Skip to main content

Akibat Membohongi Dosen


Saat perkenalan oleh dosen dan mahasiswa (istilah yang umum adalah kontrak kuliah), ada sedikit cerita pada kampus tempat saya kuliah yang amat lucu. Berikut ini adalah kronologinya.
Seperti biasanya, mula-mula dosen membuka forum kuliah dengan berkata “assalamu alaikum”. Selanjutnya sang dosen memberikan pernyataan bahwa sebaiknya “kita perkenalan dulu”. Melihat para mahasiswa pada setuju, langsung saja dosen bertanya, “yang duluan perkenalan, saya apa kalian?”. Serempak menjawab “sebaiknya anda saja yang lebih dahulu”, kata mahasiswa. Dengan demikian dosen bercerita tentang dirinya hingga puas berceloteh tentang prestasinya.
Setelah sang dosen memperkenalkan diri, tentunya beliau juga ingin mengenal mahasiswa yang akan diajar atau dibinanya kelak. Dosen mempersilahkan pada masing-masing mahasiswa untuk memperkenalkan diri dengan menyebut nama sesuai dengan absen, asal daerah serta pekerjaan.

Mahasiswa yang pertama dipersilahkan memperkenalkan diri.
“Nama saya, Imah (laki-laki), saya pernah kuliah pada salah satu kampus di kabupaten Jeneponto, asal daerah berbatasan dengan Jeneponto”. Kata Imah memperkenalkan diri pada dosen.
“Masih tersisa satu pak, belum disebutkan pekerjaannya” kata Dosen yang parasnya agak muda.
Pak Imah terdiam. Suasana jadi hening, lalu dosen kembali bertanya “pegawai dinas yah pak?”, pak Imah masih terdiam, lalu Dosen melanjutkan “atau munkin kepala sekolah?” masih saja pak Imah terdiam. Dosen yang mengajar tentunya bingung, kok Mahasiswa yang udah dewasa kesulitan menjawab pertanyaan sederhana yang tidak membutuhkan pemikiran.
Dalam kondisi yang sedikit kebingungan, dosen masih penasaran dan kembali bertanya, “atau mungkin anda adalah seorang atasan pegawai”.
Pak Imah Mulai tersenyum. Suasana kembali normal dan Dosen memberikan pernyataan bahwa “mungkin mempunyai posisi di atas guru sekolah”. Kalimat yang terlontar dari mulut sang dosen tersebut membuat Pak Imah mengangguk lalu berkata “iya pak”.
Selanjutnya perkenalan pada mahasiswi. Dipersilahkan pada Ibu Reny untuk memperkenalkan diri.
“Nama saya Reny, saya dari Kabupaten Rilau Ale, pekerjaan saya hanya mengurusi rumah tangga”. Kata Ibu reny dengan kelihatan bangga. Tapi dasar Dosen yang mengerti psikologi, beliau tau bahwa Ibu Reny belum menikah melainkan masih seorang gadis yang usianya lebih dari 30 tahun sehingga beliau menanggapinya dengan mengangguk. Dosen ini (dalam benaknya) berkata bahwa “betulakah yang dikatakan Ibu Reny itu?”. “sebentar saya akan tes”, kata sang dosen dalam benaknya.
Perkenalan terus berlanjut hingga 20 orang mahasiswa semuanya selesai memperkenalkan diri.
Selanjutnya pembahasan dilanjutkan dengan kontrak kuliah yang menugaskan Pak Imah mempersiapkan makalah tentang “Psikologi Kepemimpinan” yang akan membahas tips-tips menjadi pemimpin dan menghadapi bawahan (pembahasannya) mengambil contoh pada dinas tempat pak Imah bekerja.
Mendengar perintah dari dosen, pak Imah justru mati kutu dan terpaksa dengan perasaan malu mengungkapkan bahwa pekerjaannya yang sesungguhnya hanyalah honorer yang tidak punya posisi baik. Pak Imah kemudian bertutur pada Dosen bahwa “saya adalah atasan kepala sekolah karena hampir setiap malam tubuhku berada di atas tubuh kepala sekolah (sang Istri tercinta)”. “hahahahahaha, uuuuuuuwww, gayanaji”, Serempak para mahasiswa berteriak yang membuaat ruang kuliah ribut penuh tawa.
Karena sang dosen ikut tertawa, beliau lupa mengganti tugas untuk pak Imah. Sambil tertawa lahir dan batin, dosen ingat bahwa saat perkenalan tadi sepertinya masih ada yang berbohong tentang pekerjaan yang disebutnya. Sambil mengingat-ingat, sang Dosen kembali bertanya, “siapa yang pekerjaannya hanya mengurus rumah tangga? Diacungkanlah tangan Ibu Reny. Tanpa panjang lebar, Reny diberi tugas kiat-kiat membangun rumah tangga berdasarkan pengalaman pribadi. Mendengar dosen bicara, Reny justru ketakutan, “jujur atau tidak yah?” kata Reny dalam benaknya.
“Maaf Prof., sebaiknya tema lain saja untuk saya”. Kata Ibu Reny.
“Loh, kok membantah?” dosen bertanya penasaran.
“Saya tidak punya pengalaman Prof.”, jawab Reny.
“Sejujurnya pekerjaan saya hanya mengurusi rumah tangga orang, bukan rumah tangga saya. Saya masih sendiri Pak Prof., maafkan saya. Saya tidak berkata bohong kalau pekerjaanku mengurus rumah tangga (tapi rumah tangga orang)”. Kata Reny dengan wajah yang sangat merah karena harus menanggung malu dihadapan dosen dan teman-teman mahasiswanya. Sikapnya kembali membuat forum sangat ribut luar biasa.

Comments

Popular posts from this blog

Strategi Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib

BAB I PENDAHULUAN A.       Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota   Bani Sa’dah, Madinah.  

Kedudukan Ar-ra'yu sebagai Landasan Hukum Islam

Referensi Pada dasarnya umat Islam yang beriman Kepada Allah swt. Meyakini bahwa Sumber utama Ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis sudah sempurna. Firman Allah dalam Alquran sudah sempurna membahas aturan-aturan, hukum, ilmu pengetahuan (filsafat), kisah, ushul fiqh dan lain-lain. Begitu juga Hadis Rasulullah yang salah satu sifatnya menjadi penjelasan ayat-ayat dalam Alquran. Posisi Hadis adalah penjelas dan sumber kedua setelah Alquran.

Dasar-dasar Pendidikan Islam

DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM (Tinjauan al-Qur'an dan Hadis) Oleh : Kelompok 2 A.    Pendahuluan Islam mempunyai berbagai macam aspek, di antaranya adalah pendidikan (Islam). Pendidikan Islam bermula sejak nabi Muhammad Saw, menyampaikan ajaran Islam kepada umatnya. [1]   Pendidikan adalah proses atau upaya-upaya menuju pencerdasan generasi, sehingga menjadi manusia dalam fitrahnya. Itu artinya bahwa pendidikan merupakan conditio sine quanon yang harus dilakukan pada setiap masa. Berhenti dari gerakan pendidikan berarti   lonceng kematian (baca; kemunduran atau keterbelakangan) telah berbunyi dalam masyarakat atau negara.