Terdengar
di kabar bahwa diseberang sana, kemarau telah menyisihkan kepedihan bagi
penduduknya. Tidak mesti membasahi sawah dan ladang kebutuhan air itu, tapi
bagi mereka cukuplah sekiranya mendapatkan air untuk kebutuhan makan, minum dan
mencuci mereka terpenuhi.
Seolah kampung yang mereka huni hampir mati karena kandungan air yang semakin menipis.
Seolah kampung yang mereka huni hampir mati karena kandungan air yang semakin menipis.
Kabar
yang datang dari kampung lain tidak demikian! Yang satu ini memiliki persediaan
air yang cukup untuk makan, minum, cuci, begitupun sungai mengalir dengan
jernih. Anehnya, penduduk itu justru sangat ketakutan jika harus berhadapan
dengan kemarau, terlebih jika berada pada rentan waktu lebih dari 3 bulan. Ternyata
penghuni kampung tersebut sangat bergantung pada produksi hasil pertanian yang
sangat membutuhkan siraman air ketika kemarau telah berlagsung selama 3 minggu.
Ada
kampung yang mati (tidak tumbuh tumbuh-tumbuhan) namun sekiranya curah hujan
aktif dengan rotasi normal, kampung itu akan tumbuh (sesuai dengan hukum
alam/sunnatullah). Ada pula kampung yang terlampau subur sehingga penduduknya
lupa bahwa pemanfaatan alam secara berlebihan akan mengurangi keseimbangan
alam. Akibatnya kampung yang dulu subur, menjadi langganan banjir ketika musim
hujan tiba, sebaliknya adalah menjadi kering saat musim kemarau tiba. Lihatlah alam
raya di Jakarta, Makassar atau mungkin juga kampung anda.
Alhamdulillah,
ada suatu kampung yang masyarakatnya sangat mensyukuri panas atau hujan. Bagi mereka,
semua musim adalah berkah karena kemarau ternyata merupakan musim yang akan
merespon tanaman petani untuk berbuah lebih banyak jika musim (panen buah)
telah tiba. Semakin singkat musim kemarau, kemungkinan (hasil) buah (misalnya
cengkeh, kopi, merica, cokelat, dll.) juga volumenya lebih sedikit. Sementara musim
hujan merupakan hadiah untuk keseimbangan alam di kampung tersebut.
Di
kampung itu, ketika orang-orang harus menyiram tumbuhan dengan air karena
tanahnya mulai mengering, ternyata curahan hujan telah terjadi selama dua kali
dan saat ini – curahan hujan sangat deras membasahi kapung yang damai itu. Kampung
yang baldatun tayyibatun warabbun gafuur, tentunya juga didukung keluarga yang damai dan
penuh kasih sayang (sakinah, mawaddah wa rahmah). Alam bersahabat dengan
penduduk karena penduduk bersahabat dengan alam.
Manusia
adalah mahluk yang punya keinginan, namun hanya Allah-lah yang maha menjawab
keinginan mahluk-mahluknya. Semoga apa yang kita inginkan adalah sesuatu yang diingikan
Allah dan juga bernilai kebaikan. Dan melalui alam ini, manusia diajarkan untuk
lebih pandai bersyukur kepada Allah swt.
Comments
Post a Comment
شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم