Skip to main content

Membuat program ala saya


Ketika waktuku lowong sementara saya belum bisa melakukan sesuatu maka cukup kembali kehadapan laptop untuk berekspresi dan mengandalkan daya imajinasi untuk membuat suatu konsep. Konsep tetang apa yang harus dikerjakan sebentar, besok dan suatu saat nanti. Konsep tersebut biasa juga kusebut sebagai perencanaan. Bahasanya sederhana, hanya membaca potensi dan masalah yang berada pada lingkup ruang dan waktu. Lebih detail, konsep itu meliputi analisis masalah (suatu pembacaan yang mendalam terhadap suatu fenomena). Melalui analisis masalah tersebut dapat diketahui potensi dan masalah dari suatu fenomena maka terbentuklah konsep yang dirumuskan pada beberapa bagian. Bagian-bagian itu antara lain: maksud, tujuan, efek, debet, evaluasi awal (membaca perkembangan), hasil, rencana tindak lanjut dan pengembangan. Bagi perencana program, inilah konsep yang paling sederhana dan masih banyak peta-peta konsep yang mesti dibubuhkan bagi seorang konseptor.

Sebagaimana biasanya, saya diminta membuat konsep oleh teman-teman, bahkan oleh organisasi atau lembagaku. Saya bisa membuatnya dengan sederhana tapi tepat sasaran. Cukup dengan menanyakan, apa yang diharapkan dari sebuah program lalu berdialog seputar masalah dan potensi tentang sesuatu yang akan diselesaikan lewat program.
Paling asyik membuat manual program ketika ditemani sebatang rokok dan secangkir teh hangat. Penyelesaian konsep pasti berjalan lancar. Ternyata saya baru menyadari bahwa rokok merupakan alat bantu untuk memperkaya imajinasi seseorang. Seperti yang saya lakukan saat ini di Jalan Cendala Lrg. 3 No. 12 Bulukumba. Meski keadaannya sangat sederhana tapi beberapa program bisa dilaksanakan untuk jangka menengah, bahkan jangka panjang.
Kata sebagian orang bahwa konsep saja belum cukup, tapi mesti ada tindak lanjut atau gerakan. Tentunya saya pun sepakat dengan pernyataan itu. Sekedar konsep berarti “no action talk only. Tapi berbuat atau mengerjakan sesuatu tanpa konsep juga kurang baik, munkin lebih rendah dari buruh kecil “innamal a’maalu binniat”. Agar lengkap, beri saja nama “aksi rencana”.

Comments

  1. wah pake rokok, mantap amat bang

    ReplyDelete
  2. aku tidak biasa menggunakan rokok, tapi ternyata asyik kalo didalami

    ReplyDelete
  3. wah aku lebih tertarik oleh analilis masalahnya...
    Evaluasi dan aksi rencananya...
    itu ALA AKU...

    ReplyDelete

Post a Comment

شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم

Popular posts from this blog

Strategi Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib

BAB I PENDAHULUAN A.       Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota   Bani Sa’dah, Madinah.  

Kedudukan Ar-ra'yu sebagai Landasan Hukum Islam

Referensi Pada dasarnya umat Islam yang beriman Kepada Allah swt. Meyakini bahwa Sumber utama Ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis sudah sempurna. Firman Allah dalam Alquran sudah sempurna membahas aturan-aturan, hukum, ilmu pengetahuan (filsafat), kisah, ushul fiqh dan lain-lain. Begitu juga Hadis Rasulullah yang salah satu sifatnya menjadi penjelasan ayat-ayat dalam Alquran. Posisi Hadis adalah penjelas dan sumber kedua setelah Alquran.

Dasar-dasar Pendidikan Islam

DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM (Tinjauan al-Qur'an dan Hadis) Oleh : Kelompok 2 A.    Pendahuluan Islam mempunyai berbagai macam aspek, di antaranya adalah pendidikan (Islam). Pendidikan Islam bermula sejak nabi Muhammad Saw, menyampaikan ajaran Islam kepada umatnya. [1]   Pendidikan adalah proses atau upaya-upaya menuju pencerdasan generasi, sehingga menjadi manusia dalam fitrahnya. Itu artinya bahwa pendidikan merupakan conditio sine quanon yang harus dilakukan pada setiap masa. Berhenti dari gerakan pendidikan berarti   lonceng kematian (baca; kemunduran atau keterbelakangan) telah berbunyi dalam masyarakat atau negara.