Apa yang selalu menarik perhatian
anda untuk kembali kekampung halaman? Atau jika anda adalah warga kota, apa
yang anda harapkan jika kawan atau kerabat anda datang dari desa?.
Kebetulan saya adalah seorang pendatang di kota, maksudnya adalah, saya orang kampung, bukan kampungan tapi terlahir di sebuah Desa terpencil di Kabupaten Bulukumba. Sebagai pendatang di Kota, tentunya banyak pengalaman dalam berbagai interaksi sosial bersama penduduk yang mayoritas tinggal di Kota. Di kota kan multi etnis, sementara di desaku paling ada dua etnis yaitu Bugis dan Konjo, selebihnya juga ada namun dalam skala minoritas.
Kebetulan saya adalah seorang pendatang di kota, maksudnya adalah, saya orang kampung, bukan kampungan tapi terlahir di sebuah Desa terpencil di Kabupaten Bulukumba. Sebagai pendatang di Kota, tentunya banyak pengalaman dalam berbagai interaksi sosial bersama penduduk yang mayoritas tinggal di Kota. Di kota kan multi etnis, sementara di desaku paling ada dua etnis yaitu Bugis dan Konjo, selebihnya juga ada namun dalam skala minoritas.
Sekedar pengalaman tinggal di Kota
yang kisarannya udah lebih dari 10 tahun tentunya merasa bahwa anggapan orang kota
tentang desa itu lucu juga. Beberapa pasal yang menjadi alasan saya mengatakan
bahwa hal tersebut lucu karena disangkanya “kampung atau desa” adalah produsen
oleh-oleh (bingkisan) hasil alam yang selalu saja menjadi harapan untuk mereka yang
datang dari kampung. Namanya saja “anggapan”, tidak ada yang bisa menyalahkan
pernyataan orang kota tersebut, itu karena apa yang terlihat dimata mereka
bahwa produk atau buah yang ada di kota adalah buah yang didatangkan dari
kampung. Keuntungan dari penduduk kota adalah karena mereka selalu merasakan
hasil alam (mereka yang mempunyai asupan ekonomi berkelas menengah keatas) yang
justru orang desa tidak mengenal musim apa yang ada di Kota untuk suatu waktu. Musim
buah pada suatu kampung hanya berkisar satu sampai dua bulan saja sementara di
kota itu bisa tersedia hingga lebih dari enam bulan, bahkan bisa full terpenuhi
dalam setahun. Buah apa pun itu, kota yang menjadi sentralnya. Tidak harus tau
dari mana asalahnya tapi yang ketahuan adalah mereka datang dari kampung.
Ada kecenderungan seseorang untuk
menampilkan khas daerahnya yang terbaik namun jika salah satu jenis yang ada
didaerah orang tersebut dibawa standar, maka orang tersebut berusaha melakukan
penyesuaian biar harga bersaing dipasaran. Sekedar symbol bahwa apa yang ada di
Desa, secara total telah dijual meskipun hal tersebut adalah harga diri namun
uang, kepuasan, daya tarik, serta nafsu lainnya telah menggerogoti manusia
hingga terseret pada komersialisasi total.
Saya hanya merasa aneh saja, saya tidak ada
bayangan sedikitpun bahwa musim buah dikampungku, mungkin kampung anda pun
demikian bahwa buah dada telah matang, berlimpah ruah dan siap dijual dipasaran
merupakan musim yang terdahsyat yang pernah terjadi di belahan dunia, tepatnya
dikampungku yang telah mewarnai musim baru.
Bagaimana upaya agar suatu produk
laku dipasaran?, kebetulan yang banyak beredar adalah informasi tentang
komersialisasi yang konon selalu menguntungkan. Itulah daya tarik yang mampu
dijual untuk keuntungan material individu atau sampai pengusaha yang mengurus
itu.
terinspirasi dari kebudayaan kampungku, mungkin kampung anda juga yang mulai bergeser!
kutulis di Bulukumba, mengingat musim yang aneh telah tiba.
Comments
Post a Comment
شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم