Diskusi yang mengangkat tema tentang
nuzulul Qur’an yang berlagsung hari sabtu tanggal 9 Juni 2012 di Ruang A.106 di
Kampus PPs. Universitas Muslim Indonesia menjadi topik yang menarik.
Hal itu
terlihat pada interaksi forum yang secara total terbilang hidup dan memberikan
warna khas dari masing-masing latarbelakang pereserta diskusi. Kajian ini
merupakan tema khusus dari mata kuliah pendekatan dalam pengkajian Islam.
Saat mengangkat masalah, pemakalah
ingin menjelaskan beberapa point penting yang hingga saat ini masih biasa
diperdebatkan oleh mahasiswa. Masalah tersebut adalah tentang bahasa Al-Qur’an
yang berbahasa arab atau bahasa arabkah yang dipakai Al-Qur’an?. Masalah yang
berikutnya ialah tentang cara Nabi Muhammad saw. Menerima wahyu, bagaimana cara
rasulullah mengetahui kalau itu adalah wahyu padahal untuk kondisi tertentu,
ada riwayat yang mengatakan bahwa Rasulullah menerima wahyu melalui malaikat
jibril yang menyamar menjadi pria muda, contoh lain ialah Rasulullah menerima
wahyu dibalik hijab atau suara seperti dering lonceng. Bagaimana rasulullah
mengenal kalau itu adalah wahyu? Lalu bagaimana menjelaskan ini pada orang
awam? Bilakah itu terjadi? Diskusi ini juga menjelaskan Alqur’an secara
ontology dan epistemology serta hikmah al-qur’an diturnkan secara
berangsur-angsur.
Masalah di atas tentunya tidak
sepenuhnya menjadi informasi yang jelas menurut forum atau perserta diskusi.
Olehnya itu terjadi Shering pendapat
antar pereserta diskusi yang masing-masing diantara mereka menunjukkan alasan
dan sumber rujukan. Banyak point yang dibahas, namun hanya ada tiga point yang
dibahas secara serius oleh peserta diskusi yaitu :
1. Terkait dengan hikmah ayat yang diturunkan
secara berangsur-ansur. Beberapa pendapat yang terlontar untuk menjawab
pertanyaan ini, ada yang memberikan keterangan bahwa al-Qur’an turun untuk
menjawab permasalahan yang terjadi saat itu, ada juga yang menjawab bahwa itu
terjadi karena manusia tidak mampu menerima Al-Qur’an (hukum serta kandungan
lain dari al-qur’an sekaligus). Pendapat lain mengenai diskusi ini sangat
bervariatif, namun yang lain dianggap hanya sebagai pelengkap semata.
2. Terkait dengan bahasa Al-Qur’an,
apakah Karena di Arab diturunkan sehingga berbahasa Arab (dalam hal ini, jika
diturunkan di Makassar, apakah Kitab Suci Islam itu akan berbahasa Makassar?),
pertanyaan lain yang senada adalah mengapa al-Qur’an berbahasa Arab?. Ada yang
mengatakan Bahwa karena Bahasa Akhirat adalah bahasa Arab sehingga Al-Qur’an
berbahasa Arab. Ada juga yang mengatakan bahwa karena bahasa Arab merupakan
bahasa yang paling banyak dipakai Rasul-rasul Sebelum Rasulullah saw.
Kesimpulan dari argument awal tersebut menyatakan bahwa Bahasa Kitab suci umat
Islam mutlak Berbahasa Arab namun ada yang mencoba membantah pernyataan ini
bahwa Al-Qur’an berbahasa Arab karena turun di Wilayah Arab, alasannya adalah
tidak mungkin suatu kitab suci diturunkan berdasarkan bahasa yang asing yang
tidak dimengerti oleh yang menerima pesan atau Risalah dari Allah. Alasan ini
diperkuat dengan kitab suci Allah yang turun sebelum Nabi Muhammad yaitu Taurat
dan Injil yang tidak berbahasa Arab namun menggunakan bahasa yang sesuai dengan
bahasa diwilayah atau tempat turunnya wahyu Allah tersebut. Misalnya Kita Injil
Berbahasa Ibrani karena diturunkan untuk meluruskan kejahiliaan orang-orang
Ibrani tersebut.
3. Terkait dengan proses Rasulullah
menerima wahyu, bagaimana cara Rasulullah mengenal kalau bisikan yang datang
kepada beliau adalah wahyu atau bukan? Pertanyaan yang hampir senada dengan
proses Nabi menerima Wahyu yaitu Bagaimana cara Rasulullah meyakinkan orang
awam bahwa itu adalah wahyu? Bagaimana menjelaskan masalah ini secara logika?. Yang
menjawab ini memberikan keterangan bahwa informasi yang sampai pada audienas
adalah sesuatu yang dikenal karena pada suatu informasi akan selalu beriringan
dengan kandungan pesan, nada pesan, dan sesuatu yang pasti adalah bahwa rasa
kedekatan dari informan terhadap komunikan (yang menerima informasi), namun
jawaban tersebut belum sempat terjawab secara maksimal karena kondisi waktu yang
membatasi forum diskusi. Keterangan yang sempat dikemukakan oleh peserta
diskusi adalah bagaimana menjelaskan kalau kelompok orientalis atau ateis
secara logika tentang model pewahyuan nabi tersebut. Jawaban yang ada
menjelaskan bahwa tidak mungkin manusia mampu membuat surat yang menyerupai Ayat-Ayat
Al-Qur’an walaupun secara keseluruhan dari manusia bersatu untuk membuat 10
ayat saja yang serupa dengan Al-Qur’an.
Comments
Post a Comment
شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم