Skip to main content

SYAITAN


Mengapa orang tua kita menjadikan mitos bahwa syaitan adalah mahluk yang mengerikan sehingga harus dihindari?. Pernyataan tersebut memang benar, hanya saja telah mengalami pergeseran makna. Pada awalnya, yang diwaspadai dari syaitan adalah sifat-sifatnya yang buruk dan bahayanya yang akan merusak tatanan kehidupan manusia, khususnya orang-orang yang beriman.
Berbeda dengan yang dikenal luas di masyarakat saat ini, anggapan yang berkembang adalah bahwa syaitan itu merupakan benda atau nama dari mahluk ciptaan Allah yang seram seperti vamphiere, tuyul atau jenis penampakan dari mahluk halus.
Menurut salah seorang Pakar Bahasa Arab yang juga Dosen pada Mata Kuliah Tafsir pada Program Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia Makassar memberikan keterangan bahwa “Syaitan” adalah sifat buruk yang melekat pada Mahluk Ciptaan Allah dan mengajak kepada keburukan. Anggapan tersebut dapat dibenarkan karena beberapa keterangan dari Al-Qur’an menggambarkan bahwa syaitan adalah mahluk dari jenis Jin dan Manusia yang membisikkan perkataan-perkataan yang indah untuk menipu. Keterangan tersebut dapat dilihat pada Q.S Al-An’am: 112 berikut ini :
Terjemahnya : “Dan Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)”.
Orang-orang yang beriman diperintahkan untuk tidak mengikuti langkah-langkah syaitan, terlebih lagi memiliki sifat-sifat syaitan karana manusia pun bisa disebut sebagai syaitan ketika memiliki sifat buruk, Yaitu mengajak kepada kemungkaran dan melarang beramar ma’ruf. Larangan tersebut sebagaimana tertuang dalam Q.S An-Nur : 21

Terjemahnya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah Karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
Dengan demikian, yang perlu luruskan adalah bukan takut pada wujud syaitan yang seram tapi takutlah pada sifatnya yang mengajak siapa saja pada perbuatan buruk, termasuk takut akan menjadi syaitan karena sifat-sifat syaitan juga disifati oleh manusia, karena tidak ada jaminan bahwa kita akan terjangkit sifat-sifat tersebut.

Kami berlindung kepada Allah dari Godaan Syaitan yang terkutuk.

Comments

Popular posts from this blog

Strategi Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib

BAB I PENDAHULUAN A.       Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota   Bani Sa’dah, Madinah.  

Kedudukan Ar-ra'yu sebagai Landasan Hukum Islam

Referensi Pada dasarnya umat Islam yang beriman Kepada Allah swt. Meyakini bahwa Sumber utama Ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis sudah sempurna. Firman Allah dalam Alquran sudah sempurna membahas aturan-aturan, hukum, ilmu pengetahuan (filsafat), kisah, ushul fiqh dan lain-lain. Begitu juga Hadis Rasulullah yang salah satu sifatnya menjadi penjelasan ayat-ayat dalam Alquran. Posisi Hadis adalah penjelas dan sumber kedua setelah Alquran.

Dasar-dasar Pendidikan Islam

DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM (Tinjauan al-Qur'an dan Hadis) Oleh : Kelompok 2 A.    Pendahuluan Islam mempunyai berbagai macam aspek, di antaranya adalah pendidikan (Islam). Pendidikan Islam bermula sejak nabi Muhammad Saw, menyampaikan ajaran Islam kepada umatnya. [1]   Pendidikan adalah proses atau upaya-upaya menuju pencerdasan generasi, sehingga menjadi manusia dalam fitrahnya. Itu artinya bahwa pendidikan merupakan conditio sine quanon yang harus dilakukan pada setiap masa. Berhenti dari gerakan pendidikan berarti   lonceng kematian (baca; kemunduran atau keterbelakangan) telah berbunyi dalam masyarakat atau negara.