Skip to main content

Sebaiknya kita berhati-hati bicara


Hati-hatilah berbicara, apalagi jika harus membicarakan aib orang lain bahkan aib diri sendiri bakal merusak reputasi kita maupun orang lain yang telah diceritakan aibnya. Mengapa harus hati-hati berbicara? Sebab bisa jadi apa yang kita bicarakan bakal menjatuhkan reputasi seseorang yang hanya disampaikan dalam bentuk candaan. Nasib baik jika yang dibicarakan adalah terkait dengan hal-hal positif atau hal-hal baik pada orang lain maupun pada diri sendiri.

Sebagai contoh, kawanan mahasiswa bercerita tentang kebiasaan buruknya yang suka mengoleksi cewek lalu berbuat nakal pada cewek-cewek koleksinya. Karena cerita tersebut disampaikan pada kawannya, maka ia tidak khawatir bahkan bangga dengan tindakan buruk yang dilakukannya. Bisa jadi orang ini tanpa ada kekhawatiran mengungkapkan segala hal-hal buruk yang telah dilakukannya tanpa sengaja, atau bahkan bangga menjatuhkan reputasi orang lain maupun dirinya sendiri. Bahkan ada yang sangat bangga bercerita tentang pengalaman ngesex, minum miras, drugs dll.
Hal-hal buruk yang dipublikasikan sebaiknya hanya untuk dijadikan sebagai pelajaran, sejarah masa lalu dan bukan sebagai kebanggaan apalagi untuk tujuan menjatuhkan orang lain. Yang penting untuk diwaspadai adalah, ketika berita telah berpindah dari seseorang pada orang lain, maka dengan segera berita buruk itu akan gempar, terlebih jika beritanya tersebar lewat media maya atau media elektronik lainnya. Sebabnya adalah, manusia sangat senang bergosip, senang dengan hal-hal yang unik untuk disebarluarskan.
Kita telah berulang kali diperingatkan bahwa siapapun mesti hati-hati berbicara karena banyak bicara (yang tidak bisa dibuktikan) itu sangat tercela. Berikut adalah beberapa penekanan agar kita berbicara seadanya saja :
1.   Ada orang yang pernah bertanya pada Arung Palakka (Petta Malampe’e Gemme’na), yang mengatakan “Bagaimana tanda-tanda orang yang selamat?”. Pertanyaan ini beliau jawab “Orang yang paling sedikit bicaranya”.
2.  Istilah Populer yang sangat menjatuhkan seseorang jika ini disandarkan padanya “No Action talk only” yang bermakna hanya bicaranya yang besar sementara tidak ada hasil yang bisa dibuktikan. Istilah itu adalah penghinaan yang besar.
3.  Ini yang terpenting, kita telah diperingatkan oleh Allah dalam al-Qur’an[1] bahwa amat besar kemurkahan Allah terhadap orang-orang yang mengatakan sesuatu yang tidak dilakukannya.
4.  Allah menantang seseorang yang merasa apa yang dilakukannya tepat untuk memberikan bukti kebenaran[2]. Walaupun ada bukti, etika juga menjadi pertimbangan untuk menyebarkan informasi.
Berbicara itu baik tapi jika isinya kosong atau bakal merusak orang lain maka lebih baik diam. Mahatma Gandhi mengatakan “Diam itu merupakan sebagian dari disiplin rohani dalam menunjang kebenaran”.[3] dengan demikian, seharusnya kita bicara hanya pada hal-hal yang penting. Bercanda tidak dilakukan dengan banyak bicara karena bakal menyebarkan informasi secara luas dan berpotensi menjatuhkan orang lain.



[1] Lihat Al-Qur’an Surat Ash-Shaf ayat 2 - 3
[2] Lihat Surat Al-Baqarah ayat 111
[3]  Kamaruddin Baso, Renungan Pribadi dalam Rangkuman 5000 Mutiara Hikmah. H. 84

Comments

Popular posts from this blog

Strategi Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib

BAB I PENDAHULUAN A.       Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota   Bani Sa’dah, Madinah.  

Kedudukan Ar-ra'yu sebagai Landasan Hukum Islam

Referensi Pada dasarnya umat Islam yang beriman Kepada Allah swt. Meyakini bahwa Sumber utama Ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis sudah sempurna. Firman Allah dalam Alquran sudah sempurna membahas aturan-aturan, hukum, ilmu pengetahuan (filsafat), kisah, ushul fiqh dan lain-lain. Begitu juga Hadis Rasulullah yang salah satu sifatnya menjadi penjelasan ayat-ayat dalam Alquran. Posisi Hadis adalah penjelas dan sumber kedua setelah Alquran.

Dasar-dasar Pendidikan Islam

DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM (Tinjauan al-Qur'an dan Hadis) Oleh : Kelompok 2 A.    Pendahuluan Islam mempunyai berbagai macam aspek, di antaranya adalah pendidikan (Islam). Pendidikan Islam bermula sejak nabi Muhammad Saw, menyampaikan ajaran Islam kepada umatnya. [1]   Pendidikan adalah proses atau upaya-upaya menuju pencerdasan generasi, sehingga menjadi manusia dalam fitrahnya. Itu artinya bahwa pendidikan merupakan conditio sine quanon yang harus dilakukan pada setiap masa. Berhenti dari gerakan pendidikan berarti   lonceng kematian (baca; kemunduran atau keterbelakangan) telah berbunyi dalam masyarakat atau negara.