Skip to main content

Cita-Cita & Profesi


Kalau bicara soal pekerjaan, menurut saya yang paling mulia adalah bertani.
Meskipun bertani juga saat ini telah terjangkit virus neoliberalisme namun jaminan kebaikannya masih lebih baik dari beberapa pekerjaan lainnya yang dinilai kebanyakan orang sebagai pekerjaan favorit.
Menurut saya, bertani itu asyik terlebih lagi ketika pekerjaan ini dilaksanakan dengan kerjasama antar warga. Bukankah perkerjaan sosial yang membawa nilai kesetiakawanan sosial dan kearifan lokal merupakan sesuatu yang asyik. Budaya ini hanya dilakukan oleh petani, walaupun kadarnya yang sedikit karena telah tergiring arus oleh gerakan neoliberalisme.
Sebetulnya saya tidak ada niat untuk cerita soal petani namun karena salah satu teman saya menyinggung dengan pesan “biar petani, jangan pernah sebut diri sebagai perani”. Dari pesan teman inilah sehingga saya ingin mengatakan kalau saya bangga jadi petani. Pribadi merasa lebih baik mengatakan apa adanya dan yang sesungguhnya dibanding harus menyebut suatu yang tidak sesungguhnya.
Saya merasa bangga jadi petani, teman-temanku juga biasa saja dengan status kerjaku yang ini namun ada satu orang yang merasa malu menyebut diri sebagai petani. Dikesempata lain dia berpesan agar menyebut pekerjaan yang berkelas, anggaplah berprofesi sebagai dosen (katanya). Sesungguhnya lebih baik tidak berteman dengan dia daripada harus bohong pada orang lain demi status pekerjaan yang mulia.
Saya bangga jadi petani tapi saya bercita-cita jadi Dosen
Semoga Allah mengabulkan do’aku ini,
Amin yaa rabbal ‘alamin

Comments

  1. Assalamualaikum,

    wah super sekali mas, saya sangat setuju dengan pendapat mas haris "kita harus mencintai profesi kita"

    semoga apa yang dicita2kan mas haris bisa terwujud. amiiin

    ReplyDelete
  2. makasih, walau profesinya sederhana tapi terhitung berhasil dan sukses pada garinya

    ReplyDelete

Post a Comment

شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم

Popular posts from this blog

Strategi Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib

BAB I PENDAHULUAN A.       Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota   Bani Sa’dah, Madinah.  

Kedudukan Ar-ra'yu sebagai Landasan Hukum Islam

Referensi Pada dasarnya umat Islam yang beriman Kepada Allah swt. Meyakini bahwa Sumber utama Ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis sudah sempurna. Firman Allah dalam Alquran sudah sempurna membahas aturan-aturan, hukum, ilmu pengetahuan (filsafat), kisah, ushul fiqh dan lain-lain. Begitu juga Hadis Rasulullah yang salah satu sifatnya menjadi penjelasan ayat-ayat dalam Alquran. Posisi Hadis adalah penjelas dan sumber kedua setelah Alquran.

Pendidikan Islam Pasca Runtuhnya Bagdad

I.               PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Kemunduran umat Islam dalam peradabannya terjadi pada sekitar tahun 1250 M. s/d tahun 1500 M.   Kemunduran itu terjadi pada semua bidang terutama dalam bidang Pendidikan Islam. Di dalam Pendidikan Islam kemunduran itu sebagian diyakini karena berasal dari berkembangnya secara meluas pola pemikiran tradisional. Adanya pola itu menyebabkan hilangnya kebebasan berpikir, tertutupnya pintu ijtihad, dan berakibat langsung kepada menjadikan fatwa ulama masa lalu sebagai dogma yang harus diterima secara mutlak (taken for garanted). Saat umat Islam mengalami kemunduran, di dunia   Eropa   malah   sebaliknya   mengalami   kebangkitan   mengejar ketertinggalan mereka, bahkan mampu menyalib akar kemajuan-kemajuan Islam.   Ilmu Pengetahuan dan filsafat   tumbuh   dengan   subur   di   tempat...