Sekedar penyemangat dan mengenal pasangan hidup (dalam suatu hubungan percintaan) itu baik namun mengambil manfaat selain hal tersebut kurang tepat.
Tujuan sesunggunya percintaan adalah untuk meraih suatu kondisi pasangan menjadi keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Pacaran (mengenal karakter dan kecocokan) merupakan salah satu jalan yang bisa ditempuh untuk meraih hal tersebut namun tujuan selain dua hal di atas sebaiknya jangan dilakukan mengingat resikonya yang terlalu tinggi. Dapat disaksikan dalam suatu hubungan “pacaran” bahwa tidak sedikit orang yang sukses meraih cita-cita karena menjadikan cinta (berpacaran) sebagai penyemangat. Pacaran juga bisa untuk mengenal karakter calon sebelum sampai pada akad nikah. Jika merasa bahwa si dia adalah pasangan yang ideal dan cocok untuk anda maka pertahankanlah dan jika ragu akan hal itu maka komunikasikanlah pada si dia sebelum melangkah kejenjang yang lebih serius dan menantang.Sudah tidak disanksikan lagi bahwa banyak orang yang bunuh diri, defresi bahkan sampai gila karena merasa dihianati cintanya, betapa banyak orang yang hanya menjadi korban pelampiasan seksual, dimanfaatkan karena materi, atau hanya korban janji manis dari orang yang telah menjanjikan itu. Tidak sedikit orang patah hati karena salah mengartikan “pacaran”, olehnya itu sejatinya pacaran hanya ditempatkan pada dua hal yaitu sebagai penyemangat dan perkenalan karakter untuk membangun kecocokan dua insan.
Dampak yang bisa terjadi jika pacaran dilakukan adalah kecenderungan untuk membuat seseorang lebih banyak berbohong dan menebar janji, Pelampiasan nafsu Syahwat yang mengurangi aktivitas dan nilai ibadah bahkan berpotensi membuat Sakit hati, stress hingga depresi. Kalau dilihat dari segi fenomenanya, seseorang yang berpacaran merasa senang dijanji dan pada hakikatnya senang dibohongi sehingga pacar ini merespon dengan memberi janji dan berbohong. Siapa yang tidak senang jika dijanjikan suatu kebaikan oleh seseorang (meskipun pada akhirnya orang tersebut berbohong)? Siapa tidak sakit hati jika dihianati atau si dia berbohong? Selain karena dilandasi nafsu syahwat seperti dikemukakan di atas, pacaran juga cenderung mengurangi aktivitas ibadah dan berpotensi membuat tergesernya nilai-nilai budaya serta agama. Fokus dan perhatian yang lebih pada sang pacar menyebabkan tergesernya aktivitas serta nilai agama dan budaya.
Salah satu jalan yang bisa ditempuh untuk mengurangi mudharat pacaran, maka harus ditanamka bagi siapa saja bahwa cinta itu bukan hak satu orang saja. Seseorang yang menjalin ikatan pacaran itu tidak boleh banyak menuntut dari pasangannya, artinya hak untuk mendapatkan cinta bukan hanya untuk dia saja tetapi juga untuk orang-orang yang dekat dengannya. Cinta itu itu adalah milik kerabat, sahabat-sahabat dan orang-orang yang memberi pencerahan serta pacar dengan demikian untuk pacar hanya boleh menempati posisi pada urutan ke-4
yang jika diporsikan hanya sekitar 13% kasih sayang yang bisa diperoleh atau diberikan untuk pacar. Pesan yang tepat adalah “Jangan memberi kasih sayang pada pacar melebihi porsi kasih sayang kerabat, sahabat-sahabat serta guru. Romantis, cinta, dan kasih sayang adalah milik istri atau suami dengan demikia, biarkan kerabat, sahabat dan lainnya berada pada urutan berikutnya. Biarkan pujaan hati merespon dan juga memberikan kebahagiaan itu pada kita. Bukankah banyak yang telah menjadi korban keretakan rumah tangga karena merasa kurangnya perhatian dari pasangan?
Comments
Post a Comment
شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم