dan tidak juga sekolah. “Sekarang tidakkah engkau pernah membaca sesuatu?” Bendega itu terperanjat dengan pembicaraan tersebut. Ia berkata, “Tuan, hal apa yang bisa diharapkan hanya mempelajari buku-buku, “bila ia buta huruf”? bendega itu merasa terhina. Tiba-tiba ia melihat sebuah lubang di dalam kapal dan air masuk dedalam celahnya. Ia bertanya kepada pemuda itu, “apakah tuan-tuan bisa berenang?”
“tidak”, kata kedua pemuda tersebut. Lalu bendega mengatakan engkau telah menghabiskan seluruh hidupmu. Kapal kita akan tenggelam, dan pemuda tersebut tenggelam karena tidak tau berenang.
Mari kita menghargai orang dengan kemampuannya walaupun pada strata sosial terendah karena mereka punya manfaat besar.


Comments

Popular posts from this blog

Strategi Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib

BAB I PENDAHULUAN A.       Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota   Bani Sa’dah, Madinah.  

Kedudukan Ar-ra'yu sebagai Landasan Hukum Islam

Referensi Pada dasarnya umat Islam yang beriman Kepada Allah swt. Meyakini bahwa Sumber utama Ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis sudah sempurna. Firman Allah dalam Alquran sudah sempurna membahas aturan-aturan, hukum, ilmu pengetahuan (filsafat), kisah, ushul fiqh dan lain-lain. Begitu juga Hadis Rasulullah yang salah satu sifatnya menjadi penjelasan ayat-ayat dalam Alquran. Posisi Hadis adalah penjelas dan sumber kedua setelah Alquran.

Dasar-dasar Pendidikan Islam

DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM (Tinjauan al-Qur'an dan Hadis) Oleh : Kelompok 2 A.    Pendahuluan Islam mempunyai berbagai macam aspek, di antaranya adalah pendidikan (Islam). Pendidikan Islam bermula sejak nabi Muhammad Saw, menyampaikan ajaran Islam kepada umatnya. [1]   Pendidikan adalah proses atau upaya-upaya menuju pencerdasan generasi, sehingga menjadi manusia dalam fitrahnya. Itu artinya bahwa pendidikan merupakan conditio sine quanon yang harus dilakukan pada setiap masa. Berhenti dari gerakan pendidikan berarti   lonceng kematian (baca; kemunduran atau keterbelakangan) telah berbunyi dalam masyarakat atau negara.