Hujan deras yang mengiringi perjalanan pelang dan
pergi kami mengambil AC untuk dipasang diposko Induk TAGANA Sulawesi Selatan
mewarnai perjalanan kami. Bukan mengambil AC yang terkesan, bukan pula hujan
disepanjang perjalanan kami dari berangkat hingga kembali keposko membawa AC
tetapi cerita tentang pengalaman kami berdua di kursi mobil TRC bagian belakang
saat perjalanan. Ceritanya sederhana tapi dia mengingatkanku pada beberapa
pelajaran dan pengetahuan masa lalu yang telah berkarat. Dalam ceritanya,
temanku mengatakan kalau dirinya selalu bersyukur atas apa yang dimilikinya dan
karenanya ia selalu merasa cukup.
Kalau yang saya ketahui bahwa orang yang kaya raya
adalah mereka yang terpenuhi kebutuhannya dan syarat untuk memenuhi semua itu
adalah dengan merasa cukup dan selalu bersyukur. Untuk temanku ku katakan bahwa
dua hal utama yang terbaik untuk menjadi kaya adalah merasa cukup dan tidak
memiliki banyak kebutuhan. Uraiannya sebagai berikut;
Bagian pertama yaitu merasa cukup atau pandai
bersyukur terhadap apa yang dimiliki. Bersyukur itu sesuatu yang mudah pada
ucapan tapi wujud dalam amalan itu yang sulit. Kadang orang mengatakan “saya
bersyukur karena…. (mendapatkan sesuatu)” Tetapi dalam dirinya tidak ada
kepuasan. Mereka selalu ingin sesuatu yang lebih besar dan berharga meskipun
harus mengorbankan diri pribadi atau orang lain demi tercapainya tujuan itu. Gambaran
ini berlaku umum tetapi hanya sebagian orang yang benar-benar mampu bersyukur
atas apa yang dimilikinya.
Bagian kedua adalah merasa cukup. Hampir senada dengan
syukur karena pada beberapa sisi ini bisa berlaku causalitatif yaitu orang bersyukur karena kebutuhannya terpenuhi
atau tercukupi.
Kebutuhan dasar manusia adalah makan, minum, pakaian,
tempat tinggal, seks dan lain-lain. Dalam ilmu ekonomi dianggap sebagai
kebutuhan primer dan ini adalah hal utama yang harus dipenuhi tapi bagi kaum
sufi, makanpun tidaklah utama dalam hidup.
Bagi orang awam yang memandang bahwa kekayaan
seseorang terletak pada jumlah materi yang dimilikinya sesungguhnya tidak
singkron dengan apa yang dirasakan oleh orang melihmpah hartanya. Boleh jadi
orang memiliki harta yang berlimpah tetapi merasa selalu merasa kurang, tidak
cukup atau bahkan ada yang harus mengutang atau menggadaikan barangnya untuk
kebutuhannya.
Harta yang berlimpah juga seringkali semakin membuat
orang haus untuk terus menambah dan mencari harta yang lebih banyak. Kuncinya adalah
merasa cukup dengan apa yang dimiliki adalah kekayaan yang seutuhnya.
Itulah yang sempat terlintas dibenakku saat bercengkrama
dengan temanku. Perjalanan yang diwarnai oleh hujan deras juga membuat suasana
semakin berwarna. Cerita lain yang disampaikan oleh temanku adalah tentang
Utang. Saya salut dengan bahasanya bahwa kalau ada orang yang mau pinjam maka
itu adalah sesuatu yang hampir wajib untuk diberi pinjaman lalu melupakan
pinjaman itu. Terserah dari orang yang meminjam ingin mengembalikan atau tidak,
baginya jika pinjaman itu kembali berarti rejeki dan jika terlupakan maka itu
adalah pahalah. Ia juga menganggap sedekah semata jika ada yang meminjam dalam
jumlah kecil.

Terimakasih teman, jiwamu baik. Semoga baik juga dimata Islam.
Comments
Post a Comment
شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم