Kalau bicara
soal pekerjaan, menurut saya yang paling mulia adalah bertani.
Meskipun bertani
juga saat ini telah terjangkit virus neoliberalisme namun jaminan kebaikannya
masih lebih baik dari beberapa pekerjaan lainnya yang dinilai kebanyakan orang
sebagai pekerjaan favorit.
Menurut saya,
bertani itu asyik terlebih lagi ketika pekerjaan ini dilaksanakan dengan
kerjasama antar warga. Bukankah perkerjaan sosial yang membawa nilai
kesetiakawanan sosial dan kearifan lokal merupakan sesuatu yang asyik. Budaya ini
hanya dilakukan oleh petani, walaupun kadarnya yang sedikit karena telah
tergiring arus oleh gerakan neoliberalisme.
Sebetulnya saya
tidak ada niat untuk cerita soal petani namun karena salah satu teman saya
menyinggung dengan pesan “biar petani, jangan pernah sebut diri sebagai perani”.
Dari pesan teman inilah sehingga saya ingin mengatakan kalau saya bangga jadi
petani. Pribadi merasa lebih baik mengatakan apa adanya dan yang sesungguhnya
dibanding harus menyebut suatu yang tidak sesungguhnya.
Saya merasa
bangga jadi petani, teman-temanku juga biasa saja dengan status kerjaku yang
ini namun ada satu orang yang merasa malu menyebut diri sebagai petani. Dikesempata
lain dia berpesan agar menyebut pekerjaan yang berkelas, anggaplah berprofesi
sebagai dosen (katanya). Sesungguhnya lebih baik tidak berteman dengan dia
daripada harus bohong pada orang lain demi status pekerjaan yang mulia.
Saya bangga jadi
petani tapi saya bercita-cita jadi Dosen
Semoga Allah
mengabulkan do’aku ini,
Amin yaa rabbal ‘alamin
Assalamualaikum,
ReplyDeletewah super sekali mas, saya sangat setuju dengan pendapat mas haris "kita harus mencintai profesi kita"
semoga apa yang dicita2kan mas haris bisa terwujud. amiiin
makasih, walau profesinya sederhana tapi terhitung berhasil dan sukses pada garinya
ReplyDelete