Skip to main content

Prinsip di atas Kesan



Setiap sifat ataupun sikap seseorang pada dasarnya selalu meninggalkan kesan bagi orang lain. Jika ada orang yang sering melakukan kebaikan, sebagai contoh selalu membersihkan halaman rumah maka ia dianggap sebai orang yang bersih dan perhatian terhadap lingkungan. Jika seseorang cuek dengan kondisi lingkungan yang kotor atau bahkan sering memperlihatkan kebiasaan membuang sampah pada sembarang tempat maka ia terkesan jorok.  Itulah sebab kenapa sifat atau sikap seseorang memberikan kesan yang sekaligus menjadi nilai baik atau buruk.
Bertolak dari teori yang telah dicontohkan di atas, ada sebuah kenyataan bahwa tidak semua kesan buruk bisa diartikan sebagai sesuatu yang buruk pula. Sifat atau sikap baik seseorang tidak serta merta bisa dinilai baik karena di atas nilai yang terlihat masih ada strategi.[1] Sebaliknya pun begitu, seseorang bisa jadi terkesan buruk tapi pada dasarnya itulah yang terbaik. Yang pasti bahwa semua orang berharap mendapatkan kesan terbaik dan mengharapkan kebaikan dalam dirinya namun cara yang ditempuh seseorang tidak selalu sama, bahkan ada yang berprinsip “apapun caranya dan bagaimanapun memperolehnya yang penting bisa tercapai”. Melalui pernyataan (prinsip) tersebut, penulis ingin mengajak pembaca untuk tidak menghalalkan segala cara agar keinginan bisa tercapai. Juga jika melakukan pengamatan atau penilaian tidak berdasarkan emosional/ego tapi benar-benar objektif.
Jika ada pertanyaan dasar seperti “Apakah yang tidak dipilih untuk dikerjakan itu berarti tidak mampu dilakukan?”, tentu jawabannya tidak semua hal tidak dilakukan karena seseorang tidak mampu melakukannya. Setiap orang mempunyai alasan untuk melakukan sesuatu meskipun jika dia tidak melakukan hal itu maka ia terkesan tidak mampu, miskin, pelit, murahan dan nilai-nilai buruk lainnya.
Anrata kesan dan prinsip lebih penting yang mana? Membangun kesan sebetulnya masih lebih rendah daripada membangun prinsip. Kesan itu antara lain seperti kaya/miskin, cantik/jelek, baik/buruk, pandai/bodoh, dermawan/pelit, elit/murahan. Kesan baiknya adalah kaya, cantik, baik, pandai, dermawan, elit dan sebagainya sedangkan kesan buruknya adalah miskin, jelek, buruk, bodoh, pelit, murahan dan lain-lain. Sementara prinsip adalah pendirian dasar dan utama yang dimiliki oleh seseorang. Prinsip inilah yang lebih menentukan setiap individu untuk menjadi yang terbaik meskipun jalan yang ditempuh tidak umum seperti kebanyakan yang orang lakukan.
Nilai dan strategi merupakan dua hal yang selalu bersamaan. Dibalik nilai ada strategi yang di lakukan dan pada strategi juga ada nilai yang mengikutinya. Begitu pula kesan dan prinsip seseorang bahwa setiap prinsip melahirkan kesan dan setiap kesan yang lahir berangkat dari prinsip seseorang. Dengan demikian, setiap sesuatu yang terjadi berarti Ada alasan untuk melakukan itu.
Dari uraian diatas, sangat wajar jika ada orang berprinsip “biarlah orang berkata apa, yang penting saya telah melakukan yang terbaik dengan cara saya sendiri”.


[1] Dalam melakukan sesuatu, seseorang selalu menitipkan maksud (harapan) yang jika dinilai bisa berarti baik atau juga berarti buruk. dalam strategi yang digunakan seseorang, nilai dinomor 2-kan - yang terpenting bagaimana maksud bisa tercapai.

Comments

Popular posts from this blog

Strategi Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib

BAB I PENDAHULUAN A.       Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota   Bani Sa’dah, Madinah.  

Kedudukan Ar-ra'yu sebagai Landasan Hukum Islam

Referensi Pada dasarnya umat Islam yang beriman Kepada Allah swt. Meyakini bahwa Sumber utama Ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis sudah sempurna. Firman Allah dalam Alquran sudah sempurna membahas aturan-aturan, hukum, ilmu pengetahuan (filsafat), kisah, ushul fiqh dan lain-lain. Begitu juga Hadis Rasulullah yang salah satu sifatnya menjadi penjelasan ayat-ayat dalam Alquran. Posisi Hadis adalah penjelas dan sumber kedua setelah Alquran.

Pendidikan Islam Pasca Runtuhnya Bagdad

I.               PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Kemunduran umat Islam dalam peradabannya terjadi pada sekitar tahun 1250 M. s/d tahun 1500 M.   Kemunduran itu terjadi pada semua bidang terutama dalam bidang Pendidikan Islam. Di dalam Pendidikan Islam kemunduran itu sebagian diyakini karena berasal dari berkembangnya secara meluas pola pemikiran tradisional. Adanya pola itu menyebabkan hilangnya kebebasan berpikir, tertutupnya pintu ijtihad, dan berakibat langsung kepada menjadikan fatwa ulama masa lalu sebagai dogma yang harus diterima secara mutlak (taken for garanted). Saat umat Islam mengalami kemunduran, di dunia   Eropa   malah   sebaliknya   mengalami   kebangkitan   mengejar ketertinggalan mereka, bahkan mampu menyalib akar kemajuan-kemajuan Islam.   Ilmu Pengetahuan dan filsafat   tumbuh   dengan   subur   di   tempat...