Beberapa pernyataan bijak yang pernah saya dengar tentang pengembangan diri, terutama kemampuan mengolah permasalahan antara lain
1. Semestinya
kesalahan selalu diingat untuk dijadikan pelajaran agar tidak terulang pada
kesalahan yang sama. Baik kesalahan yang berasal dari diri pribadi maupun
kesalahan dari orang lain tetap dijadikan pelajaran. Yang
sejatinya dilupakan adalah amalan kebaikan yang telah dilakukan.
2. Masalah itu
kebanyakan terletak dipikiran, olehnya itu, ketika ingin menyelesaikan suatu
masalah maka yang pertama harus dilakukan adalah melupakannya. Masalah yang
seringkali mengganggu pikiran antara lain soal asmara seperti kurang perhatian
atau mungkin dihianati, ketakutan terhadap suatu, keraguan untuk meraih impian,
tidak dipercaya meski berkata/berbuat yang benar dan sebagainya. Ketika menjadi beban maka salah satu cara yang bisa
dilakukan adalah dengan melupakan masalah ini. Bagaimana melupakannya?
Ini bisa dilakukan dengan mengalihkan perhatian pada hal-hal yang lebih baik
(kegiatan-kegiatan positif).[1]
3. Kesalahan
orang lain cukup menjadi pelajaran untuk berhati-hati dan selain itu mestinya
dilupakan (memaafkan). Pernyataan ini pernah dilontarkan Ketua Dewan
Koordinasi Nasional Penerus Perjuangan Perintis Kemerdekaan Indonesia ketika
beliau menyaksikan ada seorag peserta forum rapat mengomentari
kesalahan-kesalahan anggota lain, dan melalui forum itu pula ditegaskan bahwa “jangan
senang mengungkit kesalahan orang lain diforum”. Catatan ini juga
mengisyaratkan bahwa kesalahan orang lain mestinya dilupakan saja dan mengambil
pelajaran darinya.
4. Memiliki
harapan yang besar tentunya sangat penting. Dari harapan dan mimpi-mimpi besar
seorang tokoh besar lahir. Tentunya impian yang didukung oleh semangat yang
kuat dan keyakinan serta do’a untuk meraih kesuksesan sangat penting. Namun
dibalik semua itu, Sesuatu yang mustahil diraih sejatinya
dilupakan saja!.
5. Ketika
kita tidak lagi saling merindukan, tidak saling membutuhkan dan ketika kita
tidak lagi memiliki cita-cita yang sama dalam meraih impian, maka saling
melupakan adalah hal yang terbaik. Bukan berarti bahwa ketika saling
melupakan adalah hal yang terbaik lantas semuanya harus dilupakan. Simpan dan
kenanglah hal-hal indah dan lupakan semua hal yang pantas untuk dilupakan.
Yang keliru
ketika “Perasaan” semisal rindu, cinta,
dendam, benci, lapar, marah dan lain-lain yang ingin “dilupakan”.
Melupakan perasaan itu merupakan sesuatu yang tidak nyambung. Alasan utamanya
adalah perasaan terletak didalam hati yang didapatka melalui indra, sementara
lupa atau ingat adalah pengalaman yang didapatkan lalu disimpan dimemori.
Ketika disimpan dengan baik, maka pengalaman akan diingat dan jika dihapus maka
pengalaman akan dilupakan.
Dengan
demikian, bisa saja anda atau mungkin juga saya dilupakan (secara syari’at)
tapi soal rasa (hakikat) tidak mungkin bisa hilang, yang ada hanya menenangkan
atau mengacaukan perasaan.
[1] Catatan
ini didapatkan pada kegiatan The Scouth
Spiritual Journy – Pelatihan Spiritual Program Ambalan Mujahid, MAN 2 Model
Makassar pada materi Problem Solving.
Asal jangan Lupakan saya Mas Bro... hehehe
ReplyDeletekami tunggu tulisannya yg bertemakan PERTANIAN.
ReplyDeletesetuju sama kata-kata ini "Sesuatu yang mustahil diraih sejatinya dilupakan saja" sukses ya :)
ReplyDelete