Belakangan ini orang cenderung berbuat untuk memenuhi
segala keinginan yang muncul dari diri pribadi dan kelompok masing-masing. Sementara
kepentingan berbangsa tidak lagi menjadi tujuan utama, kepentingan agama tidak
lagi menjadi penting karena yang terpenting adalah ketika urusan pribadi bisa
terpenuhi. Kecenderungan ini akan mengarahkan manusia pada keadaan yang lebih
buruk. Mungkin karena semua orang ingin menjadi yang terbaik, sementara sudah
dipastikan bahwa yang terbaik untuk negeri (presiden) hanya 1 orang.
Bentuk yang
serupa adalah sangat banyak orang yang ingin menjadi pegawai negeri sipil tapi
hanya sedikit di anrata mereka yang bisa di terima. Kekayaan sangat didambakan
oleh kebanyakan orang namun usaha menuju derajat tersebut butuh perjuangan yang
sangat kuat. Bahkan dalam kondisi tertentu harus bersaing dengan orang-orang
yang punya keinginan yang sama (menjadi yang terbaik) sehingga seseorang harus
berkompetisi atau bertarung sengit untuk meraih keinginan-keinginan itu.
Kalau kondisi manusia sudah mayoritas Kemauannya
(nafsu) lebih besar dari dirinya (kemampuannya) maka akan muncul
berbagai kekacauan. Mulai dari perang suku, muncul berbagai musibah, bencana
sosial, bencana alam dan bentuk kerusakan lainnya. Kalau kita merujuk ke Al-Qur’an
Surat Ar-Ruum (31): 41 “Telah nampak kerusakan di darat dan
di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar).”
Semoga manusia
lebih baik dengan menanamkan prinsip Perjuangan yang lebih besar dari
keinginan-keinginan pribadi. Pernyataan ini merupakan tafsiran pribadi terhadap
semboyan Berjuang Tanpa Pamrih – Mengabdi Tiada Akhir.
Ada prediksi
tentang masa depan bangsa Indonesia, terutama keutuhan hidup bernegara dalam
posisinya sebagai nation state di mata Internasional
dan tatanan hidup bermasyarakat dalam Negeri. Ketika warga Negara tidak lagi
mampu mempertahankan lima pilar kebangsaan, 1) Merah Putih, 2) Pancasila 3) UUD
1945 4) Bhineka Tunggal Ika, dan 5) NKRI oleh kuatnya permasalahan yang lahir
dari kepentingan-kepentingan pribadi dan kepentingan-kepentingan kelompok yang
kurang sesuai dengan tujuan pembangunan bangsa Indonesia. Cara-cara itu
ditempuh dengan berbagai cara antara lain korupsi, kolusi dan nepotisme bagi
penguasa, suap bagi pengusaha, perang suku, perampokan intelektual dan
sebagainnya.
Sementara itu,
kita akui bahwa perjuangan untuk kepentingan bangsa semakin terkuras oleh
kuatnya kepentingan pribadi dan kelompok. Sebagai contoh, pegawai negeri sipil
yang seharusnya menjadi pelayan bagi kepentingan Negara justru berubah menjadi
tuan atas rakyat. Sementara tekanan internasional yang atas kepentingan ekonomi
juga telah menelikung bangsa ini.
Jika masalah
ini terus terjadi, bukan tidak mungkin Indonesia akan bubar dari panggung Negara
bangsa. Negeri ini butuh pejuang.
Comments
Post a Comment
شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم