Tour di Bulukumba yang di fokuskan pada dua Kecamatan tidak
cukup jika hanya diprogramkan selama 1 hari. Sebagaimana yang rombongan kami
lakukan kemarin (17 April 2013), awalnya pada perencanaan kami fokus pada objek
pembuatan kapal Phinisi dengan tujuan melakukan penelitian lepas untuk
kepentingan kalangan sendiri. Fokus penelitian direncanakan berkisar pada
sejarah phinisi, proses pembuatan dan pengembangan phinisi. Penelitian akan
dilakukan di tempat pembuatan kapal tradisional phinisi, hanya saja ketika tim
kami telah sampai disana dan melakukan penelitian, mengambil gambar dan menemui
beberapa orang yang terlibat pada pembuatan phinisi, kami belum puas dengan
keterangan yang diberikan oleh mereka sebagai informan. Kepala tukang di
kelurahan tanah lemo yang dimintai keterangan tidak memberikan jawaban yang
memuaskan, bahkan pemilik dan pengrajin kapal phinisi pun belum memberikan
jawaban yang pas tentang pertanyaan kami, “apa itu phinisi? Philosofinya apa?
Arti sebuah nama yang tersohor hingga seluruh pelosok bumi”.
Salah seorang informan yang dianggap bisa memberikan
informasi tentang data-data yang kami butuhkan dalam penelitian kami juga tidak
mampu menjawab lalu kami disarankan untuk mengunjungi orang yang dianggap
mengetahui sejarah phinisi serta informasi-informasi penting tentang phinisi.
Kami disarankan untuk mengunjungi pembuatan kapal phinisi yang jauh lebih besar
dari beberapa kapal yang terdapat di tanah lemo kecamatan Bontobahari.
Berdasarkan saran dari para pengrajin kapal phinisi di tanah lemo untuk
mengunjungi pembuatan phinisi di Kelurahan Tanjung Bira Kecamatan Bontobahari.
Karenanya, kami bisa mendapatkan informasi yang sedikit lebih lengkap. Hanya saja
kami belum puas dengan jawaban yang ada.
Agenda penelitian yang diselenggarakan kemarin tersebut
bahkan dilakukan pada dua kecamatan di Bulukumba yaitu Kecamatan Bontobahari
dan Kecamatan Bontotiro. Oleh rombongan, kegiatan ini dinamai “Tour Perdana
TPC” namun pribadi menyebutnya “mengenal Bulukumba lebih dekat”. Dari kegiatan
ini kami dapatkan bahwa potensi pariwisata bulukumba sangat banyak, hanya saja
pihak dinas pariwisata acuh tak acuh dalam pengelolaan objek wisata tersebut.
Kritik yang pertama adalah tempat pembuatan kapal
tradisional tidak diperkenalkan lebih luas untuk kepentingan menggait wisatawan
sehingga pengunjungnya bisa dibilang sangat nihil. Kemudian kebersihan juga
terabaikan di sana. Padahal menurut hemat kami bahwa kapal phinisi adalah
identitas bulukumba, senada dengan itu Bulukumba juga dikenal sebagai “butta
panrita lopi” dan yang dimaksud adalah phinisi. Kesannya seperti tidak mengenal
identias sendiri.
Objek wisata lain yang terdapat pada dua kecamatan di
Bulukumba tersebut kelihtannya juga tidak mendapatkan perawatan lingkungan yang
memadai. Tempat yang kami lalui antara lain adalah tempat pembuatan kapal
tradisional kapal phinisi di tanah lemo dan Tanjung Bira, wisata Puajanggo di
Tanjung Bira, Simbuang, hila-hila dan limbua sangat tidak terawat, juga tidak
terkenal karena beberapa dari rombongan kami baru menginjakkan kaki disana
meskipun mereka juga orang yang Berdomisili di Bulukumba. Tentu tanggung jawab
kelestarian tempat wisata di Bulukumba ini adalah tanggungjawab dinas
Pariwisata.
Comments
Post a Comment
شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم