Skip to main content

Dzikir dalam Pandangan Al-Qur'an


BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latarbelakang Masalah
Tafsir al-Qur’an tidak hanya membicarakan I’rad, tetapi juga balgha (keindahan tata bahasa) Bahasa Arab. Ada beberapa aliran dalam penafsiran al-Qur’an: (1) aliran lughawi yaitu aliran yang mencoba menjelaskan kata-kata secara tatabahasa atau semantik; (2) aliran fiqhhi, yaitu aliran yang mencoba memahami ayat-ayat al-Qur’an dengan mencari hukum-hukum fiqhi yang terdapat didalamnya. (3) Aliran Falsafi, yakni aliran yang menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an dari segi filsafat (4) aliran sufi, yaitu aliran yang menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an dari segi Tasawuf.
[1] Dengan menempuh metode penafsiran yang berbeda (salah satu dari empat point yang telah disebutkan di atas), tidak akan mempengaruhi kurangnya makna dari ayat-ayat al-Qur’an, kemungkinan yang terjadi hanyalah sedikit perbedaan karena dasar menetapkan pandangan yang berbeda.
Dalam dunia sufi terkenal suatu asumsi bahwa segala sesuatu ingin kembali ke asal-usulnya. Dengan kata lain, sesuatu yang telah terpisah dari asalnya senantiasa rindu dan berhasrat kembali ke asalnya itu. Menurut kaum sufi, kecenderungan demikian dimiliki oleh segenap partikel alam semesta. Sekalipun demikian, kecenderungan pasif itu kadang-kadang tidak begitu jelas pada diri manusia, karena sering tertutupi oleh hasrat-haasrat sensual yang demikian besar memukau manusia. Kendati demikian, kecenderungan itu senantiasa nurani setiap insan. Jeritan Nurani itu kadang-kadang tiba-tiba saja menyentakkan kita dan mengajak kita kembali kepada Ilahi.[2] Perjalanan kembali ke asal yang berarti mencoba lebih dekat dengan Allah swt., salah satu jalan yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah Zikir.
Sementara dalam praktik keseharian, ditemukan banyak metode zikir yang dilakukan oleh masyarakat. Tujuan zikirnya adalah sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan mengingat, berdo’a atau memuji Allah sesuai dengan arti zikir itu sendiri. Dengan dasar tersebut, mengapa sampai ada masyarakat yang berbeda dalam mempraktikkan zikir? Tentunya permasalahan ini harus dikembalikan pada metode penafsiran. Dengan kata lain, perlu ditegaskan maksud yang sesunggunnya zikir dalam pandangan al-Qur’an.

B.            Rumusan Masalah
Berangkat dari masalah di atas, pemakalah mengangkat permasalahan pokok yaitu, bagaimana pandangan al-Qur’an tentang zikir? Dari permasalahan tersebut, pemakalah mengangkat sub masalah sebagai berikut:
1.        Apa makna dzikir dalam al-Qur’an?
2.        Apa saja jenis dzikir dalam al-Qur’an dan bagaimana penafsiran para mufassir tentang makna dzikir?

BAB II
PEMBAHASAN
A.           Makna Dzikir dalam Al-Qur’an
Dzikir berasal dari kata serapan Bahasa Arab yang telah dibakukan penggunaannya dalam bahasa Indonesia. Al-Qur’an banyak menggunakan kata dzikir. Secara leksikal, “dzikir” bermakna; terpelihara, diingatan, mengagunkan, mahasuci,  memahami secara cerdas, menuturkan berulang kali.[3] Pendapat lain bahwa Dzikir berasal dari kalimat ذكر، يذكر، ذكرا  yang artinya mengingat sesuatu atau menyebut setelah lupa atau berdoa kepada Allah. Dzikir juga bermakna mengingat sesuatu atau menghafalkan sesuatu. Juga dapat dimaksudkan dengan sesuatu yang disebut dengan lidah atau suatu yang baik.[4] Pendapat tersebut harus dipertajam dengan suatu kesimpulan tentang arti yang sesungguhnya dzikir itu. Dalam bukunya, Dr. H. M. Ruslan, MA., memberikan definisi singkat tentang makna dzikir dalam al-Qur’an yaitu “pikiran, perasaan yang tajam dan kokoh serta perhatian yang sungguh-sungguh dan terkonsentrasi penuh kepada Allah yang diwujudkan dalam ungkapan, sikap dan prilaku.[5]
Ar-Raghiib Al-Asfahaaniy menjelaskan makna Adz-Dzikir dalam kitabnya Al-Mufradaat sebagai “Adz-Dzikr, kadangkala yang dimaksudkan adalah satu keadaan yang terjadi pada diri seseorang yang dengannya ia bisa tenang dan merasa puas untuk menghapal suatu pengetahuan. Istilah dzikir sama halnya dengan menghapal, hanya saja bedanya dalam menghapal mengandung makna menyimpan, sedangkan dzikir mengandung makna mengingat. Dan terkadang dzikir bermakna mendatangkan sesuatu, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Oleh karenanya, dzikir bisa berarti mengingat dari kelupaan, dan dzikir (mengingat) itu tidak hanya disebabkan karena lupa, tapi justru karena ingat maka berdzikir”[6]
Menurut Imam an-Nawawi asy-Syafi’iy, berpendapat bahwa “Berdzikir adalah suatu amalan yang disyari’atkan dan sangat dituntut di dalam Islam. Ia dapat dilakukan dengan hati atau lidah. Afdhalnya dengan kedua-duanya sekaligus”.[7] Dzikir juga bermakna solat, membaca al-Qur’an, bertasbih, berdoa, bersyukur, dan taat.  Dzikir menurut syari’at ialah setiap ucapan yang dilakukan bagi tujuan memuji dan berdoa. Yaitu lafaz yang digunakan untuk beribadah kepada Allah, berkaitan dengan pengangungan terhadap-Nya dengan menyebut nama-nama atau sifat-sifat-Nya, memuliakan dan mentauhidkan-Nya, bersyukur dan mengangungkan Zat-Nya, membaca kitab-Nya, dan berdoa kepada-Nya.[8]
Menurut Imam Al-Qurthubi, asal usul makna dzikir adalah adanya kesadaran bathin dan keinsyafan qalbu terhadap sesuatu yang menjadi objek kesadaran. Sedangkan menurut Sa’id Ibn Jubair bahwa hakekat dari dzikir adalah Ketaatan seorang hamba kepada Allah , sehinga barang siapa yang taat kepada Allah, maka ia telah berdzikir, begitupun sebaliknya. Menurut al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani asy-Syafi’iy: “Dan yang dimaksud dengan dzikir adalah mengucapkan dan memperbanyak segala bentuk lafadh yang di dalamnya berisi tentang kabar gembira, seperti kalimat : subhaanallaahi, walhamdulillah, wa laa ilaaha illallaah, wallaahu akbar; dan yang semisalnya, doa untuk kebaikan dunia dan akhirat. Dan termasuk juga dzikir kepada Allah adalah segala bentuk aktifitas amal shalih yang hukumnya wajib ataupun sunnah, seperti membaca Al-Qur’an, membaca Hadiits, belajar ilmu agama, dan melakukan shalat-shalat sunnah” [9](Fathul-Baariy, 11/209)
Ibnu Råjab al-Hanbaliy berkata: “Contohnya adalah berbagai macam jenis dzikir seperti tasbiih, takbiir, tahmiid, tahliil, istighfaar, bershalawat kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam; begitu pula membaca Al-Qur’an, berjalan menuju masjid, duduk di dalamnya untuk menunggu shalat ditegakkan, dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an”. (Jaami’ul-Ulum wal-Hikam hal. 325)[10]
Zikir (atau Dzikir) artinya mengingat Allah di antaranya dengan menyebut dan memuji nama Allah. Zikir adalah satu kewajiban. Dalilnya adalah: "Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya." [QS Al Ahzab 33:41][11] Tidak berzikir akan mengakibatkan seseorang jadi orang yang rugi. Keterangan tersebut bisa dilihat pada filrman Allah swt. Yang terjemahannya "Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi." [QS Al Munaafiquun 63:9][12]
Keterangan dalam Al-Qur’an cukup jelas memberikan arti khusus tentang zikir. Kalau di awal pembahasan makalah ini disebutkan bahwa arti/terjemahan dasar zikir adalah mengingat, maka beberapa ayat berikut ini akan memperjelas makna zikir itu sendiri. Sebagai penjelasan adalah “Allah mengingat orang yang mengingatNya. Karena itu, ingatlah Aku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” [Al Baqarah:152][13] Pada ayat lain disebutkan "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." [QS Ali 'Imran 3:190-191][14]
Secara fungsional, Dengan berzikir hati menjadi tenteram. Banyak ayat ayat al-Qur’an yang menjelaskan tujuan dan manfaat dari zikir. Salah satu ayat yang menjelaskan tujuan zikir adalah; "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." [QS 13:28][15] tentang tujuan dzikir, sebagaimana ayat di atas menyebutkan bahwa dengan berdzikir, orang menjadi tenang. Senada dengan hal tersebut, Imam al-Gazali mengatakan “Bahagia dan Kelezatan sejati ialah bilamana dapat mengingat Allah swt”.[16]
Di antara zikir yang utama adalah Laa ilaaha illallahu (Tidak ada Tuhan selain Allah). Inilah yang banyak diamalkan oleh umat Islam, berdasarkan beberapa keterangan hadist berikut ini:
"Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: 'Zikir yang paling utama adalah Laa ilaaha illallahu" [HR Turmudzi]. Pada hadist lain disebutkan “Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya aku berkata bahwa kalimat : ‘Subhanallah, wal hamdulillah, wa Laa Ilaaha Illallah, wallahu akbar’ (Maha Suci Allah, dan segala puji bagi Allah, dan tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan Allah Maha Besar) itu lebih kusukai daripada apa yang dibawa oleh matahari terbit.’ (HR Bukhari dan Muslim)[17]

Zikir yang umum setelah salat wajib 5 waktu adalah tasbih ("Subhanallahu") 33x, tahmid ("Alhamdulillah") 33x, dan takbir ("Allahu akbar") 33x.[18] Dengan demikian, melalui dzikirlah kita dapat mendekatkan diri kepada Allah, baik dengan mengagungkan namanya, maupun beretika dan bersikap sesuai dengan tuntunannya.

B.            Skema Dzikir dalam al-Qur’an serta penafsiran mufassir tentang dzikir
Sebagai pelengkap, sangat tentang dzikir dalam al-Qur’an sangat banyak, mulai dari keutamaan majelis-majelis zikir, etika berzikit kepada Allah, Klasifikasi zikir, Waktu-waktu zikir, Tempat-tempat zikir dan sebab-sebab zikir. Melalui pendekatan tematik, pembagian itu bisa dilihat pada skema berikut ini.[19]
·                     Keutamaan majelis-majelis zikir
o    Keutamaan zikir: 2:152, 2:156, 2:185, 2:198, 2:203, 8:45, 9:112, 13:28, 18:24, 20:34, 24:37, 29:45, 33:21, 33:35, 62:10, 63:9, 87:15
o    Banyak-banyak berzikir kepada Allah: 2:200, 3:41, 4:103, 8:45, 20:33, 20:34, 20:130, 22:40, 26:227, 33:21, 33:35, 33:41, 62:10
o    Zikir yang paling baik: 13:28, 18:46, 19:76
·                     Etika zikir kepada Allah
o    Zikir setiap saat: 3:191, 4:103
o    Takut dan menangis saat berzikir: 7:205, 8:2, 17:109, 19:58, 22:35
o    Menangis ketika membaca Al Quran: 5:83, 19:58
o    Merendahkan suara ketika berzikir: 7:205
·                     Klasifikasi zikir
o    Istighfar (mohon ampun)
§   Tempat-tempat istighfar: 2:199
§   Perintah beristighfar: 2:199, 11:52, 11:61, 11:90, 73:20
§   Istighfar Nabi saw.: 3:159, 4:64, 4:106, 9:80, 23:118, 24:62, 40:55, 47:19, 60:12, 110:3
§   Istighfar para Nabi as.: 3:159, 7:23, 7:143, 7:155, 11:47, 12:92, 12:97, 12:98, 14:41, 19:47, 23:118, 24:62, 26:82, 26:86, 28:16, 38:24, 38:35, 40:55, 47:19, 60:4, 60:12, 63:5, 63:6, 71:28, 110:3
§   Istighfar orang-orang beriman: 2:199, 2:285, 2:286, 3:16, 3:17, 3:193, 23:109, 51:18, 59:10, 66:8
§   Istighfar untuk kedua orang tua: 9:113, 9:114, 14:41, 17:24, 19:47, 26:86, 60:4, 71:28
§   Istighfar untuk saudara: 7:151
§   Istighfar untuk orang-orang musyrik: 9:80, 9:113, 9:114
§   Istighfar malaikat untuk orang-orang mukmin: 40:7, 40:8, 40:9, 42:5
§     Kapan disunnatkan istighfar: 3:17, 3:135
o    Isti'azah (mohon perlindungan)
§   Jenis-jenis isti'azah
§   Mohon perlindungan dari sifat hasad: 113:5
§   Mohon perlindungan dari hal-hal yang dibenci: 19:18, 40:56
§   Mohon perlindungan dari bahaya cuaca: 113:2
§   Mohon perlindungan dari kawan yang jahat: 113:2
§   Mohon perlindungan dari bahaya malam: 113:3
§   Mohon perlindungan dari syetan jin dan manusia: 3:36, 7:200, 16:98, 23:97, 23:98, 40:27, 41:36, 113:2, 114:4, 114:5, 114:6
§   Allah melindungi orang yang mohon perlindungan kepadaNya: 113:1, 114:1
§   Mohon perlindungan dari api neraka: 2:201, 3:16, 3:191, 25:65
o    Basmalah (Bismillahirrahmanirrahiim)
§   Membaca basmalah ketika menyembelih: 6:118, 6:119, 6:121
§   Membaca basmalah ketika berburu: 6:118, 6:119, 6:121
§   Membaca basmalah pada setiap keadaan: 1:1, 11:41, 27:30
o    Takbir (Allahu Akbar)
§   Takbir pada hari-hari Tasyrik: 2:203
§   Takbir antara Arafah dan Muzdalifah: 2:198
§   Takbir untuk mengagungkan Allah: 17:111, 22:37, 74:3
o    Zikir saat shalat
§   Zikir setelah shalat: 4:103, 50:40, 76:26

o    Tasbih
§  Tasbihnya makhluk-makhluk dengan memuji Allah: 1:2, 7:206, 13:13, 16:48, 16:49, 17:44, 21:20, 21:79, 22:18, 24:41, 25:58, 35:34, 37:166, 38:18, 39:75, 40:7, 41:38, 42:5, 50:39, 50:40, 55:6, 57:1, 59:1, 59:24, 61:1, 62:1, 64:1
§  Tasbih ketika mensyukuri nikmat: 3:41, 10:10, 19:11, 43:13, 110:3
§  Tasbih ketika takjub: 17:93, 24:16
§  Tasbih ketika mendengar petir: 13:13
§  Keutamaan tasbih-tahmid-tahlil: 9:112, 21:87, 24:36, 37:143, 40:55, 48:9, 52:48, 52:49, 68:28
o    Tahmid (memuji Allah)
§  Hanya Allah yang berhak dipuji: 1:2, 6:1, 6:45, 10:10, 14:39, 16:75, 16:114, 17:111, 18:1, 23:28, 27:15, 27:59, 27:93, 28:70, 29:63, 30:18, 31:25, 34:1, 35:34, 37:182, 39:29, 39:74, 39:75, 40:7, 45:36, 64:1
§  Memuji Allah atas nikmat-nikmatNya: 1:2, 5:20, 5:89, 6:1, 6:45, 7:43, 14:39, 16:78, 16:114, 16:121, 23:28, 25:58, 27:15, 27:16, 27:19, 27:59, 30:18, 34:1, 35:34, 37:182, 93:11
·           Tempat-tempat zikir
o    Zikir di Masy'aril Haram: 2:198
o    Zikir di Mina: 2:203
o    Zikir di hari-hari tasyrik: 2:203
·           Waktu-waktu zikir
o    Zikir setelah ibadat: 2:185, 2:200, 4:103, 22:28
o    Zikir Ketika ditimpa bala: 2:156, 3:173, 20:25, 20:26, 20:33, 20:34
o    Zikir ketika lupa: 18:24
o    Zikir di setiap waktu: 3:41, 7:205, 30:17, 30:18, 33:41, 33:42, 38:18, 40:55, 48:9, 52:48, 52:49, 73:8, 76:25
o    Bacaan zikir pada waktu pagi dan sore: 7:205
o    Ancaman bagi yang melupakan zikir kepada Allah: 4:142, 5:91, 7:205, 10:92, 20:124, 21:1, 24:37, 25:18, 63:9
o    Zikir ketika menghadapi musuh: 8:45
·           Sebab-sebab zikir: 5:4, 6:118, 6:119, 6:121, 22:28, 22:34, 22:36

Skema diatas akan mempermudah kita dalam menafsirkan kata “Dzikir” dalam al-Qur’an. Seperti inilah model kajian tematik atau metode tafsir kontemporer yakni mengklasifikasikan ayat dengan tema khusus. Seperti yang ditampilkan di atas, (1) ketutamaan majelis-majelis dzikir, (2) etika berdzikir kepada Allah, (3) klasifikasi dzikir yang terdiri atas Istigfar, Isti’asah, basmalah, dzikir saat sholat, tasbih, tahmid serta memuji Allah atas nikmat-nikmatnya., (4) tempat-tempat dzikir, (5) waktu-waktu dzikit, dan (6) sebab-sebab Dzikir. Keterangan pada skema di atas yaitu terdiri atas surat ke - : ayat ke- (--:--).

BAB III
PENUTUP
Demikianlah makalah ini disusun, sebagai catatan penutup, beberapa hal yang menjadi kesimpulan dalam penulisan makalah ini antara lain adalah:
1.      Keterangan dalam Al-Qur’an cukup jelas memberikan arti khusus tentang zikir. Kalau di awal pembahasan makalah ini disebutkan bahwa arti/terjemahan dasar zikir adalah mengingat, maka beberapa ayat berikut ini akan memperjelas makna zikir itu sendiri. Sebagai penjelasan adalah “Allah mengingat orang yang mengingatNya. Karena itu, ingatlah Aku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”
2.      Kata zikir dalam al-Qur’an sangat banyak, begitupun kata yang senada dengannya. Olehnya itu, dibutuhkan kajian tematik untuk mengerti tentang makna zikir. Disamping itu juga bisa diketahui segala aspek terkait dengan dzikir.



DAFTAR PUSTAKA
Ali, Yunasril. Jatuh Hati pada Ilahi – Beragama sebagai manifestasi kerinduan Spiritual. Jakarta; Cet – I, PT. Serambi Ilmu Semesta, Agsutus 2007
Al-Qahthany, Syekh Musnid. Meniti Jalan Istiqamah – panduan meraih keutamaan-keutamaan dan menepis kendala-kendalanya.Makassar; Pustaka Al-Bashirah, September 2008
Al-Qur’an Digital – Softwere Al-Qur’an Indeks Zikir. Versi 2012
Baso, Kamaruddin. Renungan Pribadi dalam Rangkuman 5000 Mutiara Hikmah. Yogyakarta; Gajah Mada Press University Press. 1990
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’a dan Terjemahnya, Semarang; PT. Karya Toha Putra. 2002
Http://Id.Wikipedia.Org/ Zikir. September 2012
http://abuzuhriy.com Definisi zikir, September 2012
Rahmat, Jalaluddin. Meraih Cinta Ilahi – Belajar Menjadi Kekasih Allah.Depok; Pustaka Iman, 2008
Ruslan, Dr. H. M., Menyingkap Rahasia Spritualitas Ibn ‘Arabi. Makassar; Pustaka Al-Zikra, 2008.,




[1] Jalaluddin Rahmat, Meraih Cinta Ilahi – Belajar Menjadi Kekasih Allah.Depok; Pustaka Iman, 2008., h. 504
[2] Yunasril Ali, Jatuh Hati pada Ilahi – Beragama sebagai manifestasi kerinduan Spiritual. Jakarta; Cet – I, PT. Serambi Ilmu Semesta, Agsutus 2007., 155
[3] Dr. H. M. Ruslan, MA. Menyingkap Rahasia Spritualitas Ibn ‘Arabi. Makassar; Pustaka Al-Zikra, 2008., h.  112
[4] al-Qamus oleh Fairuz Abadi, Lisanul Arab, dan Mu’jam al-Wasit
[5] Dr. H. M. Ruslan, MA., Op Cit. h. 113
[6] http://abuzuhriy.com Definisi zikir, September 2012 Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah, 21/220 dan Al-Futuuhaat Ar-Rabbaniyyah, 1/18
[7] ibid
[8] (Lihat: al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, jil. 21/220).
[9] Ibid.
[10] http://abuzuhriy.com Definisi zikir, September 2012
[11] Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’a dan Terjemahnya, Semarang; PT. Karya Toha Putra. 2002., h. 599
[12] Ibid., h. 811
[13] Ibid., h. 29
[14] Ibid., h. 96
[15] Ibid., h. 341
[16] Kamaruddin Baso,. Renungan Pribadi dalam Rangkuman 5000 Mutiara Hikmah. Yogyakarta; Gajah Mada Press University Press. 1990., h. 12
[17] http://id.wikipedia.org/wiki/Zikir
[18] http://id.wikipedia.org/wiki/Zikir
[19] Skema ini dikutip berdasarkan hasil pencarian kata tentang “zikir” melalui program al-Qur’an digital. Skema ini ditemukan pada Indek al-Qur’an Digital dengan membagi zikir berdasarkan keutamaan, etika, klasifikasi, isti’azah dan sebagainya.  jika dicari berdasarkan kata “zikir” juga “dzikir”, masing-masing muncul 5 dan 2 ayat pada program yang sama yaitu Al-Qur’an Digital.

Comments

Popular posts from this blog

Strategi Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib

BAB I PENDAHULUAN A.       Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota   Bani Sa’dah, Madinah.  

Kedudukan Ar-ra'yu sebagai Landasan Hukum Islam

Referensi Pada dasarnya umat Islam yang beriman Kepada Allah swt. Meyakini bahwa Sumber utama Ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis sudah sempurna. Firman Allah dalam Alquran sudah sempurna membahas aturan-aturan, hukum, ilmu pengetahuan (filsafat), kisah, ushul fiqh dan lain-lain. Begitu juga Hadis Rasulullah yang salah satu sifatnya menjadi penjelasan ayat-ayat dalam Alquran. Posisi Hadis adalah penjelas dan sumber kedua setelah Alquran.

Dasar-dasar Pendidikan Islam

DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM (Tinjauan al-Qur'an dan Hadis) Oleh : Kelompok 2 A.    Pendahuluan Islam mempunyai berbagai macam aspek, di antaranya adalah pendidikan (Islam). Pendidikan Islam bermula sejak nabi Muhammad Saw, menyampaikan ajaran Islam kepada umatnya. [1]   Pendidikan adalah proses atau upaya-upaya menuju pencerdasan generasi, sehingga menjadi manusia dalam fitrahnya. Itu artinya bahwa pendidikan merupakan conditio sine quanon yang harus dilakukan pada setiap masa. Berhenti dari gerakan pendidikan berarti   lonceng kematian (baca; kemunduran atau keterbelakangan) telah berbunyi dalam masyarakat atau negara.