Banyak yang mengeluh soal hujan yang
menyebabkan banjir. Wajar, penulis pun selalu mengeluh (tapi sebaik-baik
keluhan adalah mengeluh dan kembali pada Allah swt). Apalagi saat ini marak
terjadi musibah yang semakin marak menambah daftar orang mengeluh. Tipologi musibah
yang sering dikeluhkan sebagian besar umat manusia adalah sebagai berikut: Penduduk
kota merasa terkena musibah akibat rumah mereka terendam banjir.
Ø Pejalan
kaki, pengguna kendaraan bermotor, atau para pekerja lapangan merasa terganggu
oleh hujan yang menghalangi aktivitas mereka.
Ø Petani
merasa mendapat bencana ketika sawah mereka tergenang air akibat banjir.
Ø Banyak
orang yang mengeluh tanah becek, jalan berlumpur, got meluap dan ketika musim kemarau
tiba, mereka masih merasa tertimpah musibah.
Jangan sedih!, Lihat dan Pikirkanlah
manfaatnya.
(Jika
itu terjadi) maka kemungkinan besar bentuknya seperti berikut ini :
1.
Ujian, Orang yang imannya
kuat, rajin beribadah, bersedekah, baik hubungan sosialnya, merawat alam dan
sebagainya tidak menjamin akan luput dari musibah. Boleh jadi musibah itu
sifatnya untuk menguji orang-orang yang beriman untuk mengetahui kadar keimanannya.
Jika mereka berhasil menghadapi cobaan tersebut, maka yang didapatnya adalah
suatu rahmat dan keberkatan. Itulah buah dari kesyukuran.
2.
Musibah, orang-orang yang
terkena musibah atau bencana tidak selalu berarti buruk. Dibalik musibah, kita
bisa belajar tentang pentingnya kehati-hatian, ketelitian, perawatan alam, merenung
tentang kebesaran tuhan, do’a keselamatan, saling berpesan tentang taqwa maupun
saling berpesan tentang kesabaran.
3.
Teguran, sang pencipta
tidak memberikan teguran cecara lisan pada manusia, tapi teguran itu sering
kali diberikan dalam bentuk bencana, kehilangan, kelaparan dan hal-hal lain
yang membuat perasaan tidak karuan. Olehnya itu, ketika bencana terjadi,
sebaiknya kita bertaubat dan kembali kepada Allah karena bencana itu terjadi
akibat tangan-tangan jahil manusia. Pikirkanlah!
Bukan hanya hujan atau kemarau yang bisa
mengamuk untuk mensucikan suatu tempat (yang dihuni oleh tangan-tangan jahil)
tapi alam pun akan bekerja secara otomatis (dalam bahasa biologi disebut
sebagai seleksi alam) untuk kembali normal, senada dengan pandangan secara
spiritual “api yang kecil, air sekadarnya, tanah yang lapang, udara yang kita
hirup semuanya bermanfaat untuk kebutuhan sehari-hari kita, namun sijago merah
yang mengamuk, banjir bandang, tsunami, tanah lonsor, bencana putting beliung
merupakan unsur pencucian tempat tertentu dari maksiat.
Sebagai catatan penutup, penulis ingin
menyampaikan pesan dari guru spiritual Bung Haris yaitu “tidak ada sakit,
musibah maupun bencana melainkan manusia sendiri yang mengundangnya datang”.
Semoga Allah swt., Sang Pencipta tidak
menimpahkan bencana kepada kita semua. Semoga Allah memberikan keselamatan,
keberkatan, rahmat dan rezeki yang mampu kita pertanggungjawabkan dan kita
syukuri.
Amin
yaa rabbal ‘alamin.
Manusia Memang adalah makhluk yang selalu mengeluh,
ReplyDeleteitu adalah salah satu ciri dan perbedaan yang membedaan makhluk - makhluk Allah Lainnya.
itu dari saya...
Hehehe...
betul betul betul
Deletesepakat n sepakat
yang penting mereka tau alasan mengeluh apa, kepada siapa harus mengeluh, bagaimana mengatasi keluhan serta tau hikmah dibalik sesuatu yang sering dikeluhkan.
ReplyDeletebukankah seperti itu jawabannya komandan?
Kali ini saya coba Copy jawaban Abang...
ReplyDeletebetul betul betul
sepakat dan sepakat
Alam butuh keseimbangan. jadi kalau manusia butuh keseimbangan, jangan buat alam bimbang tapi seimbangkanlah. begitu menurut saya bung
ReplyDeleteokelah. trims
ReplyDelete