Skip to main content

Syarikat Islam (Gerakan Pembaharu Politik Islam Indonesia)


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Dalam sejarah perkembangan Islam, banyak aspek yang telah menjadi corak terpenting yang telah berhasil dipraktikkan secara Islami, dalam artian hal tersebut berpedoman melalui al-Qur’an dan as-Sunnah. Aspek yang telah menjadi corak positif pada pemeluk agama Islam adalah keunggulan di bidang politik sebagaimana telah tercatat dalam sejarah bahwa ketika Daulat Bani Abbas memegak pemerintahan dunia Islam, telah berhasil membentuk sistem politik yang luar biasa kuat hingga kepemimpinan dalam suatu dinasti mencapai 5 abad,
juga dikisahkan bahwa umat Islam dibawa kendali khalifah Bani Abbas juga berhasil menciptakan sumber pemasukan negara, biro-biro pemerintahan yang teratur, sistem organisasi militer yang kuat, administrasi wilayah pemerintahan yang lengkap dan lain-lain.[1] Disamping itu, Islam juga berhasil memperluas wilayah kekuasaan dalam meletakkan pengaruh kekuatan Islam. Dalam sejarah, juga tercatat bahwa saat kepemimpinan Umar Bin Khattab, perluasan daerah kekuasaan terjadi, pertama terjadi perluasan Syiriah – Damaskus jatuh pada tahun 653 M dan setahun setelah itu, secara total wilaya Syiriah dibawa kendali Islam.[2] Bukan hanya itu, bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, militer dan sebagainya juga telah mewarnai perkembangan dunia Islam.
Disisi lain, meski telah mengalami kemajuan total, namun dalam sejarah juga tercatat bahwa Islam mengalami kemunduran yang indikatornya bila dikaji lebih dalam cukup sederhana yaitu melalui dua hal, yang pertama adalah karena kepemimpinan Islam tidak lagi berada pada jalur ketaqwaan sehingga mengalami pergeseran dan yang kedua adalah karena dunia diluar Islam lebih gesit melakukan gerakan pembaharuan dalam urusan pemikiran demi peningkatan kesejahtaraan masyarakat di Dunia mereka. Kedua indikator tersebus sangat beralasan untuk suatu kemajuan dalam Islam.
Kepemimpinan Islam yang dalam sejarah pernah menjatat kemajuan, ternyata juga disebutkan bahwa dalam suatu babakan sejarah, telah mengalami kemunduran. Sejarah tersebut juga mengurai alasan-alasan ril yang menyebabkan keruntuhan Islam tersebut. Melalui sejarah itulah, umat Islam yang merasa mengalami pergeseran yang begitu drastis melakukan gerakan pemikiran yang seringkali dilakukan melalui penanaman wacaca, baik melalui buku-buku maupun dipublikasikan lewat mimbar. Cara lain yang juga digunakan dalam dengan membentuk gerakan kolektif atas nama Islam.
Di Indonesia, gerakan kolektif yang terbentuk atas nama Islam sangat banyak, antara lain Syarikat Islam, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, dan lain-lain. Sementara itu, juga terdapat tokoh pembaharu atau pemikir di Dunia Islam Indonesia antara lain, Harun Nasution, Nurhalis Majid, Abdul Rahman Wahid dan lain-lain. Yang menarik adalah, Syarikat Islam yang memiliki posisi stretegis sebagai penggerak pembaharuan politik Islam hadir ditengah-tengah masyarakat Indonesia dan turut berjuang dalam merebut kemeredekaan Republik Indonesia.
Gerakan pembaruan politik Islam oleh Syarikat Islam telah memberi sumbangan besar terhadap tercapainya kemerdekaan Republik Indonesia dan yang terpenting adalah memberikan warna yang cerah pada dunia Islam, khususnya di Indonesia. Berangkat dari daya atau power Syarikat Islam inilah kita penting untuk mengetahui gejala politik dan perkembangannya sehingga lahir Organisasi Pembaharuan Politik dalam Islam, Khususnya di Indonesia. tentunya juga penting diketahui apa landasan utama yang menjadi acuan dalam gerakan pembaruan politik. Tentunya syarikat Islam lahir untuk kemajuan Islam Indonesia.
B.     Rumusan Masalah
Berangkat dari masalah di atas, pemakalah menarik permasalahan pokok yaitu bagaimana Ide masyarakat Islam di Indonesia sehingga lahir gerakan pembaruan Islam oleh syarikat Islam. Dari permasalahan ini, pemakalah menguraikan beberapa sub masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang melatarbelakangi lahirnya syarikat Islam?
2.      Apa gerakan Pembaruan Islam yang dimotori oleh Syarikat Islam?
Kedua permasalahan tersebut sengaja dimunculkan untuk membatasi arah pembahasan pada makalah ini sekaligus mempertegas arah pembahasan. Pembatasan masalah tersebut dibuat agar tidak terjebak pada pembahasan masalah yang lebih luas dan tidak terarah.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Latarbelakang lahirnya Syarikat Islam
Islam yang historis di Indonesia telah membawa kebangkitan sosial Ekonomi dan kebangkitan kebangsaan yang bersifat kerakyatan. Yang pertama diwujudkan dengan berdirinya organisasi sosial ekonomiyang bercorak modern, yaitu sarekat dagang islam (SDI) yang didirikan oleh H. Samanhudi di Solo pada tahun 1912.[3]
Pada mulanya, SI lahir dengan motif menciptakan “kerukunan dan tolong-menolong satu sama lain antara sekalian kaum Muslim serta berikhtiar agar “anggota-anggotanya bergaul satu sama lain seperti saudara”. Dan melalui beberapa kegiatan, SI mengangkat derajat rakyat, agar menimbulkan kemakmuran, kesejahteraan dan kebesaran Negeri.[4] Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kaitan antara citacita bangsa dan keerakyatan dengan cita-cita Islam? Tentang hal ini, H. Agus Salim (Pemimpin SK setelah HOS Cokrominoto) pernah berpesan sebagai berikut:
“Syahdan bagi masyarakat Jawa, dan bagi bangsa Hindia umumnya, adalah agama yang menjadi asas paham kehidupan dan pemandangan dunianya itu agama Islam, yang senyata-nyatanya agama itu berkelindang dengan bangsa kita dan perasaan keebangsaan kita. Agama Islam timbul dan tumbuhnya dalam bangsa kita sendiri”[5]

Berangkat dari tujuan dasar pendiriannya, SI dirintis atas dasar keislaman dan politik kebangsaan untuk meretas masalah-masalah yang terjadi dalam lingkunp Nusantara. Dua hal yang membuat revolusi terjadi yaitu Massa yang tidak puas dan suatu elit yang berkepala batu (Chalmers Johnson), atau kalimat yang senada “sungguh mati, selama kamu rakyat Hindia, tidak punya keberanian, kamu pasti akan diinjak dan disebut sebagai seperempat manusia” (Marco Kartodikromo).[6] Dari cikal bakal polemik dalam masayarakat memang sangat kuat mempengaruhi munculnya gerakan pembaharuan. Dengan dasar yang sama, yaitu banyaknya masalah sosial yang lahir di dunia Islam di Indonesia, sehingga lahir suatu gerakan organisasi Islam yang telah meletakkan pondasi utama terhadap pemikiran dan gerakan pembaruan Islam yaitu Syarikat Islam (dalam sumber lain bertuliskan “Serikat Islam”).
Syarikat Islam ini lahir berdasarkan cita-cita pergerakan Islam melalui beberapa aspek yaitu berasaskan Islam sebagai dasar perjuangan, asas kerakyatan sebagai dasar menghimpun massar serta asas sosial ekonomi sebagai usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat.[7] Sejak permulaan, namanya adalah “Serikat Dagang Islam” didirikan oleh H Samanhudi pada tanggal 16 Oktober 1905 di Solo dan kemudian ketika Syarikat Islam diresmikan dengan Akte Notaris pada tanggal 10 September 1912 dengan berkedudukan di kota Solo.[8]
Di dalam akte notaris yang memuat statuen dari perkumpulan Syarikat Islam tertanggal 10 September 1912, ditetapkan tujuan dari perkumpulan itu, pada waktu itu dalam bahasa Belanda, terjemahannnya ialah :
Tujuan Syarikat Islam :
1.      Memajukan Perdagangan (jadi tujuan ini tetap dipertahankan sejak SDI)
2.      Memberikan pertolongan kepada anggota-anggota yang mengalami kesukaran (jadi semacam koperasi)
3.      Memajukan kepentingan rohani dan jasmani dari penduduk asli
4.      Memajukan kehidupan agama Islam
Adapun maksud pendirian Syarikat Islam menurut HOS Cokrominoto adalah sebagai berikut :
  1. Menghilangkan anggapan yang sangat sesat tentang agama Islam, dan memajukan peri-kehidupan menurut ajaran Islam, serta memajukan amal saleh dan kebaktian kepada Allah, diantara rakyat Indonesia
  2. Memelihara tali cinta diantara sesama para anggota dan membangun hati mereka untuk mengerjakan tolong-menolong satu sama lain
  3. Memberikan pertolongan kepada anggota yang bukan karena salahnya sendiri dan tidak sengaja mendapat kesusahan. Buat meneguhkan keyakinan, untuk membesarkan kekuatan batin dan semangat serta menyucikan hati tiap-tiap anggota, maka sekalian anggota partai, dengan kemampuannya sendiri menyatakan janji dan sumpah, bahwa mereka itu :
a.    Akan maju untuk menjalankan perbuatan suci
b.    Maju untuk mencari kepandaian
c.    Maju untuk mengerjakan perbuatan yang benar
d.   Maju untuk melaksanakan penyempurnaan Ilmu[9]
Selain berangkat dari tujuan dan maksud pendirian Syarikat Islam sebagaimana telah diuraikan di atas, juga ada beberapa tujuan politis yang melatarbelakangi lahirnya syarikat Islam, tujuan tersebut antara lain adalah :
1.      Persatuan Umat
Kemenangan Belanda menjajah bumi nusantara bukan saja karena memiliki senjata dan mesiu yang lengkap, tetapi juga karena mereka mendapat bantuan dari golongan bangsa kita sendiri yang rasa nasionalitasnya masih nihil. apalagi karena godaan kedudukan, uang dan kekayaan. Selain itu sepanjang abad ke-19 karena perjuangan mereka dalam menghadapi kekuasaan Belanda yang telah menimbulkan penderitaan rakyat yang demikian parah tidak didasarkan pada usaha memiliki organisasi yang teratur dan rapi, tidak juga memiliki program dan arah yang terencana. Maka atas dasar pemikiran itulah Syarikat Islam berpendapat bahwa persatuan dan kesatuan umat menjadi suatu yang mutlak dan tak bisa ditawar lagi. Malah lebih dari itu Syarikat Islam ingin menciptakan satu persatuan dan kesatuan umat Islam sedunia, yang lebih dikenal dengan istilah Pan-Islamisme.
2.      Kemerdekaan Umat
Yang dimaksud dengan kemerdekaan umat adalah kemerdekaan bangsa Indonesia dalam bidang politik dan bidang ekonomi. Kemerdekaan adalah mutiara kehidupan bagi setiap insan yang ingin menikmati rahmat dan karunia Allah.
Kemerdekaan dan kedaulatan yang telah hilang dan lenyap karena diperkosa oleh Belanda, maka menjadi kewajiban untuk mengembalikan kemerdekaan dan kedaulatan dan kewajiban untuk melenyapkan segala perbedaan-perbedaan. Tegasnya kemerdekaan umat adalah “melenyapkan perbudakan manusia atas manusia”.
  1. Sistem Pemerintahan
”Tidaklah wajar untuk melihat Indonesia sebagai sapi perahan yang disebabkan hanya karena susu. Tidaklah pada tempatnya untuk menganggap negeri ini sebagai suatu tempat di mana orang-orang datang dengan maksud mengambil hasilnya, dan pada saat ini tidaklah lagi dapat dipertanggungjawabkan bahwa penduduknya adalah penduduk pribumi, tidak mempunyai hak untuk berpartisipasi di dalam masalah-masalah politik, yang menyangkut nasibnya sendiri… tidak bisa lagi terjadi bahwa seseorang mengeluarkan undang-undang dan peraturan untuk kita, mengatur hidup kita tanpa partisipasi kita.”[10]
Dari kutipan diatas jelas bahwa Syarikat Islam berjuang untuk mendapatkan bangsa Indonesia merdeka dan berpemerintahan sendiri, yang mengatur nasibnya sendiri.
B.     Gerakan Pembaruan Islam yang dimotori oleh Syarikat Islam
Akar kesadaran politik umat islam pada masa modern dapat ditelusuri dengan bangktiknya SI (sarekat Islam) sebelum perang dunia I. SI adalah transformasi dari SDI (Sarekat Dagang Islam) yang didirikan pada tahun 1911. SI adalah gerakan politik pertama dalam sejarah Modern Indonesia. untuk keperluan kajian ini,[11] sebagaimana telah diuraikan pada pemaparan terdahulu bahwa Syarikat Islam adalah gerakan kolektif yang lahir dari suatu kondisi masnyarakat yang statis dan butuh pembaruan, baik dari sistem yang ditetapkan oleh penundukan kolonial belanda, maupun beberapa tradisi yang terbentuk pada masyarakat yang dinilai negatif pada waktu itu.
1.      Ide-Ide Umum Syarekat Islam
Sebagai sebuah organisasi pergerakan yang berbasis Islam, Syarekat Islam lahir dengan keinginan untuk mengubah tatanan sosial kemasyarakatan yang menimpa masyarakat muslim, akibat kondisi keterjajahan mereka oleh Belanda kala itu.Meskipun pada awalnya - saat masih bernama SDI - gerakan ini lahir sebagai  gerakan Islam yang menitikberatkan perjuangannya pada bidang ekonomi umat, namun muncul pula kesadaran bahwa perhatian pada ekonomi umat, mesti dipadukan dengan peranan politik umat Islam.
Hadirnya HOS Tjokroaminoto dalam pergerakan ini meretas jalan mulus menuju kebijakan dan peran politik umat Islam. Di bawah kepemimpinannya orientasi pergerakan lebih bersifat politik. Ia lalu menasional terbukti dari kongres-kongres yang diadakan dengan menggunakan kata nasional, khususnya sejak 1916 di Bandung. Sifat politik secara tegas diformulasikan dalam ketetapan kongres pada 1917 di Batavia. Cita-cita mewujudkan pemerintahan sendiri dan berparlemen telah dikemukakan oleh HOS Tjokroaminoto dan Abdul Muis, salah seorang tokoh Budi Utomo yang bergabung untuk kemudian mengubah SI menjadi Central Sarekat Islam (CSI).
Desakan yang berhasil dilakukan terhadap pemerintah adalah berdirinya Volksraad di mana dua orang tokoh CSI duduk di dalamnya yaitu HOS Tjokroaminoto dan Abdul Muis. Sikap HOS Tjokroaminoto begitu keras sehingga ia mengeluarkan sebuah petisi/mosi tidak percaya kepada pemerintah karena menganggap Volksraad tidak berpihak kepada kehendak mendengarkan aspirasi masyarakat bangsa pribumi.
Kemudian di dalam tubuh CSI terjadi perpecahan, hingga pada kongres Nasional VI bulan Oktober 1921 di Surabaya ditegakkan disiplin partai, yaitu mengharamkan orang-orang berhaluan komunis berada di dalam SI/PSII. Dari sini sejarah mencatat bahwa SI jadi terbelah dua: SI Putih dan SI Merah. SI putih (yang dimotori oleh Agus Salim dan Abdul Muis) berhasil membuang SI merah --yang di dalamnya terdapat Semaun, Tan Malaka, Darsono, Alimin dan Haji Misbach-- dari tubuh PSII/SI. Sebagai konsekuensinya SI menjadi (Sarekat Internasional) bertukar nama menjadi Sarekat Rakyat dan menyatakan dirinya sebagai suatu organisasi radikal nasional baru.
Ide-ide umum yang dapat ditangkap dari pergerakan Sarekat Islam, dapat dilihat pada Anggaran Dasar pertama yang dirumuskan oleh Raden Mas Tirto Adisurjo. “Tiap-tiap orang mengetahuilah bahwa masa yang sekarang ini dianggapnya masa zaman kemajuan, haruslah sekarang kita berhaluan: Janganlah hendaknya mencari kemajuan itu cuma dengan suara saja. Bagi kita kaum muslimin adalah dipikulkan wajib juga akan turut mencapai tujuan itu, dan oleh karenanya, maka telah kita tetapkanlah mendirikan perhimpunan Sarekat Islam”
Dalam ungkapan itu dapat ditangkap bahwa terdapat kesadaran akan ketertinggalan umat Islam yang harus segera dientaskan lewat kerja keras yang sungguh-sungguh, agar umat dapat maju dan turut serta dalam pengambilan kebijakan dalam percarutan kehidupan sosial maupun politik di Indonesia.
Hal di atas juga nampaknya lahir dari kesadaran akan keterpurukan umat Islam. Seperti kita lihat pada bagian-bagian sebelumnya bahwa ternyata masyarakat muslim di kala itu terposisikan sebagai kelompok masyarakat kelas tiga di samping Belanda dan etnis-etnis; Cina dan juga Arab. Keterpurukan itu sangat jelas pada bidang ekonomi. Belanda sebagai peletak kebijakan, memberikan kesempatan yang lebih besar kepada non pribumi dalam persoalan perdagangan dan ekonomi. Hal itu membuat sebagian pemikir muslim kala itu merasa terpanggil untuk meluruskan keberpihakan yang tidak adil itu. Karenanya dapat dikatakan bahwa pada awal berdirinya, ide umum yang ditelorkan oleh Sarekat Dagang Islam, seperti namanya adalah melakukan “perang” secara ekonomi melawan pihak-pihak tertentu. Di samping itu, tujuan organisasi ini adalah:
“Akan berikhtiar supaya anggota-anggotanya satu sama lain bergaul seperti saudara dan supaya timbullah kerukunan dan tolong menolong satu sama lain antara sekalian kaum muslimin dan lagi dengan segala daya upaya yang halal dan tidak menyalahi wet-wet negeri-negeri Surakarta dan wet-wet government,… berikhtiar mengangkat derajat rakyat agar menimbulkan kemakmuran, kesejahteraan dan kebesaran negeri”.[12]
Terlihat jelas dalam bagian ini bahwa keberpihakan yang menjadi arah dari Sarekat Islam adalah memajukan umat Islam dari sisi ekonomi dan juga politik, serta terkandung pula usaha untuk membebaskan negeri ini dari penjajahan Belanda.
Simpulnya dapat dikatakan bahwa ide-ide umum yang ditelorkan SI bermuara pada usaha kebangkitan umat Islam, lewat persatuan serta perjuangan melepaskan diri dari cengkeraman kuku-kuku penjajah.[13]
2.      Ide-Ide Pembaruan Si
Sebagai pergerakan Islam yang pertama di tanah air, SI tentu saja memiliki ide-ide pembaruan yang ingin diterapkannya sebagai proses menuju sasaran yang diinginkannya. Ide-ide pembaharuan itu dapat dilihat dari hasil kongres SI 1917 yang isinya antara lain:
Dibidang Politik: SI menuntut berdirinya dewan-dewan daerah, perluasan volkstrad (dewan rakyat) serta menuntut penghapusan kerja paksa dan sistem izin untuk bepergian, dibidang Pendidikan: Partai menuntut penghapusan peraturan yang mendiskriminasikan penerimaan murid di sekolah-sekolah. Ia juga menuntut terlaksananya wajib belajar untuk semua penduduk sampai berumur 15 tahun; perbaikan lembaga-lembaga pendidikan pada segala tingkatan; memasukkan pelajaran keterampilan; perluasan sekolah hukum dan sekolah kedokteran menjadi universitas dan pemberian Bea siswa untuk belajar di luar negeri. Dibidang Agama: Partai menuntut dihapusnya undang-undang dan peraturan yang menghambat tersebarnya Islam; pembayaran gaji bagi kiyai dan penghulu; subsidi bagi lembaga-lembaga pendidikan Islam dan pengkauan hari-hari besar Islam. Dibidang Agraria: Partai menuntut perbaikan agraria dan pertanian dengan menghapuskan particulire lauderijen (tuan tanah). Dibidang Industri. Partai menuntut agar industri-industri yang sangat penting, dinasionalisasikan. Dibidang Keuangan dan perpajakan: Partai menuntut adanya pajak-pajak berdasar proporsional serta pajak-pajak yang dipungut terhadap laba perkebunan. Di bidang Kooperasi: Partai menuntut agar pemerintah memberikan bantuan bagi perkumpulan kooperasi. Dibidang Sosial: Partai menuntut agar pemerintah memerangi minuman keras dan candu; perjudian dan prostitusi; juga melarang penggunaan tenaga kerja anak-anak; mengeluarkan peraturan perburuhan yang menjaga kepentingan para pekerja serta menambah jumlah poliklinik dengan gratis.[14]
Demikianlah ide-ide yang lahir berupa tuntutan kepada pihak pemerintah. Jika diteliti nampaklah bahwa tema-tema yang menjadi tuntutan SI kepada pemerintah, seluruhnya bernuansa keinginan untuk memberikan kehidupan yang layak bagi masyarakat dari segi ekonomi, politik, pendidikan dan juga keamanan.[15]

BAB III
PENUTUP
Demikianlah makalah ini dibuat, sebagai catatan penutup, pemakalah dapat menarik beberapa kesimpulan, antara lain:
1.      Syarikat Islam ini lahir berdasarkan cita-cita perkerakan Islam melalui beberapa aspek yaitu berasaskan Islam sebagai dasar perjuangan, asas kerakyatan sebagai dasar menghimpun massar serta asas sosial ekonomi sebagai usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2.      Syarikat Islam melakukan pembaruan yang meliputi Politik, Pendidikan, Agama, Agraria, Industri,Keuangan dan perpajakan, Kooperasi dan Sosial.


DAFTAR PUSTAKA
Http://alwishahab.wordpress.com Syarikat Islam., 20 September 2012
Http://dorokabuju.blogspot.com Syarikat Islam – Gerakan Pembaruan, 20 September 2012
Http://serbasejarah.wordpress.com Cita Dasar Pergerakan Syarikat Islam, 20 September 2012
K. Kitti, Philip. History Of The Arabs. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta; Edisi Revisi ke-10. 2010.,
M A Gani, Cita Dasar dan Pola Perjuangan Syarikat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1984, hlm. 12-13.
Prasetyo, Eko. Islam Kiri – Jalan Menuju Revolusi Sosial. Insist Press Printing, Yogyakarta; Cet. Ke-2 2004.,
Raharjo, M. Dawan. Intelektual Intelegensiada perilaku politik bangsa – Risalah Cendikiawan Muslim. Penerbit Mizan.Cet. ke-4. Bandung; 1999.,
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta; Cet ke-23; 2011., h. 37



[1] Philip K. Kitti, History Of The Arabs. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta; Cet I. 2010., h. 395
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta; Cet ke-23; 2011., h. 37
[3] M. Dawan Raharjo, Intelektual Intelegensiada perilaku politik bangsa – Risalah Cendikiawan Muslim. Penerbit Mizan.Cet. ke-4. Bandung; 1999., h. 43
[4] ibid
[5] Kutipan dari Pidato H. Agus Salim yang dikutip melalui buku M. Dawan Raharjo, Intelektual Intelegensiada perilaku politik bangsa – Risalah Cendikiawan Muslim. Penerbit Mizan.Cet. ke-4. Bandung; 1999., h. 44
[6] Kalimat yang diabadikan oleh Chamlmers Johnson dan Marco Kartodikromo yang di kutip tadi buku: Eko Prasetyo, Islam Kiri – Jalan Menuju Revolusi Sosial. Insist Press Printing, Yogyakarta; Cet. Ke-2 2004., h. 174
[7] http://serbasejarah.wordpress.com Cita Dasar Pergerakan Syarikat Islam, 20 September 2012
[8] Http://alwishahab.wordpress.com Syarikat Islam., 20 September 2012
[9] http://serbasejarah.wordpress.com Cita Dasar Pergerakan Syarikat Islam, 20 September 2012
[10] http://serbasejarah.wordpress.com Cita Dasar Pergerakan Syarikat Islam, 20 September 2012
[11] M A Gani, Cita Dasar dan Pola Perjuangan Syarikat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1984, hlm. 12-13.

[12] http://dorokabuju.blogspot.com Syarikat Islam – Gerakan Pembaruan, 20 September 2012
[13] http://dorokabuju.blogspot.com Syarikat Islam – Gerakan Pembaruan, 20 September 2012
[14] http://dorokabuju.blogspot.com Syarikat Islam – Gerakan Pembaruan, 20 September 2012
[15] ibid

Comments

Popular posts from this blog

Strategi Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib

BAB I PENDAHULUAN A.       Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota   Bani Sa’dah, Madinah.  

Kedudukan Ar-ra'yu sebagai Landasan Hukum Islam

Referensi Pada dasarnya umat Islam yang beriman Kepada Allah swt. Meyakini bahwa Sumber utama Ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis sudah sempurna. Firman Allah dalam Alquran sudah sempurna membahas aturan-aturan, hukum, ilmu pengetahuan (filsafat), kisah, ushul fiqh dan lain-lain. Begitu juga Hadis Rasulullah yang salah satu sifatnya menjadi penjelasan ayat-ayat dalam Alquran. Posisi Hadis adalah penjelas dan sumber kedua setelah Alquran.

Dasar-dasar Pendidikan Islam

DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM (Tinjauan al-Qur'an dan Hadis) Oleh : Kelompok 2 A.    Pendahuluan Islam mempunyai berbagai macam aspek, di antaranya adalah pendidikan (Islam). Pendidikan Islam bermula sejak nabi Muhammad Saw, menyampaikan ajaran Islam kepada umatnya. [1]   Pendidikan adalah proses atau upaya-upaya menuju pencerdasan generasi, sehingga menjadi manusia dalam fitrahnya. Itu artinya bahwa pendidikan merupakan conditio sine quanon yang harus dilakukan pada setiap masa. Berhenti dari gerakan pendidikan berarti   lonceng kematian (baca; kemunduran atau keterbelakangan) telah berbunyi dalam masyarakat atau negara.