Skip to main content

Etika Mahasiswa Hari ini


Teman saya pernah menyatakan “bagaimana bangsa ini tidak hancur kalau yang biasa demonstrasi ternyata juga mendapatkan kritikan dari masyarakat?” bahasa ini dilontarkan saat melihat kebiasaan beberapa mahasiswa yang memaksakan penjualan stiker kepada calon mahasiswa baru dengan harga yang luarbiasa berlimpah mahal.
Suatu kritikan terhadap dunia akademisi yang sangat menyedihkan, meskipun hanya dilakukan oleh sebagian kecil mahasiswa namun inilah citra yang digambarkan dunia kampus hari ini. Bahasanya kira-kira dapat dipertegas dengan kalimat “Hanya tau mengkritik tapi tak tau memperbaiki diri sendiri”. Keadaan seperti ini membuat salah satu keluarga saya mengatakan “apa mereka tidak dapat uang dari orang tua mereka sehingga mengemisnya pada orang yang lebih muda?”. Tentunya ini sangat menyayat bagi para pelaku karena singgungannya benar-benar pedas seolah mengatakan bahwa para pelaku tidak punya etika dan estika untuk menjemput generasi. Mungkin ini juga penting menjadi catatan untuk pimpinan kampus untuk memberikan kegiatan pada mahasiswa yang lebih baik sehingga melahirkan mahasiswa yang total beretika.
Pada pertemuan dilain tempat, Dosen saya pernah berkata, “bagaimana bisa terjadi perbaikan pada negeri ini kalau ternyata dunia kampus yang sejatinya jadi panutan justru menampakkan praktek-praktek yang tidak beretika. Bukan lagi mahasiswa yang dikritik tapi sistem kebijakan yang diterapkan oleh pihak kampus, dalam hal ini tentunya dilakukan oleh para pengajar dan pimpinan di kampus. Mahasiswa dibina hanya sekedar penanaman wawasan tanpa memperhatikan etika, nasionalisme serta tidak memberikan benteng pertahanan terhadap serangan bertubi-tubi yang lahir dari luar negeri.
Mahasiswa adalah generasi bangsa yang nantinya akan menentukan nasib bangsa ini. Terlepas dari itu, adalah suatu kewajiban untuk menciptakan pormula yang benar-benar kuat untuk membuat mahasiswa menjadi Insan yang tangguh.
Pribadi menilai bahwa tiga pilar yang harus ada pada mahasiswa yaitu perubahan mental yang baik yaitu mental pemberani sebagaimana mental bangsa pendahulu bangsa yang terkenal sebagai mental ulung yang saat ini kira-kira telah mengalami perubahan drastis yang lebih dikenal dengan mental darat dan berani dikadang atau bahkan lebih buruk lagi. Pasal kedua adalah Pikir yang harusnya lebih berorientasi pada kemajuan bangsa, menciptakan persaingan atau yang lebih baik lagi, yaitu menjadi contoh teladan dan mengukir sejarah peradaban yang akan dipelajari dunia pada babakan sejarah selanjutnya. Pasal ketiga adalah amal shaleh, tentunya ini menjadi hal penting baik dikerjakan secara privat maupun secara kolektif kearah yang lebih baik (amal shaleh). Kalau ketiga hal tersebut menjadi visi misi kampus dalam mencetak generasi bangsa, maka pribadi yakin bahwa tidak akan ada lagi hal-hal buruk yang akan menimpa bangsa ini terutama yang berada pada garis etika, estetika dan logika.

Comments

Popular posts from this blog

Strategi Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib

BAB I PENDAHULUAN A.       Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota   Bani Sa’dah, Madinah.  

Kedudukan Ar-ra'yu sebagai Landasan Hukum Islam

Referensi Pada dasarnya umat Islam yang beriman Kepada Allah swt. Meyakini bahwa Sumber utama Ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis sudah sempurna. Firman Allah dalam Alquran sudah sempurna membahas aturan-aturan, hukum, ilmu pengetahuan (filsafat), kisah, ushul fiqh dan lain-lain. Begitu juga Hadis Rasulullah yang salah satu sifatnya menjadi penjelasan ayat-ayat dalam Alquran. Posisi Hadis adalah penjelas dan sumber kedua setelah Alquran.

Dasar-dasar Pendidikan Islam

DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM (Tinjauan al-Qur'an dan Hadis) Oleh : Kelompok 2 A.    Pendahuluan Islam mempunyai berbagai macam aspek, di antaranya adalah pendidikan (Islam). Pendidikan Islam bermula sejak nabi Muhammad Saw, menyampaikan ajaran Islam kepada umatnya. [1]   Pendidikan adalah proses atau upaya-upaya menuju pencerdasan generasi, sehingga menjadi manusia dalam fitrahnya. Itu artinya bahwa pendidikan merupakan conditio sine quanon yang harus dilakukan pada setiap masa. Berhenti dari gerakan pendidikan berarti   lonceng kematian (baca; kemunduran atau keterbelakangan) telah berbunyi dalam masyarakat atau negara.