Skip to main content

Inspirasi Dakwah dari Tempat Kerja

Penulis teringat dengan salah satu pesan dakwah yang disampaikan oleh Dosen saya di Universitas Muslim Indonesia Makassar. Pada suatu kesempatan beliau menyampaikan “kalau orang sudah melakukan sholat, tidak usah lagi diceramahi bahwa cara sholat anda salah. Sholat yang begini atau yang seperti itu yang benar dan cara kamu melakukan sholat itu harus diubah”. Memang penulis sangat sepakat dengan pesan beliau dan (metode) ceramah tidak begitu cocok untuk menyelesaikan persoalan seperti ini. Menurut pemahaman penulis bahwa metode yang paling cocok ada contoh teladan (dakwah bil hal) dan pemahaman tata cara sholat disampaikan dalam bentuk forum kajian. Karena jika tidak demikian, bisa jadi orang yang sudah pergi melakukan sholat berjamaah di Mesjid pada akhirnya memilih sholat dirumah karena cara penyampaian dalam ceramah (persoalan khilafiyah) yang membuatnya tersinggung.

Memang mengajak seseorang untuk melakukan kebaikan sangat penting, terutama amalah dalam sholat dan rukun Islam lainnya. Meski dalam kehidupan sehari-hari seringkali ditemukan ada orang yang malas mendirikan sholah. Keadaan orang yang seperti ini bisa diajak agar memantapkan sholatnya menjadi lebih rajin, namun demikian cara mengajak harus yang terbaik agar orang tersebut tidak jadi lebih buruk tapi justru menjadi lebih baik dengan memperbaiki ibadah. Konsep dakwah tidak hanya ceramah atau bentuk lisan tetapi ada juga bentuk lain seperti perbuatan atau meneladani suatu kebaikan (dakwah bil hal).
Tulisan ini sebetulnya terinspirasi dari pesan salah satu rekan kerja penulis yang pada suatu kesempatan di kantor yang mengungkapkan bahwa “bagaimana pekerjaan bisa berjalan lancar kalau urusan dengan tuhan tidak lancar” pesan ini disampaikan pada seluruh rekan kerja yang hari itu masing-masing serius dengan urusan pekerjaan kantor dengan suara yang sangat datar dengan volume sedang. Penulis membenarkan pernyataan itu dan memang hubungan spiritual sangat penting disela-sela kegiatan duniawi. Spiritual menjadi roh yang mengendalikan jasad agar bekerja lebih positif. “perbaiki sholatta kalo mauki urusanta jadi lebih baik”

Tentang dakwah, yang terpenting adalah mencontoh keteladanan yang dalam hal ini sifat, sikap dan budaya seseorang harus baik sehingga hal tersebut bisa diteladani. Orang yang sifatnya baik tersebut jika menyampaikan suatu dakwah dengan metode ceramah pasti lebih efektif karena memang “tidak piti kana-kanai” tapi selaras antara perbuatan dan perkataannya. Terakhir, penulis ingin mengajak pembaca,mari kita meningkatkan ketaqwaan terhadap tuhan yang maha menciptakan.

Comments

Popular posts from this blog

Strategi Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib

BAB I PENDAHULUAN A.       Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota   Bani Sa’dah, Madinah.  

Kedudukan Ar-ra'yu sebagai Landasan Hukum Islam

Referensi Pada dasarnya umat Islam yang beriman Kepada Allah swt. Meyakini bahwa Sumber utama Ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis sudah sempurna. Firman Allah dalam Alquran sudah sempurna membahas aturan-aturan, hukum, ilmu pengetahuan (filsafat), kisah, ushul fiqh dan lain-lain. Begitu juga Hadis Rasulullah yang salah satu sifatnya menjadi penjelasan ayat-ayat dalam Alquran. Posisi Hadis adalah penjelas dan sumber kedua setelah Alquran.

Dasar-dasar Pendidikan Islam

DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM (Tinjauan al-Qur'an dan Hadis) Oleh : Kelompok 2 A.    Pendahuluan Islam mempunyai berbagai macam aspek, di antaranya adalah pendidikan (Islam). Pendidikan Islam bermula sejak nabi Muhammad Saw, menyampaikan ajaran Islam kepada umatnya. [1]   Pendidikan adalah proses atau upaya-upaya menuju pencerdasan generasi, sehingga menjadi manusia dalam fitrahnya. Itu artinya bahwa pendidikan merupakan conditio sine quanon yang harus dilakukan pada setiap masa. Berhenti dari gerakan pendidikan berarti   lonceng kematian (baca; kemunduran atau keterbelakangan) telah berbunyi dalam masyarakat atau negara.