Skip to main content

Dilema Ta'arrufan dan Penggunaan Istilah Pacaran


Ta’arrufan. Kata itu yang biasanya digunakan oleh orang yang anti terhadap budaya pacaran. Katanya pacaran itu terlalu bebas sedangkan ta’arrufan sekedar mengenal satu sama lain menuju pernikahan.


Salah seorang teman dekatku “Imha DS” mengatakan hanya ingin ta’arrufan saja karena itu untuk tujuan kemaslahatan dan menghindari maksiat. Lalu saya mencoba mengoreksi sedikit pernyataanya bahwa bukankah pacaran atau ta’arrufan sama-sama merupakan bentuk perkenalan antara dua lawan jenis? Bukankah menghindari maksiat itu tergantung dari kemampuan orang menjaga diri? Biar tidak mengambang dan terlampau jauh dari pembasan, penulis tidak ingin terjebak pada istilah dan dialektika bahasa. Yang terpenting dalam tulisan ini adalah bagaimana menjaga diri dan memahami batasan-batasan dalam bergaul, baik berdasarkan petunjuk agama maupun berdasarkan kebudayaan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.
Imha DS

Karena pandangan Imha DS agak berbeda dengan pandangan penulis tentang Pacaran atau Ta’arrufan sehingga penulis mencoba mengantarnya melalui suatu gambaran bahwa kalau ingin mendapatkan yang terbaik (diluar konteks cocok atau tidak) maka silahkan pacaran (berkenalan) lebih dari 1 orang. Manfaatnya antara lain 1) ada pilihan sehingga bisa mengambil salah satu yang terbaik diantaranya. 2) jika salah satunya gagal, masih ada beberapa diantaranya yang bisa dipilih salah satunya. 3) bisa mengukur dengan siapa dia cocok. 4) mesti dipahami bahwa belum saatnya setia pada satu orang dalam pacaran karena kesetiaan hanyalah milik pasangan suami istri dalam suatu hubungan keluarga.

Kalau ternyata ada orang yang bermaksud pacaran lalu didalamnya membuat aturan atau menganggap punyak hak terhadap pacarnya maka sebaiknya berhentilah pacaran. Sekali lagi baik pacaran maupun ta’aruffan tidak ada samasekali hak untuk melarang maupun memerintahkan melainkan hanya untuk “saling mengenal”. Buruknya karena pacaran saat ini dianggap bahwa seolah-olah sudah ada hak untuk melarang, meminta, marah, cemburu, merayu atau bahkan hak ciuman dan lain-lain.

Tulisan ini lebih tepat pada kritik atas budaya masyarakat dalam melakukan pergauan bahwa pacaran maupun ta’arrufan bukanlah suatu jalan untuk lebih dekat. Namanya hubungan pergaulan lawan jenis tetap tidak dibenarkan, namun karena ingin terkesan syar’i maka ada sebagian orang menggunakan istiliah ta’arrufan untuk bercinta.

Bahasa Imha DS bahwa ia ingin ta’arrufan sebetulnya karena niatannya baik. Dia ingin mendapatkan hubungan perkenalan dengan cara yang paling baik dan paling aman, yaitu mampu menjaga diri dan tidak terjerumus pada pergaulan yang lebih bebas. Dengan demikian, karena niatnya baik maka amal dan hasilnya juga akan baik, insya Allah.

Dalam pertemuanku waktu itu, sempat kutanyakan “apa yang paling penting dijaga dalam suatu hubungan?” dan dia menjawab “menjaga kehormatan keluarga lalu memperjuangkan kebaikan dan melindungi apa yang menjadi hak kita”. Jawabannya sangat tepat. Terima kasih pada Imha DS karena memberi penulis inspirasi untuk tema ini. Meskipun dia lebih mudah tapi dia lebih mengerti bagaimana cara berbagul yang terbaik. (AHM)

 

Comments

Popular posts from this blog

Strategi Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib

BAB I PENDAHULUAN A.       Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota   Bani Sa’dah, Madinah.  

Kedudukan Ar-ra'yu sebagai Landasan Hukum Islam

Referensi Pada dasarnya umat Islam yang beriman Kepada Allah swt. Meyakini bahwa Sumber utama Ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis sudah sempurna. Firman Allah dalam Alquran sudah sempurna membahas aturan-aturan, hukum, ilmu pengetahuan (filsafat), kisah, ushul fiqh dan lain-lain. Begitu juga Hadis Rasulullah yang salah satu sifatnya menjadi penjelasan ayat-ayat dalam Alquran. Posisi Hadis adalah penjelas dan sumber kedua setelah Alquran.

Pendidikan Islam Pasca Runtuhnya Bagdad

I.               PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Kemunduran umat Islam dalam peradabannya terjadi pada sekitar tahun 1250 M. s/d tahun 1500 M.   Kemunduran itu terjadi pada semua bidang terutama dalam bidang Pendidikan Islam. Di dalam Pendidikan Islam kemunduran itu sebagian diyakini karena berasal dari berkembangnya secara meluas pola pemikiran tradisional. Adanya pola itu menyebabkan hilangnya kebebasan berpikir, tertutupnya pintu ijtihad, dan berakibat langsung kepada menjadikan fatwa ulama masa lalu sebagai dogma yang harus diterima secara mutlak (taken for garanted). Saat umat Islam mengalami kemunduran, di dunia   Eropa   malah   sebaliknya   mengalami   kebangkitan   mengejar ketertinggalan mereka, bahkan mampu menyalib akar kemajuan-kemajuan Islam.   Ilmu Pengetahuan dan filsafat   tumbuh   dengan   subur   di   tempat...