Pesan bunda untuk Agung
agar pergi meninggalkan kampung halaman menuju kota metropolitan menuntut ilmu
dan menemukan jati diri di sana. Tersimpan rapi pada memori Agung kata mutiara
oleh ibunya yang berpesan “tinggalkan kampung ini untuk menemukan jati dirimu
di Kota Daeng. Tuntutlah ilmu di sana dan ukirlah prestasimu. Harumkan nama
baik daerahmu dan Jangan pernah kembali ke kampung halaman jika kamu belum
mendapatkan apa yang kamu cari. Ibu akan mendo’akan kamu agar sukses di sana
lantaran aku rela melepasmu jauh dari keluarga. Ibu pun berharap kamu melupakan
Ibu dan daerahmu yang selama ini telah memanjakan kamu”.
Pesan itu di pegang
teguh oleh Agung sehingga ia teguh berjuang dan bertahan seberat apapun masalah
yang sedang ia hadapi. Ia benar-benar berprestasi di Kota berkat pesan Ibu yang
dipengang teguh olehnya.
Tantangan yang
dihadapi Agung adalah kerinduan akan suasana damai di kampung halaman. Ia selalu
rindu suasana alam yang asri serta belaian keluarga yang harmonis dan penuh
perhatian.
Masalah lain yang
dialami Agung adalah sulit menyesuaikan diri dengan pola pergaulan di kota
metropolitan. Ia lebih memilih berdiam diri daripada teribat dengan keegoisan
orang-orang yang dikenalnya. Sangat sulit baginya untuk menemukan sahabat
sejati yang memegang teguh prinsip saling pengertian. Tidak jarang ia harus
mengerjakan sendiri pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh banyak orang.
Tantangan terberat
yang dihadapi oleh Agung adalah melawan hasrat untuk tidak tergoda pada pesona
wanita-wanita cantik yang ada di sekelilingnya. Beberapa wanita menyukai Agung
yang sederhana, cerdas, pekerja dan tampangnya yang polos. Bagi Agung, sangat
sulit untuk melawan hasrat itu, terlebih ia selalu teringat pesan bundanya
untuk meraih kesuksesan, sementara ia berkeyakinan bahwa wanita akan menghambat
ia menggapai cita-citanya.
Suatu ketika, ia didapati
oleh tetangga kostnya merenung kosong. Rahmat tetangganya itu adalah orang yang
biasa dilihatnya namun ia hanya sekedar kenalan biasa karena Agung tidak pernah
menganggap spesial terhadap orang lain kecuali mereka berprestasi. Rahmat
sebagai seorang tetangga yang berpenampilan gaul mencoba menyapa Agung yang
merenung kosong.
“Apa yang sedang
engkau pikirkan kawan?”
“Tidak ada, aku
tidak tau apa yang aku rasakan!”
“Sepertinya ada yang
mengalihkan perhatianmu di luar sana?”
“Aku juga tidak tau
pasti kawan!”
“Dari tatapan matamu
yang menggambarkan semua itu”
Agung merasa malu
untuk mengatakan apa yang sebenarnya dirasakan. Meski ia sosok pemuda yang
polos, namun ia juga merupakan sosok yang pemalu. Ia sangat sulit mengemukakan
sesuatu yang bersifat pribadi termasuk soal cintanya pada wanita.
Rahmat yang melihat
ada masalah serius yang dihadapi Agung merasa penting untuk membatu
menyelesaikan masalah Agung. Rahmat tetap penasaran dengan gaya Agung yang
terlihat aneh. Kondisi tersebut membuat Rahmat penasaran dan harus cari tau
masalah yang dihadapi oleh Agung. Ia kembali mengurai bebarapa hal tentang si
Agung.
“Kamu tidak seperti
biasanya, sepertinya kamu punya masalah tapi tidak masalah kalau kamu tidak
bisa mengungkapnya”
“Ia, aku memang
punya masalah tapi aku sendiri tidak tau apa itu!”
“Kamu pasti
merasakan sesuatu yang sangat aneh dalam dirimu tapi itu wajar”
“Betul! Perhatianku selalu
terarah pada seorang gadis tetangga kita”
“Lalu kenapa kamu
tidak mengunkapkan perasaanmu?”
“Untuk apa? Aku juga
belum siap menjalani hubungan khusus!”
“berkenalan kawan! Kamu
harus mencoba berkenalan dan belajar mencocokkan karakter dengannya. Kamu akan
menjadi pacarnya dia jika dia menyetujui kamu jadi pacarnya”
“Aku tidak yakin
bisa melakukan itu!”
Agung merasa berat
untuk menerima saran Rahmat untuk mencoba menyatakan cinta dan menjadikan Indah
sebagai pacarnya. Ia sangat berhati-hati dengan pesan sang bunda untuk mengukir
prestasi di Kota Metropolitan. Ia sungguh memahami pesan sang bunda tersebut
sebagai sesuatu yang sangat sakral dan padat makna, ia bahkan memaknai bahwa
wanita merupakan salah satu penyebab yang akan menjadi penghalang kesuksesan
jika berjalan di luar jalur, salah satunya adalah berpacaran. Kekhawatiran ini
disampaikan pada Rahmat.
“Perasan itu justru
membelenggu batinku, aku ingin selalu melihatnya dan ada disisinya”
“Aku mengerti kawan!
Pertimbanganmu tidak salah, Ibundamu pun tidak salah. Hanya saja yang penting
untuk kamu perbaiki adalah meluruskan niat dan tujuanmu!”
“Lalu apa yang harus
aku lakukan?”
“Rayulah Indah untuk
menjadi Pacarmu sebelum orang lain mencuri hatinya!”
“Aku masih belum
yakin dengan ini!”
“Ingat! Tujuan pacaran
itu adalah belajar membina rumah tangga yang kecil, menjadi pemimpin dan menjalin
hubungan yang harmonis. Pacaran berarti belajar dan niat tulus untuk menjalin
hubungan yang lebih serius. Orang biasa menyebut pacaran sebagai pencocokan
karakter, jika merasa nyaman maka semestinya diterukan pada jenjang nikah,
manun jika terdapat ketidak-cocokan, maka hubungan itu sebaiknya sudah segera
harus diakhiri”.
Pesan Rahmat dinilai
masuk akal Oleh Agung sehingga ia ingin segera menemui Indah untuk menyatakan
cintanya. Tapi Agung sungguh tidak pengalaman melakukan ini, iapun ingin belajar
pada Rahmat yang sudah terbiasa berpacaran dan menggoda wanita.
“Aku tidak biasa dan
malu melakukan ini”
“Sudahlah! Buang
saja rasa grogimu itu kawan! Kamu hanya butuh cari tau apa yang Indah suka dan
kamu penuhi itu, setelah itu cobalah bersilat lidah”
“Akan aku coba, tapi
untuk dia, kata-kata apa yang paling tepat?”
“Gombal saja! Kebanyakan
Wanita suka di gombal!”
“Terima kasih kawan!”
Persiapan untuk
menundukkan hati Indah dilakukan dengan matang oleh Agung. Ia benar-benar
cermat dan melakukan trik-trik penakluk hati wanita yang telah diajarkan oleh Rahmat.
Hingga waktunya tiba ketika merasa persiapan sudah matang, maka didekatilah
Indah dengan pujian dan ungkapan romantis.
Indah terbawa hanyut
oleh Agung dan menerimanya sebaga pacarnya. Mereka hidup romantis dan saling
menyayangi. Dalam keseharian selalu ada kesempatan untuk bertemu, berbagi dan
romantisan. Mereka benar-benar hanyut dalam romantisme hingga lekas melupakan
pesan-pesan sang bunda.
Dalam keadaan
terhimpit masalah keuangan, Agung bersurat ke kampung halaman meminta uang
kepada orang tua tercinta. Uang yang dimintanya adalah untuk biaya kuliah
sebagaimana biasanya. Surat tersebut direspon oleh Ibunda Agung lalu membalas
surat tersebut dengan menanyakan keadaan kuliah Agung serta catatan prestasinya
disertai kiriman uang lebih banyak dari yang diminta Agung sambil tertulis do’a
dalam surat oleh sang bunda yang berharap Agung segera meraih sukses dan
membawa kabar gembira di kampung.
Agung merasa sangat
terpukul membaca surat bunda yang menanyakan prestasinya. Ia tidak habis pikir
prestasinya yang semakin menurun ketika mengenal Indah. Ia sungguh berubah, meraih
cita-cita menjadi lulusan terbaik dan mendapat Reward langsung kerja pada
perusahaan pemerintah di kota kabupaten domisili Agung sudah semakin suram. Perhatiannya
pada kuliah kini beralih pada paras cantik Indah. Ia sungguh menyesal harus mengalami
ini.
Masih ada kesempatan
bagi Agung untuk menjadi lulusan terbaik di kampusnya. Tapi butuh keseriusan
tinggi dan harus melupakan Indah. Ia harus fokus pada cita-citanya.
Pada suatu
kesempatan! Agung bertemu dengan orang tua yang sedang mengunjungi anaknya di
kota metropolitan. Kebetulan orang tua itu adalah ayah dari tetangga kost
Agung. Orang tua itu sedang mengunjungi anaknya. Sosoknya sangat perhatian dan
mengundang simpat bagi Agung.
Pertemuan itu dijadikan kesempatan bagi Agung
untuk mengurai masalah yang sedang dihadapinya. Ia yakin bahwa orang tua yang
penuh perhatian tersebut punya pengalaman dan mampu membimbingnya menuju sukses
meraih impian.
“Salam Pak!”
“Iya, Salam Nak”
“Baru tiba yah pak?”
“Semalam kami tiba”
“Suasana kota bising
yah pak, juga banyak tantangan”
“Begitulah hidup,
tapi semakin besar kita mampu menghadapi tangangan maka semakin besar pula kita
berpeluang meraih sukses”
“Betul pak”
“Tapi kenapa kamu
menganggap tangtangan itu sebagai penghalang?. Nada bahasamu mengungkapkan
semua itu!”
“sebenarnya aku
tidak punya tantangan, hanya saja cinta telah membelengguku hingga kesulitan
untuk meraih sukses”
“kalau itu
tantangan, kenapa kamu tidak meninggalkannya saja?”
“Aku taku kehilangan
dia”
“Sekarang lupakan
dia dan mintalah ia menemui kamu setelah kamu sukses nanti, terserah dia mau
menerima itu atau meninggalkan kamu!”
“Aku sangat sulit
melupakannya!”
“Sesulit apapun! Lupakanlah!”
“Kenapa harus
begitu?”
“Kesuksesanmu akan
mengundang banyak perhatian wanita, jika kamu sukses. Kamu bahkan berkesempatan
memilih diantara sekian banyak wanita cantik. Yakinlah!”
“Terima kasih pak!”
Agung merasa pesan
yang disampaikan oleh ayah tetangga kamar kostnya sangat tepat. Meski sangat
berat jika harus berpisah untuk sementara dengan Indah namun terpaksa ini harus
ia lakukan. Ia harus berhasil dan sukses sebagai syarat kembali kekampung halaman.
Perasaan yang amat
berat Agung pikul lalu pergi menemui Indah menyampaikan maksudnya. Segala hal
tentang cita-citanya dan pesan keluarga disampaikan pada kekasinya Indah. Pembicaraan
mereka berdua berjalan mulus hingga Agung menyampaikan tekadnya menjaga jarak
dengan Indah.
“Aku hanya ingin
lebih fokus kuliah dan meraih sukses lalu melamar kamu”
“Lalu kenapa harus
jauh dariku?”
“Pesonamu
mengalihkan perhatianku, bahkan aku telah memilih kamu dari kuliahku sendiri. Saat
ini aku mau kuliah tetap jalan dan menjadi yang terbaik”
“Aku sendiri
bagaimana?”
“Tunggu aku sukses
dan segera melamarmu!”
“Tidak! Aku sudah
terlanjut cinta padamu dan aku tidak mampu sehari saja tanpamu”
“aku terpaksa harus
melakukan ini!”
“seberat itukah
masalah kuliahmu sampai harus jauh dariku?”
“Bahkan aku tidak
akan pernah kembali kekampung halaman sebelum cita-citaku tercapai”
“kalau begitu
lupakan saja aku, kupikir itu pilihanmu dan pilihanku juga, aku tak ingin
menjadi beban bagi kamu. Akupun ingin ada yang memberi perhatian padaku”
Keputusan yang
dipilih Agung membuatnya merintih harus berpisah dari sosok gadis yang paling
dicintainya. Dalam benaknya ia berjanji akan menemukan kembali cinta Indah
setelah berhasil meraih cita-cita yang telah dibangunnya sejak sekian lama. Namun
Agung harus kecewa karena Indah telah menikah lebih dalu dengan sang pacar
setelah hubungannya dengan Agung berakhir.
Agung yang pada
akhirnya meraih sukses merasa bangga karena banyak wanita yang dekat dengannya.
Ia lebih bebas memilih dan berkesempatan meraih banyak hal yang diinginkan,
termasuk wanita. Hanya satu hal yang sulit bagi Agung yaitu mengulang kisah
romantis bersama Indah yang tidak pernah ia lupakan, meskipun banyak wanita
yang ada di sampingnya, ia masih terbayang oleh Sosok Indah.
______
baca juga cerpen lainnya di sini
Satu hal yang sangat menarik adalah kalimat,
ReplyDeletePesona Mu mengalihkan perhatian- ku...
bahkan aku memilih kamu ketimbang kuliah_ku sendiri...
Sebuah pilihan yg sangat sulit...
si Diya dan Kuliah...
Soal perasaan dan masa depan...???
karena jika memilih kuliah, kesuksesan memang di depan mata, namun masih adakah gadis atau pujaan hati yg sama dengan pujaan hati kita...
jika memilih pujaan hati, masa depan masih bisa dibangun bersama diya, Kuliah masih bisa dilanjutkan dan keduanya bisa jalan...
itu pilihan saya...
ini imajinasi belaka!
ReplyDeleteuntuk Pak Jamal, banyak orang yang sukses karena seorang wanita yang selalu ada disisinya - lihatlah SBY dll. juga betapa banyak pria yang harus tunduk, takluk dan lemah tak berdaya oleh wanita. lihatlah ketika Nabi Adam harus diusir dari surga karena ulah Hawa.
sesungguhnya jika hubungan itu baik, maka kesuksan pun akan kita raih. yakinlah.
tulisan ini hanya sekedar imajinasi belaka, hanya ingin mengajak sekalian umat manusia untuk menjadikan pacar sebagai suatu penyemangat jika terpaksa ia harus dijalin, selebihnya boleh dijadikan pencocokan karakter namun ikatan yang lebih pribadi nilai makruh atau sebaiknya ditinggalkan. (boleh tapi tidak sebebas suami istri)
saya minta maaf kalau berimajinasi aneh!!
trimakasih komentarnya, terutama sarannya untuk penulis