Dalam sebuah pesan, Cipto Mangunkusumo mengatakan bahwa “Masa depan bangsa dan tanah air terletak pada masa sekarang. Dan hari sekarang itu adalah anda, pemuda-pemuda dan pemudi-pemudia”. Pesan itu penulis angkat mengingat semangat pemuda untuk memperjuangkan bangsa dan tanah air hari ini semakin menurun. Semakin berkurang minat belajar, tidak semangat membangun organisasi atau kolektivitas, kurang kreatif dalam menciptakan gagasan atau ide serta masalah-masalah lain yang menggalaukan muda-mudi.
Bahkan sebuah organisasi yang penulis bina selama ini (IPPM) sementara dalam keadaan diam dan tidak melakukan apa-apa. Tentusaja penulis merasa sangat ingin agar tercipta suatu kondisi harmonis dan semangat dimana pemuda bisa bangkit dan melakukan aksi-aksi sosial, belajar atau kegiatan produktif lainnya.
Posisi pemuda sangat penting dalam menentukan masa depan bangsa karena dimasa depan, pasti akan terjadi regenerasi dan generasi yang dibutuhkan adalah generasi yang produktif yaitu memiliki keimanan, semangat, optimis, gerakan sosial, amal jariah, belajar dan mengajar dan lain-lain. Kalau kita merujuk pada pesan salah satu tokoh spiritual (Al Gazali) mengatakan “Bagaimana bentuk pemuda hari ini, begitupula corak masyarakat yang akan datang”. Tentu saja jika mental muda-mudi hari lebih banyak galau maka yakinlah bangsa ini nantinya juga akan menjadi bangsa yang galau.
Sebagai refleksinya adalah dibutuhkan semangat dan keyakinan. Dengan modal itu cita-cita mulia bisa perjuangkan hingga benar-benar sukses. Semangat dan gairah sebagai suatu kekuatan yang tiada bandingannya, sebagai suatu karunia tuhan yang bisa digunakan oleh seorang negarawan bahkan untuk menguasai dunia.
Terakhir, bercita-citalah dengan harapan yang besar kemudian raih impian itu dengan semangat perjuangan untuk agama, bangsa, Negara, keluarga dan minimal untuk pribadi masing-masing. Yang demikian itu merupakan amalan mulia dan terhormat jika dilandasi dengan cara-cara yang benar.
Bulukumba, 21 Oktober 2016 >> AHM
BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota Bani Sa’dah, Madinah.
Comments
Post a Comment
شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم