BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam sejarah perkembangan Islam, banyak aspek yang telah menjadi
corak terpenting yang telah berhasil dipraktikkan secara Islami, dalam artian
hal tersebut berpedoman melalui al-Qur’an dan as-Sunnah. Aspek yang telah
menjadi corak positif pada pemeluk agama Islam adalah keunggulan di bidang
politik sebagaimana telah tercatat dalam sejarah bahwa ketika Daulat Bani Abbas
memegak pemerintahan dunia Islam, telah berhasil membentuk sistem politik yang
luar biasa kuat hingga kepemimpinan dalam suatu dinasti mencapai 5 abad,
juga
dikisahkan bahwa umat Islam dibawa kendali khalifah Bani Abbas juga berhasil
menciptakan sumber pemasukan negara, biro-biro pemerintahan yang teratur,
sistem organisasi militer yang kuat, administrasi wilayah pemerintahan yang
lengkap dan lain-lain.[1]
Disamping itu, Islam juga berhasil memperluas wilayah kekuasaan dalam
meletakkan pengaruh kekuatan Islam. Dalam sejarah, juga tercatat bahwa saat
kepemimpinan Umar Bin Khattab, perluasan daerah kekuasaan terjadi, pertama
terjadi perluasan Syiriah – Damaskus jatuh pada tahun 653 M dan setahun setelah
itu, secara total wilaya Syiriah dibawa kendali Islam.[2]
Bukan hanya itu, bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, militer dan sebagainya
juga telah mewarnai perkembangan dunia Islam.
Disisi lain, meski telah mengalami kemajuan total, namun dalam
sejarah juga tercatat bahwa Islam mengalami kemunduran yang indikatornya bila
dikaji lebih dalam cukup sederhana yaitu melalui dua hal, yang pertama adalah
karena kepemimpinan Islam tidak lagi berada pada jalur ketaqwaan sehingga
mengalami pergeseran dan yang kedua adalah karena dunia diluar Islam lebih
gesit melakukan gerakan pembaharuan dalam urusan pemikiran demi peningkatan
kesejahtaraan masyarakat di Dunia mereka. Kedua indikator tersebus sangat
beralasan untuk suatu kemajuan dalam Islam.
Kepemimpinan Islam yang dalam sejarah pernah menjatat kemajuan,
ternyata juga disebutkan bahwa dalam suatu babakan sejarah, telah mengalami
kemunduran. Sejarah tersebut juga mengurai alasan-alasan ril yang menyebabkan
keruntuhan Islam tersebut. Melalui sejarah itulah, umat Islam yang merasa
mengalami pergeseran yang begitu drastis melakukan gerakan pemikiran yang
seringkali dilakukan melalui penanaman wacaca, baik melalui buku-buku maupun
dipublikasikan lewat mimbar. Cara lain yang juga digunakan dalam dengan
membentuk gerakan kolektif atas nama Islam.
Di Indonesia, gerakan kolektif yang terbentuk atas nama Islam
sangat banyak, antara lain Syarikat Islam, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, dan
lain-lain. Sementara itu, juga terdapat tokoh pembaharu atau pemikir di Dunia
Islam Indonesia antara lain, Harun Nasution, Nurhalis Majid, Abdul Rahman Wahid
dan lain-lain. Yang menarik adalah, Syarikat Islam yang memiliki posisi
stretegis sebagai penggerak pembaharuan politik Islam hadir ditengah-tengah
masyarakat Indonesia dan turut berjuang dalam merebut kemeredekaan Republik
Indonesia.
Gerakan pembaruan politik Islam oleh Syarikat Islam telah memberi
sumbangan besar terhadap tercapainya kemerdekaan Republik Indonesia dan yang
terpenting adalah memberikan warna yang cerah pada dunia Islam, khususnya di
Indonesia. Berangkat dari daya atau power Syarikat Islam inilah kita
penting untuk mengetahui gejala politik dan perkembangannya sehingga lahir
Organisasi Pembaharuan Politik dalam Islam, Khususnya di Indonesia. tentunya
juga penting diketahui apa landasan utama yang menjadi acuan dalam gerakan
pembaruan politik. Tentunya syarikat Islam lahir untuk kemajuan Islam
Indonesia.
B.
Rumusan
Masalah
Berangkat dari masalah di atas, pemakalah menarik permasalahan
pokok yaitu bagaimana Ide masyarakat Islam di Indonesia sehingga lahir gerakan
pembaruan Islam oleh syarikat Islam. Dari permasalahan ini, pemakalah
menguraikan beberapa sub masalah sebagai berikut:
1.
Apa yang
melatarbelakangi lahirnya syarikat Islam?
2.
Apa gerakan
Pembaruan Islam yang dimotori oleh Syarikat Islam?
Kedua permasalahan tersebut sengaja dimunculkan untuk membatasi
arah pembahasan pada makalah ini sekaligus mempertegas arah pembahasan. Pembatasan
masalah tersebut dibuat agar tidak terjebak pada pembahasan masalah yang lebih
luas dan tidak terarah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latarbelakang
lahirnya Syarikat Islam
Islam yang historis di Indonesia telah membawa kebangkitan sosial Ekonomi
dan kebangkitan kebangsaan yang bersifat kerakyatan. Yang pertama diwujudkan dengan
berdirinya organisasi sosial ekonomiyang bercorak modern, yaitu sarekat dagang
islam (SDI) yang didirikan oleh H. Samanhudi di Solo pada tahun 1912.[3]
Pada mulanya, SI lahir dengan motif menciptakan “kerukunan dan tolong-menolong
satu sama lain antara sekalian kaum Muslim serta berikhtiar agar “anggota-anggotanya
bergaul satu sama lain seperti saudara”. Dan melalui beberapa kegiatan, SI mengangkat
derajat rakyat, agar menimbulkan kemakmuran, kesejahteraan dan kebesaran Negeri.[4]
Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kaitan antara citacita bangsa dan
keerakyatan dengan cita-cita Islam? Tentang hal ini, H. Agus Salim (Pemimpin SK
setelah HOS Cokrominoto) pernah berpesan sebagai berikut:
“Syahdan bagi masyarakat Jawa, dan bagi bangsa Hindia umumnya,
adalah agama yang menjadi asas paham kehidupan dan pemandangan dunianya itu
agama Islam, yang senyata-nyatanya agama itu berkelindang dengan bangsa kita
dan perasaan keebangsaan kita. Agama Islam timbul dan tumbuhnya dalam bangsa
kita sendiri”[5]
Berangkat dari tujuan dasar pendiriannya, SI dirintis atas dasar keislaman
dan politik kebangsaan untuk meretas masalah-masalah yang terjadi dalam lingkunp
Nusantara. Dua hal yang membuat revolusi terjadi yaitu Massa yang tidak puas dan
suatu elit yang berkepala batu (Chalmers Johnson), atau kalimat yang senada
“sungguh mati, selama kamu rakyat Hindia, tidak punya keberanian, kamu pasti
akan diinjak dan disebut sebagai seperempat manusia” (Marco Kartodikromo).[6]
Dari cikal bakal polemik dalam masayarakat memang sangat kuat mempengaruhi
munculnya gerakan pembaharuan. Dengan dasar yang sama, yaitu banyaknya masalah
sosial yang lahir di dunia Islam di Indonesia, sehingga lahir suatu gerakan
organisasi Islam yang telah meletakkan pondasi utama terhadap pemikiran dan
gerakan pembaruan Islam yaitu Syarikat Islam (dalam sumber lain bertuliskan
“Serikat Islam”).
Syarikat Islam
ini lahir berdasarkan cita-cita pergerakan Islam melalui beberapa aspek yaitu
berasaskan Islam sebagai dasar perjuangan, asas kerakyatan sebagai dasar
menghimpun massar serta asas sosial ekonomi sebagai usaha meningkatkan
kesejahteraan rakyat.[7]
Sejak permulaan, namanya adalah “Serikat Dagang Islam” didirikan oleh H
Samanhudi pada tanggal 16 Oktober 1905 di Solo dan kemudian ketika Syarikat
Islam diresmikan dengan Akte Notaris pada tanggal 10 September 1912 dengan
berkedudukan di kota Solo.[8]
Di dalam akte
notaris yang memuat statuen dari perkumpulan Syarikat Islam tertanggal 10
September 1912, ditetapkan tujuan dari perkumpulan itu, pada waktu itu dalam
bahasa Belanda, terjemahannnya ialah :
Tujuan Syarikat
Islam :
1.
Memajukan Perdagangan (jadi tujuan ini tetap
dipertahankan sejak SDI)
2.
Memberikan pertolongan kepada anggota-anggota
yang mengalami kesukaran (jadi semacam koperasi)
3.
Memajukan kepentingan rohani dan jasmani dari
penduduk asli
4.
Memajukan kehidupan agama Islam
Adapun maksud pendirian Syarikat Islam menurut
HOS Cokrominoto adalah sebagai berikut :
- Menghilangkan anggapan yang sangat sesat tentang agama Islam, dan memajukan peri-kehidupan menurut ajaran Islam, serta memajukan amal saleh dan kebaktian kepada Allah, diantara rakyat Indonesia
- Memelihara tali cinta diantara sesama para anggota dan membangun hati mereka untuk mengerjakan tolong-menolong satu sama lain
- Memberikan pertolongan kepada anggota yang bukan karena salahnya sendiri dan tidak sengaja mendapat kesusahan. Buat meneguhkan keyakinan, untuk membesarkan kekuatan batin dan semangat serta menyucikan hati tiap-tiap anggota, maka sekalian anggota partai, dengan kemampuannya sendiri menyatakan janji dan sumpah, bahwa mereka itu :
a.
Akan maju untuk menjalankan perbuatan suci
b.
Maju untuk mencari kepandaian
c.
Maju untuk mengerjakan perbuatan yang benar
d.
Maju untuk melaksanakan penyempurnaan Ilmu[9]
Selain berangkat dari tujuan dan maksud
pendirian Syarikat Islam sebagaimana telah diuraikan di atas, juga ada beberapa
tujuan politis yang melatarbelakangi lahirnya syarikat Islam, tujuan tersebut
antara lain adalah :
1.
Persatuan Umat
Kemenangan Belanda menjajah bumi nusantara bukan
saja karena memiliki senjata dan mesiu yang lengkap, tetapi juga karena mereka
mendapat bantuan dari golongan bangsa kita sendiri yang rasa nasionalitasnya
masih nihil. apalagi karena godaan kedudukan, uang dan kekayaan. Selain itu
sepanjang abad ke-19 karena perjuangan mereka dalam menghadapi kekuasaan
Belanda yang telah menimbulkan penderitaan rakyat yang demikian parah tidak
didasarkan pada usaha memiliki organisasi yang teratur dan rapi, tidak juga
memiliki program dan arah yang terencana. Maka atas dasar pemikiran itulah
Syarikat Islam berpendapat bahwa persatuan dan kesatuan umat menjadi suatu yang
mutlak dan tak bisa ditawar lagi. Malah lebih dari itu Syarikat Islam ingin
menciptakan satu persatuan dan kesatuan umat Islam sedunia, yang lebih dikenal
dengan istilah Pan-Islamisme.
2.
Kemerdekaan Umat
Yang dimaksud dengan kemerdekaan umat adalah
kemerdekaan bangsa Indonesia dalam bidang politik dan bidang ekonomi.
Kemerdekaan adalah mutiara kehidupan bagi setiap insan yang ingin menikmati
rahmat dan karunia Allah.
Kemerdekaan dan kedaulatan yang telah hilang dan lenyap karena diperkosa oleh Belanda, maka menjadi kewajiban untuk mengembalikan kemerdekaan dan kedaulatan dan kewajiban untuk melenyapkan segala perbedaan-perbedaan. Tegasnya kemerdekaan umat adalah “melenyapkan perbudakan manusia atas manusia”.
Kemerdekaan dan kedaulatan yang telah hilang dan lenyap karena diperkosa oleh Belanda, maka menjadi kewajiban untuk mengembalikan kemerdekaan dan kedaulatan dan kewajiban untuk melenyapkan segala perbedaan-perbedaan. Tegasnya kemerdekaan umat adalah “melenyapkan perbudakan manusia atas manusia”.
- Sistem Pemerintahan
”Tidaklah wajar untuk melihat Indonesia sebagai
sapi perahan yang disebabkan hanya karena susu. Tidaklah pada tempatnya untuk
menganggap negeri ini sebagai suatu tempat di mana orang-orang datang dengan
maksud mengambil hasilnya, dan pada saat ini tidaklah lagi dapat
dipertanggungjawabkan bahwa penduduknya adalah penduduk pribumi, tidak
mempunyai hak untuk berpartisipasi di dalam masalah-masalah politik, yang
menyangkut nasibnya sendiri… tidak bisa lagi terjadi bahwa seseorang
mengeluarkan undang-undang dan peraturan untuk kita, mengatur hidup kita tanpa
partisipasi kita.”[10]
Dari kutipan diatas jelas bahwa Syarikat Islam
berjuang untuk mendapatkan bangsa Indonesia merdeka dan berpemerintahan
sendiri, yang mengatur nasibnya sendiri.
B.
Gerakan
Pembaruan Islam yang dimotori oleh Syarikat Islam
Akar kesadaran
politik umat islam pada masa modern dapat ditelusuri dengan bangktiknya SI
(sarekat Islam) sebelum perang dunia I. SI adalah transformasi dari SDI
(Sarekat Dagang Islam) yang didirikan pada tahun 1911. SI adalah gerakan
politik pertama dalam sejarah Modern Indonesia. untuk keperluan kajian ini,[11] sebagaimana telah diuraikan pada pemaparan terdahulu bahwa
Syarikat Islam adalah gerakan kolektif yang lahir dari suatu kondisi
masnyarakat yang statis dan butuh pembaruan, baik dari sistem yang ditetapkan
oleh penundukan kolonial belanda, maupun beberapa tradisi yang terbentuk pada
masyarakat yang dinilai negatif pada waktu itu.
1.
Ide-Ide Umum Syarekat
Islam
Sebagai sebuah organisasi pergerakan yang berbasis Islam, Syarekat
Islam lahir dengan keinginan untuk mengubah tatanan sosial kemasyarakatan yang
menimpa masyarakat muslim, akibat kondisi keterjajahan mereka oleh Belanda kala
itu.Meskipun pada awalnya - saat masih bernama SDI - gerakan ini lahir sebagai gerakan Islam yang menitikberatkan
perjuangannya pada bidang ekonomi umat, namun muncul pula kesadaran bahwa
perhatian pada ekonomi umat, mesti dipadukan dengan peranan politik umat Islam.
Hadirnya HOS Tjokroaminoto dalam pergerakan ini meretas jalan mulus
menuju kebijakan dan peran politik umat Islam. Di bawah kepemimpinannya
orientasi pergerakan lebih bersifat politik. Ia lalu menasional terbukti dari
kongres-kongres yang diadakan dengan menggunakan kata nasional, khususnya sejak
1916 di Bandung. Sifat politik secara tegas diformulasikan dalam ketetapan
kongres pada 1917 di Batavia. Cita-cita mewujudkan pemerintahan sendiri dan
berparlemen telah dikemukakan oleh HOS Tjokroaminoto dan Abdul Muis, salah
seorang tokoh Budi Utomo yang bergabung untuk kemudian mengubah SI menjadi
Central Sarekat Islam (CSI).
Desakan yang berhasil dilakukan terhadap pemerintah adalah
berdirinya Volksraad di mana dua orang tokoh CSI duduk di dalamnya yaitu HOS
Tjokroaminoto dan Abdul Muis. Sikap HOS Tjokroaminoto begitu keras sehingga ia
mengeluarkan sebuah petisi/mosi tidak percaya kepada pemerintah karena
menganggap Volksraad tidak berpihak kepada kehendak mendengarkan aspirasi
masyarakat bangsa pribumi.
Kemudian di dalam tubuh CSI terjadi perpecahan, hingga pada kongres
Nasional VI bulan Oktober 1921 di Surabaya ditegakkan disiplin partai, yaitu
mengharamkan orang-orang berhaluan komunis berada di dalam SI/PSII. Dari sini
sejarah mencatat bahwa SI jadi terbelah dua: SI Putih dan SI Merah. SI putih
(yang dimotori oleh Agus Salim dan Abdul Muis) berhasil membuang SI merah
--yang di dalamnya terdapat Semaun, Tan Malaka, Darsono, Alimin dan Haji
Misbach-- dari tubuh PSII/SI. Sebagai konsekuensinya SI menjadi (Sarekat Internasional)
bertukar nama menjadi Sarekat Rakyat dan menyatakan dirinya sebagai suatu
organisasi radikal nasional baru.
Ide-ide umum yang dapat ditangkap dari pergerakan Sarekat Islam,
dapat dilihat pada Anggaran Dasar pertama yang dirumuskan oleh Raden Mas Tirto
Adisurjo. “Tiap-tiap orang mengetahuilah bahwa masa yang sekarang ini
dianggapnya masa zaman kemajuan, haruslah sekarang kita berhaluan: Janganlah
hendaknya mencari kemajuan itu cuma dengan suara saja. Bagi kita kaum muslimin
adalah dipikulkan wajib juga akan turut mencapai tujuan itu, dan oleh
karenanya, maka telah kita tetapkanlah mendirikan perhimpunan Sarekat Islam”
Dalam ungkapan itu dapat ditangkap bahwa terdapat kesadaran akan ketertinggalan umat Islam yang harus segera dientaskan lewat kerja keras yang sungguh-sungguh, agar umat dapat maju dan turut serta dalam pengambilan kebijakan dalam percarutan kehidupan sosial maupun politik di Indonesia.
Dalam ungkapan itu dapat ditangkap bahwa terdapat kesadaran akan ketertinggalan umat Islam yang harus segera dientaskan lewat kerja keras yang sungguh-sungguh, agar umat dapat maju dan turut serta dalam pengambilan kebijakan dalam percarutan kehidupan sosial maupun politik di Indonesia.
Hal di atas juga nampaknya lahir dari kesadaran akan keterpurukan
umat Islam. Seperti kita lihat pada bagian-bagian sebelumnya bahwa ternyata
masyarakat muslim di kala itu terposisikan sebagai kelompok masyarakat kelas
tiga di samping Belanda dan etnis-etnis; Cina dan juga Arab. Keterpurukan itu
sangat jelas pada bidang ekonomi. Belanda sebagai peletak kebijakan, memberikan
kesempatan yang lebih besar kepada non pribumi dalam persoalan perdagangan dan
ekonomi. Hal itu membuat sebagian pemikir muslim kala itu merasa terpanggil
untuk meluruskan keberpihakan yang tidak adil itu. Karenanya dapat dikatakan
bahwa pada awal berdirinya, ide umum yang ditelorkan oleh Sarekat Dagang Islam,
seperti namanya adalah melakukan “perang” secara ekonomi melawan pihak-pihak
tertentu. Di samping itu, tujuan organisasi ini adalah:
“Akan berikhtiar supaya anggota-anggotanya satu sama lain bergaul
seperti saudara dan supaya timbullah kerukunan dan tolong menolong satu sama
lain antara sekalian kaum muslimin dan lagi dengan segala daya upaya yang halal
dan tidak menyalahi wet-wet negeri-negeri Surakarta dan wet-wet government,…
berikhtiar mengangkat derajat rakyat agar menimbulkan kemakmuran, kesejahteraan
dan kebesaran negeri”.[12]
Terlihat jelas dalam bagian ini bahwa keberpihakan yang menjadi
arah dari Sarekat Islam adalah memajukan umat Islam dari sisi ekonomi dan juga
politik, serta terkandung pula usaha untuk membebaskan negeri ini dari
penjajahan Belanda.
Simpulnya dapat dikatakan bahwa ide-ide umum yang ditelorkan SI bermuara pada usaha kebangkitan umat Islam, lewat persatuan serta perjuangan melepaskan diri dari cengkeraman kuku-kuku penjajah.[13]
Simpulnya dapat dikatakan bahwa ide-ide umum yang ditelorkan SI bermuara pada usaha kebangkitan umat Islam, lewat persatuan serta perjuangan melepaskan diri dari cengkeraman kuku-kuku penjajah.[13]
2.
Ide-Ide
Pembaruan Si
Sebagai pergerakan Islam yang pertama di tanah air, SI tentu saja
memiliki ide-ide pembaruan yang ingin diterapkannya sebagai proses menuju
sasaran yang diinginkannya. Ide-ide pembaharuan itu dapat dilihat dari hasil
kongres SI 1917 yang isinya antara lain:
Dibidang Politik: SI menuntut berdirinya dewan-dewan
daerah, perluasan volkstrad (dewan rakyat) serta menuntut penghapusan kerja
paksa dan sistem izin untuk bepergian, dibidang Pendidikan:
Partai menuntut penghapusan peraturan yang mendiskriminasikan penerimaan murid
di sekolah-sekolah. Ia juga menuntut terlaksananya wajib belajar untuk semua
penduduk sampai berumur 15 tahun; perbaikan lembaga-lembaga pendidikan pada
segala tingkatan; memasukkan pelajaran keterampilan; perluasan sekolah hukum
dan sekolah kedokteran menjadi universitas dan pemberian Bea siswa untuk belajar
di luar negeri. Dibidang Agama: Partai menuntut dihapusnya
undang-undang dan peraturan yang menghambat tersebarnya Islam; pembayaran gaji
bagi kiyai dan penghulu; subsidi bagi lembaga-lembaga pendidikan Islam dan
pengkauan hari-hari besar Islam. Dibidang Agraria: Partai
menuntut perbaikan agraria dan pertanian dengan menghapuskan particulire
lauderijen (tuan tanah). Dibidang Industri. Partai menuntut agar
industri-industri yang sangat penting, dinasionalisasikan. Dibidang Keuangan
dan perpajakan: Partai menuntut adanya pajak-pajak berdasar
proporsional serta pajak-pajak yang dipungut terhadap laba perkebunan. Di
bidang Kooperasi: Partai menuntut agar pemerintah memberikan
bantuan bagi perkumpulan kooperasi. Dibidang Sosial: Partai
menuntut agar pemerintah memerangi minuman keras dan candu; perjudian dan
prostitusi; juga melarang penggunaan tenaga kerja anak-anak; mengeluarkan
peraturan perburuhan yang menjaga kepentingan para pekerja serta menambah
jumlah poliklinik dengan gratis.[14]
Demikianlah ide-ide yang lahir berupa tuntutan kepada pihak
pemerintah. Jika diteliti nampaklah bahwa tema-tema yang menjadi tuntutan SI
kepada pemerintah, seluruhnya bernuansa keinginan untuk memberikan kehidupan
yang layak bagi masyarakat dari segi ekonomi, politik, pendidikan dan juga
keamanan.[15]
BAB
III
PENUTUP
Demikianlah
makalah ini dibuat, sebagai catatan penutup, pemakalah dapat menarik beberapa
kesimpulan, antara lain:
1.
Syarikat Islam ini lahir berdasarkan cita-cita
perkerakan Islam melalui beberapa aspek yaitu berasaskan Islam sebagai dasar
perjuangan, asas kerakyatan sebagai dasar menghimpun massar serta asas sosial
ekonomi sebagai usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2.
Syarikat Islam
melakukan pembaruan yang meliputi Politik, Pendidikan,
Agama,
Agraria,
Industri,Keuangan dan perpajakan, Kooperasi dan Sosial.
DAFTAR
PUSTAKA
Http://alwishahab.wordpress.com Syarikat
Islam., 20 September 2012
Http://dorokabuju.blogspot.com
Syarikat Islam – Gerakan Pembaruan, 20 September 2012
Http://serbasejarah.wordpress.com
Cita Dasar Pergerakan Syarikat Islam, 20 September 2012
K.
Kitti, Philip. History Of The Arabs. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta;
Edisi Revisi ke-10. 2010.,
M A Gani, Cita Dasar dan Pola
Perjuangan Syarikat Islam,
Jakarta: Bulan Bintang, 1984, hlm. 12-13.
Prasetyo, Eko. Islam Kiri – Jalan Menuju Revolusi Sosial.
Insist Press Printing, Yogyakarta; Cet. Ke-2 2004.,
Raharjo, M. Dawan. Intelektual Intelegensiada perilaku politik
bangsa – Risalah Cendikiawan Muslim. Penerbit Mizan.Cet. ke-4. Bandung; 1999.,
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah
II. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta; Cet ke-23; 2011., h. 37
[1] Philip K.
Kitti, History Of The Arabs. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta; Cet I.
2010., h. 395
[2] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta; Cet ke-23; 2011., h. 37
[3] M. Dawan
Raharjo, Intelektual Intelegensiada perilaku politik bangsa – Risalah Cendikiawan
Muslim. Penerbit Mizan.Cet. ke-4. Bandung; 1999., h. 43
[4] ibid
[5] Kutipan dari
Pidato H. Agus Salim yang dikutip melalui buku M. Dawan Raharjo, Intelektual
Intelegensiada perilaku politik bangsa – Risalah Cendikiawan Muslim. Penerbit
Mizan.Cet. ke-4. Bandung; 1999., h. 44
[6] Kalimat yang
diabadikan oleh Chamlmers Johnson dan Marco Kartodikromo yang di kutip tadi
buku: Eko Prasetyo, Islam Kiri – Jalan Menuju Revolusi Sosial. Insist
Press Printing, Yogyakarta; Cet. Ke-2 2004., h. 174
[11] M A Gani, Cita Dasar dan Pola Perjuangan Syarikat
Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1984, hlm. 12-13.
[15] ibid
Comments
Post a Comment
شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم