Skip to main content

Makna Final Tes Semester


Super banget lelahku hari ini.
Bukan main, ujian telah menguras tenaga untuk memindahkan pengetahuan kelembar kerja ujian.
3 mata kuliah PPs UMI sangat menguras tenaga saat diujikan.
Tapi alhamdulillah, lebih dari separuh telah dilalui.
1 lagi yang menanti yaitu Matakuliah Filsafat, hanya saja karena dua dosen yang ngajar makanya dosen pertama menyebutnya pengantar filsafat dan dosen lainnya menyebutnya filsafat ilmu.

Tidak perlu pusing dalam benakku.
Saya terbiasa memberi nilai, tapi kali ini saya yang akan dinilai lewat ujiannya karena saya seorang mahasiswa yang segera mengetahui hasil ujianku.
Hanya satu hal yang mengganjal di benakku!
Masihkah penilaian itu disandarkan pada hasil ujian final semester? Tidak, justru dalam benakku berkata bahwa nilai telah tersusun rapi oleh Dosen yang memberi kuliah. Nilai itu sudah ada sebelum final tes (mungkin).
Tidak perlu menuliskan jawaban final yang terlalu serius. Cukuplah memberikan komentar seadanya karena sang dosen tidak mungkin menghabiskan waktu 2 hari 2 malam hanya untuk menilai hasil tes kita.
Hanya sekedar mencatat sebagai bukti bahwa kita telah berproses lewat absen, atau tanda tangan berita acara sebagai bukti bahwa kita telah mengikuti final test.
Demi gelar, demi nilai, demi nama, demi peraturan dan demi tuntutan, semua itu penting untuk dilakukan. Akan tetapi jika hanya demi ilmu pengetahuan kita kuliah, perhatikanlah dosen yang benar-benar ahli sebagai tenaga pendidik.
Final tes hari ini telah berjalan dengan sangat melelahkan.
Ku akui bahwa demi proses, saya mengikuti ketentuan ini. Kuakui pula bahwa karena hanya prosedur maka kukerjakan seadanya saja.
Jika bukan karena itu, kebanyakan akan bermasa bodoh dengan cara ini. Itu karena tujuan dari kuliah yang berbeda-beda. Kebanyakan mengabaikan tujuan inti perkuliahan yaitu memperdalam keilmuan khusus.

Comments

  1. Banyak penilaian untuk mendapatkan nilai, bukan ujian semata bang...
    kalau dosenku saya yang penting rajin ikut kuliah, dapat A-mi itu...

    ReplyDelete
  2. mahasalahnya saat itu memang nilai yang kebanyakan dikejar oleh kawan-kawan kita. tapi malu juga dibilang sarjana kalau cuma mengumpulkan nilai baik tanpa karya nyata

    ReplyDelete
  3. Itu fakta dimana - mana nilailah yang kita cari, itu susah untuk di pungkiri...

    ReplyDelete

Post a Comment

شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم

Popular posts from this blog

Strategi Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib

BAB I PENDAHULUAN A.       Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota   Bani Sa’dah, Madinah.  

Kedudukan Ar-ra'yu sebagai Landasan Hukum Islam

Referensi Pada dasarnya umat Islam yang beriman Kepada Allah swt. Meyakini bahwa Sumber utama Ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis sudah sempurna. Firman Allah dalam Alquran sudah sempurna membahas aturan-aturan, hukum, ilmu pengetahuan (filsafat), kisah, ushul fiqh dan lain-lain. Begitu juga Hadis Rasulullah yang salah satu sifatnya menjadi penjelasan ayat-ayat dalam Alquran. Posisi Hadis adalah penjelas dan sumber kedua setelah Alquran.

Pendidikan Islam Pasca Runtuhnya Bagdad

I.               PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Kemunduran umat Islam dalam peradabannya terjadi pada sekitar tahun 1250 M. s/d tahun 1500 M.   Kemunduran itu terjadi pada semua bidang terutama dalam bidang Pendidikan Islam. Di dalam Pendidikan Islam kemunduran itu sebagian diyakini karena berasal dari berkembangnya secara meluas pola pemikiran tradisional. Adanya pola itu menyebabkan hilangnya kebebasan berpikir, tertutupnya pintu ijtihad, dan berakibat langsung kepada menjadikan fatwa ulama masa lalu sebagai dogma yang harus diterima secara mutlak (taken for garanted). Saat umat Islam mengalami kemunduran, di dunia   Eropa   malah   sebaliknya   mengalami   kebangkitan   mengejar ketertinggalan mereka, bahkan mampu menyalib akar kemajuan-kemajuan Islam.   Ilmu Pengetahuan dan filsafat   tumbuh   dengan   subur   di   tempat...