Demi masa
yang telah berlalu dan demi asa yang dinanti. Sesungguhnya saya telah melewati
perjalanan usia dengan berbagai aktivitas sejak 28 tahun yang lalu, yaitu Hari
Selasa, 29 Maret 1988 Masehi atau bertepatan dengan 10 Sya’ban 1408 (10 – 09 –
08) pada penanggalan Hijriah adalah masa pertama kali saya memiliki asa untuk
hidup dimuka bumi ini. Seiring berjalannya waktu, harapan itu kian besar yaitu
harapan yang lebih dari sekedar hidup. Merefleksi 28 silam, belum ada hal yang
begitu berarti yang telah kulakukan sekalipun kutau cara berjuang untuk menjadi
bahagia.
Untuk
masa-masa yang akan datang telah kupersiapkan sesuatu untuk kesana, meskipun
masih terbilang sederhana tapi itu adalah sesuatu yang patut diperjuangkan demi
menjemput asa dimasa yang dinantikan itu. Berangkat dari refleksi 28 tahun
silam itu, baik yang muncul dari pengalaman pribadi maupun hikmah pelajaran
hidup yang didapatkan dari orang lain dan alam semesta bahwa sesuatu yang baik
(sifat) alangkah baiknya dipelihara dan dijaga dengan baik atau bahkan
ditingkatkan menjadi lebih baik hingga yang terbaik. Begitupula sesuatu yang
buruk (sifat) supaya ditinggalkan atau sebisa mungkin untuk diperbaiki.
Dalam
hidup, mulai lahir hingga ajal menjemput manusia memiliki harapan namun berharap
akan keajaiban tidak akan pernah tercapai tanpa kerja keras dan kesungguhan.
Sejak lahir saya sudah memiliki harapan untuk hidup dan mendapatkan kasih
sayang kemudian pada perkembangannya memiliki harapan atau keinginan yang lebih
besar dan lebih banyak. Keinginan itu adalah terwudunya kemewahan sandang,
pangan dan papan sebagai keperluan dasar dan memadu kasih serta harapan untuk
dikenal luas melalui kekuasaan sebagai eksistensi diri manusia. Kenyataannya,
refleksi itu sejak 28 tahun yang lalu menggambarkan bahwa tidak semua harapan
bisa diwujudkan secara sempurna sehingga jawaban atas refleksi hari ini adalah
membangun harapan yang sesuai dengan kemampuan. Sesuatu yang diharapkan harus
sesuai dengan kemampuan kerja sehingga apapun yang dikerjakan mampu diselesaikan
sesuai dengan harapan itu sendiri.
Melangkah
ke hari berikutnya, hari ini kuukir harapan terbesar untuk masa-masa yang akan
datang, semoga tuhan mengijabah keinginan itu serta merahmati dan meridhoi
setiap langkah baik yang kupilih. Jika tuhan merahasiakan tiga hal pada manusia
antara lain jodoh, reski dan ajal maka ketiganya harus menjadi pertimbangan
untuk memanjatkan harapan pada tuhan semesta alam. Ketiga rahasia tuhan itu
akan dikaitkan dengan konteks waktu sehingga tahun ini saya berharap dan berusaha
agar pintu jodoh terbuka dan selanjutnya berharap dan berusaha mendapatkan
keturunan sebagai penerus perjuangan dakwah dan menebar akhlak baik pada sesama
manusia dan mengambil peran dalam memelihara dan melindungi alam raya ini.
Karena hidup itu perlu usaha maka jalan untuk mendapatkan jodoh, rejeki dan
ajal sebagai akhir dari hidup (di dunia) juga perlu usaha terbaik untuk
menghadapinya, seperti itu yang kupahami terkait perjalanan hidup.
Manusia diberi
potensi untuk berjuang dan melindungi sesuatu yang dicintainya. Itulah hakekat
dasar manusia sehingga ciri manusia tidak hanya berjuang untuk menghidupi diri
tetapi ada perjuangan untuk seorang yang paling disayangi dan dicintai. Sesuatu
yang paling kuperjuangkan adalah mewujudkan keutuhan keluarga yang sakinah
mawaddah dan penuh kasih sayang. Keluarga itupulalah yang paling penting untuk
kulindungi. Keinginan ini semoga menjadi sesuatu yang nyata jika waktunya tiba
seperti ketika kudibesarkan dengan perjuangan yang penuh dengan cinta kasih dan
dari keluarga itu saya mendapatkan perlindungan. Roda waktu yang terus berputar
mengiringi perjalanan hidup hingga kumerasa bahwa waktunya saya memperjuangkan
kasih sayang dan cinta serta melindungi sesuatu yang telah kuperjuangkan.
Terkait
jodoh, dari masa kemasa selalu ada kriteria penting yang menjadi catatan untuk
dicari dan diperjuangkan. Awalnya adalah mengikut sunnah rasul bahwa mencari
pasangan hidup itu karena hartanya, parasnya, keturunannya dan agamanya.
Kriteria itu memang sangat penting dan yang terpenting kesemua itu adalah agama
dan akhlaknya. Selanjutnya kriteria itu mengalami pergeseran bahwa yang ideal
dan lebih sederhana adalah sosok yang baik imannya, dalam pengetahuan umum dan
agamanya (cerdas) serta ia berasal dari keturunan orang-orang yang baik.
Seperti itulah seterusnya Hingga mengalami pergeseran kriteria untuk kesekian
kalinya bahwa kubutuhkan sosok yang paham dan mampu mengola urusan rumah tangga
dengan baik. Kriteria itu bukan tanpa sebab tetapi semuanya sebagai persiapan
untuk mengaruhi bahtera kehidupan suatu saat nanti. Kriteria itu dipilih
sebagai jalan untuk menggapai asa nantinya. Sebuah harapan untuk sejahtera
lahir dan batin serta mampu melakukan sesuatu dalam mewujudkan kesejahteraan
pada masyarakat umum.
Perjuangan
untuk hidup dan menghidupi menurut hemat saya adalah membangun investasi
dibidang pertanian. Argument itu muncul sekitar 5 tahun lalu ketika salah
seorang teman mengatakan “pekerjaan yang paling mulia dan sebagai benteng
terbaik dan paling aman untuk hidup adalah dengan membangun usaha pertanian”.
Karena itu saya benar-benar membangun pertanian untuk jangka panjang dan jangka
menengah sebagai penopang hidup dan sebagai persiapan untuk mewujudkan
cita-cita mulia membangun Madrasah Insan Kamil untuk mendidik generasi dan masyarakat
secara sukarela. Usaha pertanian yang telah dan saat ini kukembangkan adalah
menanam 1000 pohon untuk penghasil kayu bangunan serta merica dan cengkeh untuk
jangka panen yang lebih cepat. Ada juga bebepa komoditi yang dikerja dengan
waktu lebih singkat. Memilih pohon produktif, cengkeh dan merica sebagai
tanaman utama serta beberapa tumpang sari karena itu tidak memerlukan waktu
sesibuk pegawai pemerintahan dan swasta dan hasilnya bisa sebanding. Tanaman
itu cukup mendapatkan perhatian seadanya dan waktu yang lebih singkat pula
sehingga cara ini menjadi alternatif dan saat ini sudah ada yang menanti hasil
setelah ditanam beberapa waktu yang lalu.
Harapan
selanjutnya semoga dikaruniai keturunan dan selanjutnya mendidik generasi itu
hingga ia benar-benar matang untuk membawakan misi dakwah dan jihad di jalan
tuhan. Itu adalah harapan untuk hari-hari dan tahun-tahun selanjutnya. Seiring
berjalannya waktu saya juga sangat berharap agar berkesempatan menikmati
pendidikan untuk jenjang S3 untuk prodi Pendidikan Islam atau konsentrasi
Manajemen Pendidikan Islam sebagai tindak lanjut keilmuan yang telah
diperjuangkan selama ini. Harapan ini cukup berat karena biaya yang lumayan
tinggi namun pada masa-masa yang telah berlalu perasaan itu pernah dialami
bahwa biaya pendidikan cukup tinggi namun itu bisa diselesaikan dan dalam
keyakinanku bahwa tuhan akan memberikan jalan dan kemudahan untuk
hambah-hambahnya dalam menempuh pendidikan. Itulah bagian yang ingin
kuperjuangkan di Makassar, yaitu mencari tambahan reski untuk meraih cita-cita
yang lebih besar demi memperjuangkan harapan dan cinta.
Semoga
tuhan memanjangkan usia saya sehingga pada umur 50 tahun saya bisa pensiun
untuk urusan dunia dan kami kembali ke kampung halaman untuk membangun Madrasah Insan Kamil dan bekerja sebagai
petani. Madrasah Insan Kamil adalah sebuah perguruan non formal yang dirancang
untuk mengajarkan ilmu al-Qur’an pada anak-anak/generasi muda (mulai usia 10
tahun hingga usia yang tak terbatas) untuk dididik antara lain: 1) Kemampuan
Baca Tulis al-Qur’an, 2) Kemampuan Hafalan al-Qur’an, 3) tilawatil qur’an, 4)
Kajian Hikmah ayat-ayat dalam al-Qur’an serta 5) kajian-kajian umum yang
konteks dengan zaman. Agar murid Madrasah Insan Kamil ini lebih baik, bagi
mereka diharapkan mampu melatih generasi baru sebelum meninggalkan madrasah.
Hari ini telah kupersiapkan konsep dan lahan yang cukup untuk Madrasah ini dan
semoga bisa terwujud dengan baik. Insya Allah.
Memilih
kembali ke Kampung halaman dan bertani sebagai pilihan adalah yang terbaik
karena bertani masih menjadi pekerjaan yang paling halal dan mulia. Bagi
pribadi saya, bertani adalah sesuatu yang sangat menyenangkan karena mulai dari
proses hingga panen selalu memberikan harapan dan kepuasan batin jika
disyukuri. Sejak benih disemaikan, harapan dan do’a semakin menguat dan suatu
kepuasan jika melihat benih itu tumbuh dari hari ke hari hingga matang dan siap
dipanen. Pada usia 50 tahun itu sudah waktunya pensiun dari urusan politik dan
segala bentuk urusan ekonomi di kota, harapannya agar mendapatkan ketenangan
hidup dan jawabannya bertani adalah pekerjaan dan mendirikan madrasah non
formal untuk berbagi ilmu, pengalaman dan bahkan materi Insya Allah. Itulah
refleksi hari ini bahwa suatu saat nanti kami atas nama keluarga termasuk kedalam
jiwa-jiwa yang tenang. Rabbanaa atinaa
fid dunyaa hasanatan, Wafil akhirati khasanatan, Wakinaa adzaban naar. Amin yaa
rabbal ‘alamin.
Untuk
meraih harapan tersebut, semoga Allah memudahkan reskinya dan memberikan jalan
yang tebaik untuk hambanya.
Siasat atau
strategi dalam mewujudkan impian itu antara lain semangat dan kerja keras dalam
mewujudkan kesejahteraan keluarga agar bisa dimanfaatkan untuk urusan hidup dan
dakwah. Karena cita-cita itu terkait dengan urusan keluarga (Insya Allah) maka
kriteria pendamping hidup antara lain adalah sosok yang mampu mendidik anak,
terutama dalam mengajarkan ilmu al’qur’an. Kekuatan dan kemampuan mengola dan
memanfaatkan ekonomi dengan baik. Dalam Hukum ekonomi (urusan rumah tangga) ada
kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder, dari Hukum ekonomi itu diharapkan ia
adalah sosok yang mengutamakan manfaat dari pada tren. Penting juga
kesederhanaan dalam hidup serta mampu berjuang mewujudkan cita-cita itu
bersama-sama atau paling tidak ia adalah sosok yang mendukung cita-cita itu. Jika
kriteria itu tidak sesuai sikap maupun kepribadian saya sehingga tidak
sebanding maka biarlah harapan itu bergeser menjadi siapapun yang sesuai atau
bahkan cukup untuk mereka yang memberikan kasih sayang dan semangat hidup untuk
berjuang bersama.
Ya Allah yaa Rabbal ‘alamin, hamba
hanya bisa berharap, berusaha dan berjuang untuk masa depan itu. Olehnya itu berilah
berilah kami kekuatan dan semangat untuk meraih masa depan yang terbaik. Masa
depan yang tenang serta masuk dalam kelompok jiwa-jiwa yang tenang. kabulkanlah
harapan itu yaa rabbal ‘alamin.
Sebuah
refleksi yang dihari lahirku, ditulis di Bulukumba pada 29 Maret 2016 M/20
Jumadit Tsaniyah 1437 H @ 01.00 dini hari.
Comments
Post a Comment
شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم