BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latarbelakang Masalah
Sultan Mahmud II lahir pada 20 Juli 1785 Masehi di Istana Topkapi,
Konstantinopel. Ia adalah anak dari Abdul Hamid I dan sepupu penguasa Selim
Reformasi III. Ibunya
adalah Valide Sultan Naksh-i-Dil Haseki (dia adalah
sepupu dari istri Napoleon Josephine).[1]
Pemerintahannya dicatat sebagian besar
untuk reformasi administratif, militer dan puncak dalam Keputusan Tanzhimat
(Reorganisasi) yang dilakukan oleh anak
anaknya Abdülmecid I dan Abdulaziz I. “Sultan Mahmud
II diangkat menjadi sultan pada 28 Juli 1808 menggantikan Mustafa IV”[2]
Pada awal pemerintahan Sultan Mahmud II kerajaan Usmaniyah masih berada dalam
keadaan yang tidak stabil karena diancam oleh peperangan dengan Rusia serta
tantangan dari wilayah-wilayah yang mencoba mendapatkan kuasa otonomi. Walaupun
peperangan dengan Rusia berakhir pada tahun 1812 dalam Perjanjian Bucharest,
tetapi gerakan otonomi wilayah di Eropa masih belum dapat dipadamkan. Hal ini
mendorong Sultan Mahmud II untuk melaksanakan program pembaharuannya. Sultan
Mahmud II meneruskan pembaharu ala Barat yang dimulakan oleh Sultan Salim III.
Akan tetapi beliau tidak tergesa-gesa memperkenalkannya karena menyadari adanya
tantangan yang kuat dari tentera Inkishariyah yang mempunyai hubungan yang erat
dengan tarekat Bektashi yang berpengaruh dalam masyarakat dan dari kalangan
ulama yang memegang kuat tradisi umat Islam. Beliau akhirnya menggunakan taktik
tunggu dan lihat.
Yang menarik dari sosok Sultan Mahmud II adalah gagasan pembaruannya yang
tercatat dalam tinta emas sejarah. Olehnya itu, sebagai Sultan di Turki yang
telah menggagas suatu perubahan, ada baiknya jika ide dan gagasan pembaruan itu
dikaji lebih khusus.
B.
Rumusan Masalah
Berangkat dari rumusan masalah di atas, dapat
ditarik suatu permasalahan yaitu spirit apa yang digunakan oleh Sultan Mahmud
II untuk mengaplikaskan gagasan-gagasan pembaruannya? Dari permasalahan
tersebut dapat ditarik beberapa sub masalah berikut ini, yaitu :
1. Apa Pokok Pembaharuan Sultan Mahmud II?
2. Analisis dan Hasil Pencapaian apa yang telah
diraih oleh Sultan Mahmud II?
Sub masalah tersebut di atas sengaja dibuat untuk
membatasi pembahasan yang meluas. Olehnya itu, diharapkan sub masalah tersebut bisa dijadikan patokan pada pembahasan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pokok Pembaharuan Sultan Mahmud II
Terdapat beberapa faktor yang akhirnya mendorong Sultan Mahmud II untuk
memperkenalkan usaha pembaharuan ini. Diantarannya ialah kelemahan sistem
ketenteraan Uthmaniyah semakin jelas dan terbukti apabila berhadapan dengan penguasa Eropa dan Rusia di medan peperangan.
Kekalahan menghadapi Perancis di Mesir masih menghantui pemikiran dan perasaan
pemerintah dan juga rakyat. Mereka merasa bimbang, peristiwa seperti ini
mungkin akan berulang lagi. ditambah pula kurangnya disiplin dan moral di
kalangan tentara Inkishariyah. Sebagian daripada mereka ingkar untuk
menjalankan operasi dan sebagian yang lain. pada mulanya patuh dengan arahan,
tetapi kemudian ingkar dan meninggalkan medan peperangan. disamping itu juga,
mereka juga menjadi pemimpin yang mempengaruhi masyarakat menentang pemerintah.
“Apabila tentera Inkishariyah gagal dalam menangani pemberontakan Greek pada
tahun 1821 M, Sultan Mahmud bertekad untuk memulai program pembaharuannya”[3].
Sultan Mahmud II melihat bahwa tentara Mesir di bawah pimpinan Muhammad
Ali Pasha jauh lebih teratur karna tentara Mesir mendapat latihan dari bekas
pegawai Perancis seperti Kolonel Seve (Sulaiman Pasha al- Faransawi). Ketika
tentara Mesir dikirim untuk menundukkan
Greek, mereka menjadi kuat, begitu juga mereka telah membuktikan
sebelumnya mereka mampu mengalahkan gerakan Wahhabi di Arabia.
Susunan tentera baru inilah yang membawa kepada kemenangan. Ini menguatkan
semangat Sultan Mahmud II untuk merubah susunan tentera Uthmaniyah.[4]
Olehnya itu sejak tahun 1822 M,
beliau memulai inisiatif ke arah perubahan dalam struktur ketentaraan. Tindakan
pertama Sultan Mahmud II yaitu dengan menguasai tentera Inkishariyah dan ulama.
Beliau telah meletakkan pendukungnya untuk mengisi jabatab-jabatan penting
dalam institusi keagamaan seperti Shaykh al-Islam, kadi askar dan kadi
Istanbul. Beliau juga melantik pendukung-pendukungnya sebagai pegawai tinggi
tentara. Setelah jabatan penting dalam kedua-dua institusi ini disandang oleh
pendukungnya, pada tahun 1826 M Sultan Mahmud II memulai program
pembaharuannya. Dengan bantuan sukarelawan dari Anatolia, Sultan Mahmud II
membuat satu angkatan tentara baru yang diberi gelar “Muallem Eshkinji”
(tentara yang terlatih). sebagai-pelatih tentara baru ini dipercayakan kepada
Muhammad Ali dari Mesir.[5]
Walau bagaimanapun beliau masih berhati-hati dalam melaksanakan
pembaharuanya. Ketika mengumumkan pembubaran tentera Inkishariyah dan
memperkenalkan tentara baru, beliau menunjuk tentara baru ini sebagai tentara
yang terlatih dan mampu mengatasi tentara kafir Eropa.
Beliau juga berhati-hati dalam pengumumanya supaya tentara baru ini tidak
dikaitkan dengan tentera Nizam-i-Jadid yang diperkenalkan oleh Sultan Salim III
dahulu, dan dengan itu beliau terlepas daripada tuduhan tidak Islamik. Bahkan
beliau melantik pegawai pelatih terdiri daripada orang Muslim saja. Ulama juga
ditugaskan dalam tentara untuk mengimamkan sembahyang dan juga sebagai pegawai
agama tentara. Lebih daripada itu fatwa telah dikeluarkan dengan pengumuman
pembaharuan ini. Dengan perancangan tersebut, Sultan Mahmud II berada dalam
keadaan bersiap sedia dalam menghadapi resiko tantangan dari Inkishariyah
(Abdul Rauh Yaccob, 1994:89).
Seperti yang diprediksi, pembentukan tentara baru ini mendapat tantangan
dari Inkishariyah. Sebelum pertunjukan perbarisan tentera baru ini dilakukan di
ibu kota Istanbul, Inkishariyah menuntut supaya kerajaan membubaarkan pasukan
tentara baru ini. Tetapi Mahmud II sudah bersiap sedia dan dengan persetujuan
ulama, beliau mengumumkan perang dan mengepung pasukan Inkishariyah. Akhirnya
berlaku pertumpahan darah dan lebih kurang 1,000 orang tentera Inkishariyah
terbunuh, harta-benda, rumah kediaman dan masjid turut musnah. Tarekat Bektashi
yang mempunyai banyak anggota dari kalangan Inkishariyah dibubarkan dan
Inkishariyah dibubarkan. Dengan kehilangan tentara ini, kekuatan ulama yang
anti pembaharuan mulai lemah, maka usaha pembaharuan dalam kerajaan Uthmaniyah
abad ke-19 berjalan dengan lancar.
Di samping aspek ketentaraan, perubahan penting yang dilakukan oleh
Sultan Mahmud II dan akhirnya membawa pengaruh besar dalam perkembangan
pembaharuan kerajaan Uthmaniyah yaitu dalam bidang pendidikan. Madrasah
merupakan satu-satunya institusi pendidikan umum yang penting waktu itu dan hanya
diajarkan pengetahuan agama.
Sultan Mahmud II berpendapat bahwa sistem pendidikan seperti ini tidak
lagi mampu untuk menangani permasalahan pada abad ke-19. Oleh sebab itu,
perubahan dalam kurikulum madrasah perlu dilakukan dengan memasukkan
pengetahuan umum tetapi ia masih menghadapi kesukaran. Sistem madrasah
tradisional akhirnya dikekalkan tetapi Sultan Mahmud II telah membuat sekolah
baru yaitu Maktab-i-maarif (sekolah pengetahuan umum) dan Maktab-i-Ulum Edenji
(sekolah sastera). Di kedua-dua sekolah ini diajarkan bahasa Perancis,
geografi, sejarah dan ilmu politik serta bahasa Arab. Sekolah pengetahuan umum
mendidik siswa untuk menjadi pegawai, ketika sekolah sastera menyediakan
penterjemah- penterjemah untuk keperluan pemerintahan. Sultan Mahmud II juga
mendirikan sekolah tentara, sekolah teknik, sekolah kedoktoran dan pembedahan.
“Sultan Mahmud II juga mengirim pelajar-pelajar ke Eropa dengan tujuan setelah
selesai mereka akan kembali sebagai agen pembaharuan”[6]. Hasilnya munculah buku-buku terjemahan dari peradaban moden Barat. Pada
tahun 1831 M, Sultan Mahmud II mengeluarkan surat kabar resmi yaitu Takvim-i
Vekayi tiga tahun setelah terbitnya kabar resmi Mesir, al-Waqa’i al- Misriyah
(1828). Surat kabar tidak hanya memuatkan berita dan pengumuman resmi
pemerintah, tetapi juga memuatkan aktiviti-aktiviti mengenai gagasan progresif
di Eropa. Oleh karena itu, “surat kabar ini mempunyai pengaruh besar dalam
memperkenalkan ide-ide modern kepada masyarakat disamping terjemahan buku-buku
Perancis ke bahasa Turki”[7]
B. Analisis Hasil Pencapaian Sultan Mahmud II terhadap Gagasan
Pembaruannya
Dalam analisis ini, sesuai dengan pokok pemikiran pembaharuan sultan
Mahmud II yang mana beliau telah berhasil merubah strukturalisasi ketentaraan
dan merubah kurikulum madrasah atau lembaga pendidikan. Penulis dapat
memberikan analisa atau argument sebagai berikut:
Pertama, pembaharun yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II dalam bidang
kemiliteran sangat bagus dan tepat. Dengan adanya pasukan militer yang kuat,
kita tidak akan mudah untuk dilawan oleh bangsa lain. Militer merupakan
komponen yang sangat penting dalam mempertahankan sebuah kedaulatan Negara.
Jika pembaharuan yang dilakukan Sultan Mahmud II tersebut diterapkan di Negera
kita ini (Indonesia) kemungkinan besar negeri ini akan menjadi Negara yang
sangat kuat dalam bidang kemiliteranya. Sehingga Indonesia menjadi Negera
yang akan disegani oleh Negara atau bangsa lain.
Kedua, pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II dalam bidang
pendidikan memang sangat cocok dan tepat
untuk dilakukan. Mengapa demikian? Karena dengan pembaharuan yang dilakukan dalam
dunia pendidikan khususnya bidang kurikulum memang sangat urgen atau penting.[8]
Dengan perubahan kurikulum yang bersifat tradisional kekurikulum yang bersifat
modern akan memberikan warna yang berbeda. Sehingga umat islam tidak akan
mengalami stagnasi pendidikan, yang mana umat islam akan mampu bersaing dengan
oran-orang non muslim. Bagaimana pemikiran Sultan Mahmud II dalam bidang
pendidikan ini jika diterapkan dalam sistem pendidikan yang ada di Indosesia?,
tentunya sangat tepat dan cocok. Dengan adanya pembaharuan kurikulum yang ada
di Indonesia saat ini merupakan wujud nyata dari pembaharuan yang dilakukan
oleh Sultan Mahmud II. Dan terlihat hasilnya, banyak anak-anak bangsa yang
mampu bersaing dalam berbagai perlombaan olimpiade tingkat Internasional. Dan
yang terpenting adalah jangan sampai meninggalkan pelajaran-pelajaran agama.
Kita harus mampu menyeimbangkan antara
pelajaran agama dan pelajaran umum. Dan menurut penulis kedua-duanya
sangat penting dan belajarlah selagi anda bisa.
Keberhasilan
yang dicapai oleh Sultan Mahmud II dalam gerakan pembaharuannya adalah tentang
Militer, Pendidikan, Kedokteran, Ilmu alam, dll.[9]
Terkait dengan ide atas pemikir-pemikir muslim yang lain mengemukakan tema
pembaharuan dengan opini dasar yaitu :
a. Mengembalikan ajaran Islam kepada unsur aslinya,
dengan bersumberkan Al-Qur’an dan Hadist, dan membuang segala bid’ah, khurafat,
tahayul dan mistik.
b. Menyatakan dan membuka kembali pintu ijtihad.
Menurut
golongan berfikir usaha pembaharuan pendidikan yang berorientasi pada
nasionalisme berusaha memperbaiki kehidupan umat Islam dengan memperhatikan
situasi dan kondisi objektif umat Islam yang bersangkutan. Dalam usaha mereka
bukan semata mengambil unsur-unsur budaya Barat yang sudah maju, tetapi juga
mengambil unsur dari budaya warisan bangsa yang bersangkutan. Ide kebangsaan
inilah yang akhirnya menimbulkan timbulnya usaha merebut kemerdekaan dan
mendirikan pemerintahan sendiri dikalangan pemeluk Islam. [10]
Sebagai
akibat dari pembaharuan dan kebangkitan kembali pendidikan Islam ini, terdapat
kecendrungan dualisme sistem pendidikan Islam di kebanyakan negara muslim,
yaitu perpaduan antara sistem pendidikan modern dan sistem pendidikan tradisional.
BAB III
PENUTUP
Dalam penulisan makalah ini, penulis mempunyai beberapa kesimpulan antara
lain :
1. Pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II
merupakan awal perubahan umat islam dalam bidang kemiliteran atau ketentaraan
yang patut dicontoh oleh kita (Bangsa Indonesia).
2. Pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II
dalam bidang pendidikan, yang mana beliau merubah sistem kurikulum dari sistem
tradisional ke kurikulum modern merupakan suatu pembelajaran untuk kita. Yang
mana kita harus mampu menerapkan sistem pendidikan tersebut dalam dunia
pendidikan yang ada di Indonesia.
3. Kemiliteran dan pendidikan merupakan komponen
yang sangat penting dalam suatu Negara atau bangsa. Dengan kuatnya militer
suatu Negara atau bangsa, maka negara tersebut akan disegani oleh Negara atau
bangsa lain. Dengan pendidikan yang berkualitas, suatu Negara tidak akan
dianggap remeh oleh negara atau bangsa lain. Begitu juga dengan indonesia.
Dengan adanya pasukan militer yang kuat dan rakyatnya yang berprestasi di ajang
internasional, maka Indonesia tidak akan dipandang sebelah mata oleh Negara
atau bangsa lain.
DAFTAR PUSTAKA
Yusran Asmuni. “PengantarStudi Pemikiran dan
Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam”, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada. 1998.
Muhammad Al-Bahy. “Pemikiran Islam Modern”. Jakarta : Pustaka Panjimas. 1986.
Harun Nasution. “Pembaharuan dalam Islam
Sejarah Pemikiran dan Gerakan”. Jakarta : PT. Bulan Bintang. 1996.
http://www.scribd.com/doc/11578352/ Dunia-islam-abad-ke19-dan-20 yang diakses tanggal 8 januari 2011
http://walidrahmanto.blogspot.com/2011/06/pendidikan-islam-masa-pembaharuan.html. Pendidikan Islam Masa Pembaharuan, Walid Rahmanto.
16 Juni 2012, Pukul 14.30
[1] Yusran
Asmuni. “Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia
Islam”, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 1998. Hal 12.
[6] Harun Nasution. “Pembaharuan dalam
Islam (Sejarah
Pemikiran dan Gerakan)”. Jakarta : PT. Bulan Bintang.
1996 hal 93.
[7] http://www.scribd.com/doc/11578352/Dunia-Islam-Abad-Ke19-Dan-20 yang diakses tanggal 16 juni 2012
[9].Harun
Nasution, Op Cit, h. 94-95
[10].http://walidrahmanto.blogspot.com/2011/06/pendidikan-islam-masa-pembaharuan.html. Pendidikan Islam Masa Pembaharuan, Walid Rahmanto. 16 Juni 2012, Pukul
14.30
Comments
Post a Comment
شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم