Skip to main content

Pesan dalam Resahku


Tuisan ini ku peruntukkan pada sesosok wanita yang pernah aku cintai namun akhirnya pudar seiring dengan pergeseran waktu. Ingin kukatakan padanya bahwa “ku cinta kamu karena beralasan dan cintaku pudar juga beralasan pula. Jadilah seperti yang kuinginkan karena akupun rela ditolak jika pada akhirnya bukan aku yang tepat untukmu.”

Tidak sekedar mengharapkan janji-janji manis dari sang pacar tapi juga harus bisa berbuat untuk menciptakan keharmonisan adalah suatu cara bercinta yang lebih baik. Kalau dalam bahasa sehari-hari senada dengan Istilah “keseimbagan hak dan kewajiban”. Itulah yang harus diterapkan pada hubungan asmara, termasuk hubungan keluarga bahkan hubungan masyarakat atau mungkin hubungan apapun itu.
Sekedar mencintai itu wajar tetapi jika mengejar cinta yang tidak mendapat balasan/respon itu bodoh. Dicintai juga merupakan hal yang wajar tapi memaksa orang yang tidak cinta agar membalas cinta kita adalah konyol. Intinya adalah mencari kecocokan yang berarti boleh mencoba banyak wanita untuk dipacari, boleh juga dikoleksi oleh seorang pria, sebaliknya wanita juga boleh menerima banyak pria sebagai pacarnya dan menyeleksi sesuka hatinya, tentunya sifat selektif itu dilakukan berdasarkan ketidak cocokan, Jika merasa cocok pada satu orang saja maka itulah yang terbaik. Ini berlaku untuk dunia pacaran saja, tidak berlaku untuk hubungan suami istri.
Rasa yang memiliki kepekaan harus diimbangi dengan rasio yang serba perhitungan. Keseimbangan rasa dan rasio ini akan menuntun manusia menuju keseimbangan hidup. Jika terjadi ketimpangan atau salah satunya mendominasi suatu hubungan, maka kemungkinan akan mendapatkan ketimpangan pula dalam hubungan tersebut.
Ada tiga hal yang penting dipertimbangkan dalam memilih pasangan hidup. (Ini berlaku bagi pria) antara lain sanggup menyenakan atau menggembirakan hatimu, yang kedua adalah dia sanggup mentaati kamu atau menjadikan kamu sebagai imamnya dan yang ketiga adalah pilihlah gadis yang sanggup memelihara kehormatan diri dan keluarganya.
Biar tidak egois, laki-laki juga harus menjadi yang terbaik dihadapan wanita yang dipilihnya agar tidak ditolak. Ingat! Wanita juga berhak memilih siapa siapa yang terbaik menjadi pemimpinnya.

Comments

  1. Mencintai dan di cintai adalah fitrah Ilahiah, perjuangkan dan raihlah, karena beragam keIndahan dalam cinta, Manusia mampu berbuat di luar nalar karena Cinta dan Manusia bisa lebih dekat kepada Ilahi karena Cinta...

    ReplyDelete
  2. betul dan sangat sepakat, semuanya bisa terjadi.

    catatannya ada pada tiga hal penting yang menjadi pertimbangan dlm memilih pasangan. tapi inti dari semuanya adalah "merasa cocok".

    ReplyDelete

Post a Comment

شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم

Popular posts from this blog

Strategi Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib

BAB I PENDAHULUAN A.       Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota   Bani Sa’dah, Madinah.  

Kedudukan Ar-ra'yu sebagai Landasan Hukum Islam

Referensi Pada dasarnya umat Islam yang beriman Kepada Allah swt. Meyakini bahwa Sumber utama Ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis sudah sempurna. Firman Allah dalam Alquran sudah sempurna membahas aturan-aturan, hukum, ilmu pengetahuan (filsafat), kisah, ushul fiqh dan lain-lain. Begitu juga Hadis Rasulullah yang salah satu sifatnya menjadi penjelasan ayat-ayat dalam Alquran. Posisi Hadis adalah penjelas dan sumber kedua setelah Alquran.

Dasar-dasar Pendidikan Islam

DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM (Tinjauan al-Qur'an dan Hadis) Oleh : Kelompok 2 A.    Pendahuluan Islam mempunyai berbagai macam aspek, di antaranya adalah pendidikan (Islam). Pendidikan Islam bermula sejak nabi Muhammad Saw, menyampaikan ajaran Islam kepada umatnya. [1]   Pendidikan adalah proses atau upaya-upaya menuju pencerdasan generasi, sehingga menjadi manusia dalam fitrahnya. Itu artinya bahwa pendidikan merupakan conditio sine quanon yang harus dilakukan pada setiap masa. Berhenti dari gerakan pendidikan berarti   lonceng kematian (baca; kemunduran atau keterbelakangan) telah berbunyi dalam masyarakat atau negara.