Sewajarnya untuk mengarapkan
suatu kebaikan yang datangnya dari orang lain rata-rata hanyalah bisa terpenuhi
melalui orang-orang terdekat kita, untuk selebihnya karena orang lain merasa
iba dengan kondisi kita atau karena hadiah atas prestasi kita. Olehnya itu
penting untuk membangun suasana harmonis untuk kerabat dan sahabat kita.
Istilah karib – kerabat – akrab Adalah istilah Arab yang artinya dekat atau
terdekat. Orang yang dekat dengan kita adalah keluarga yang telah membesarkan
kita, sahabat-sahabat yang selalu hadir di tengah-tengah kita atau orang yang
seprofesi dengan kita. Orang-orang yang dekat dengan kita tersebut tentunya
banyak memberikan warna dalam kehidupan kita. Pahit-manisnya kehidupan banyak
dirasakan bersama sahabat atau karib kita.
Apa yang kita peroleh dari
sahabat? yang kita harapkan apa? Siapa yang cocok dengan kita? dan apa yang
terpenting diberikan untuk sahabat karib?. Tentunya membangun suasana yang
harmonis dan saling pengertian terhadap mereka. Siapapun orang-orang di Bumi
ini yang telah hadir mewarnai kehidupan kita telah memberikan isyarat kepada
kita semua untuk tidak banyak mengharap dan bergantung pada orang lain karena di
Bumi ini tidak ada yang memiliki kuasa untuk memberikan kepuasan dan
kebahagiaan secara full kepada kita
sehingga yang mesti kuat adalah diri sendiri untuk mengolah potensi pribadi
secara maksimal.
Meskipun manusia adalah mahluk sosial
yang berarti hidupnya memiliki ketergantungan dengan manusia-manusia lain
tetapi kita juga harus mengurangi ketergantungan kepada manusia-manusia lain
kecuali melalui cara mu’amalah yang
dibenarkan dalam ajaran Islam. Justru yang terbaik adalah kalau seseorang terus
mencari dan meningkatkan potensi dirinya untuk menjadi yang terbaik di
masyarakat, dengan demikian orang tersebut akan lebih baik ketika mensyukuri
nikmat pemberian tuhan terhadap dirinya.
Menggantungkan harapan pada
seseorang, apalagi kalau harus tunduk pada seseorang hanya karena urusan dunia
semata maka orang tersebut perlahan-lahan telah merusak dirinya karena mungkin tidak mengetahui potensi dirinya yang cocok dengan potensi alam. Salah satu contoh
yang paling urgen adalah kepemimpinan dalam birokrasi di Negeri ini, memang
kita banyak membutuhkan pemimpin untuk kebutuhan pribadi, keluarga dan
masyarakat kita tetapi menggantungkan harapan itu kurang tepat karena siapapun
di dunia ini pasti mengalami problematika dan justru kelebihan (power pada
seorang pemimpin) itu seringkali juga
beriringan dengan kekurangannya.
Kekurangan dibalik suatu
kekuatan (kekuasaan) sebenarnya telah banyak kita saksikan, entah karena
kekuasaan tersebut lahirnya dari jalur yang tidak tidak beres, misalnya harus
pakai sogok atau dengan cara licik lainnya untuk mendapatka posisi harapannya itu,
Bisa juga karena mempertahankan kekuasaannya dengan banyak memberikan
janji-janji buta, membayar sogok sana-sini untuk menutupi kekurangan akibat
pelanggaran yang telah dilakukannya atau terlalu banyak menebar janji sehingga
mereka harus mendapat cap pembohong atau penipu.
Kita membutuhkan bupati atau
wali kota karena mereka bisa memberikan banyak hal yang kita butuhkan. Asumsi ini
sebenarnya kurang tepat karena untuk kalangan bupati itu harus mengurus banyak
hal termasuk mengurus diri, keluarga dan rakyatnya yang lebih urgen dibanding
mengurus pibadi orang-orang yang mendekati kekuasaannya. Sebenarnya tidak ada
yang perlu disalahkan tetapi jalan lurusnya itu adalah menggantungkan harapan
kepada Allah Swt. Dan terus memperbaiki potensi pribadi kita.
Marilah kita menggantungkan
harapan kita kepada Allah Swt secara penuh dan kembali membenahi diri dengan
menggali dan memanfaatkan potensi yang kita miliki. Hanya kepada Allahlah kita
mengharap dan dari pribadilah pembenahan itu dimulai lalu orang terdekat
(keluarga dan sahabat-sahabat) kemudian pada masyarakan hingga memperbaiki
tatanan negeri ini.
Comments
Post a Comment
شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم