Di
Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan terdapat komunitas adat yang
sangat unik. Keunikan komunitas masyarakat di sana menjadikan kampung Lalang
Bata Desa Tanah Towa Kecamatan Kajang menjadikan tempat ini menjadi salah satu
objek wisata budaya, wisata spiritual, study komparatif atau tujuan lainnya.
Berikut ini adalah penggalan cerita dari edisi jelajah
yang berlokasi di ujung Selatan Pulau Sulawesi yang berjarak sekitar 200
Km dari kota Makassar.
Kajang
dianggap unik karena masyarakat disana tidak mau mengikuti tren globalisasi
yang melanda dunia. Masyarakat di sana tetap berpegang teguh pada paseng[1]
yang berlaku. Apapun produk dari luar seperti media komunikasi dan elektronik, pashion, makanan, pendidikan,
transportasi, pengobatan medis dan sebagainya sampai saat ini belum diterima
oleh masyarakat di kawasan adat.
Kalau
melihat kehidupan masyarakat adat Kajang sebagaimana digambarkan di atas maka
masyarakat di sana terbilang ketinggalan zaman yang tidak mau mengikuti
perkembangan dan inovasi dari berbagai sektor yang memudahkan umat manusia
dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Disana tidak ada mesin, tidak ada alat
komunikasi modern atau sesuatu yang baru yang datang dari luar daerah tersebut.
Bukan karena masyarakat tidak tau tapi masyarakat disana yang tidak mau
menerima sesuatu dari luar.
Sampai
hari ini, penulis belum mengetahui secara pasti apa alasan masyarakat disana
sehingga tidak mau menggunakan produk-produk baru yang dari luar komunitas
adat. Namun menurut hemat penulis bahwa mereka mampu membendung serangan
kapitalisme global dan mashab ekonomi lainnya dengan tidak menggunakan produk
mereka. Bahkan pada opini
yang telah diposting terdahulu menggambarkan
masyarakat Kajanglah (salah satu) yang berada pada posisi terdepan dalam membela
dan mempertahankan kedaulatan bangsa ini.
Ketinggalan
jaman tidak membuat keseharian masyarakat menjadi sulit. Masyarakat bahkan bisa
menikmati kelestarian alam mulai dari suhu udara yang bersih dan sejuk, air
yang segar dan produksi buah untuk makanan yang cukup. Selain itu masyarakat
hidup tentram bersahaja dengan ikatan masyarakat yang patuh pada aturan yang
berlaku.
Itulah
cerita jelajah kali ini. Jika anda sudah pernah kesana atau pernah mendengar
cerita tentang masyarakat Kajang untuk sisi lainnya bahwa masyarakanya ngeri
atau menakutkan karena memiliki kemampuan untuk melunakkan kepala, membuat
orang tak sadarkan diri, melumpuhkan lawan dan sangat keras terhadap masyarakat
dari luar maka itu tidak sepenuhnya benar. Beberapa kali penulis mengunjungi tempat
itu dan rasanya biasa-biasa saja untuk hal-hal mistik, kecuali jika ada
diantara mereka yang melanggar aturan maka biasanya hukuman adat secara mistik
langsung menimpah mereka yang melakukan pelanggaran. Baiknya adalah masyarakat
Kajang sangat menghargai tamunya yang juga menghargai nilai-nilai dan
aturan-aturan yang dipengang teguh oleh masyarakat di kawasan adat. Jadi kalau
anda punya kesempatan kesana maka tanyakanlah pada masyarakat apa yang tidak
boleh di langgar sebelum memasuki pintu gerbang kawasan adat. AHM
pengunjung |
[1]
Paseng adalah wahyu yang diturunkan dari Tu rieq aqraqna kepada Ammatoa (Kepala
Adat) yang kemudian menjadi sandaran masyarakat dalam beramal.
Comments
Post a Comment
شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم