BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam
sejarah perkembangan Islam, banyak aspek yang telah menjadi corak terpenting
yang telah berhasil dipraktikkan secara Islami, dalam artian hal tersebut
berpedoman melalui al-Qur’an dan as-Sunnah. Aspek yang telah menjadi corak
positif pada pemeluk agama Islam adalah keunggulan di bidang politik
sebagaimana telah tercatat dalam sejarah bahwa ketika Daulat Bani Abbas memegak
pemerintahan dunia Islam, telah berhasil membentuk sistem politik yang luar
biasa kuat hingga kepemimpinan dalam suatu dinasti mencapai 5 abad,
juga
dikisahkan bahwa umat Islam dibawa kendali khalifah Bani Abbas juga berhasil
menciptakan sumber pemasukan negara, biro-biro pemerintahan yang teratur,
sistem organisasi militer yang kuat, administrasi wilayah pemerintahan yang
lengkap dan lain-lain.[1]
Disamping itu, Islam juga berhasil memperluas wilayah kekuasaan dalam
meletakkan pengaruh kekuatan Islam. Dalam sejarah, juga tercatat bahwa saat
kepemimpinan Umar Bin Khattab, perluasan daerah kekuasaan terjadi, pertama
terjadi perluasan Syiriah – Damaskus jatuh pada tahun 653 M dan setahun setelah
itu, secara total wilaya Syiriah dibawa kendali Islam.[2]
Bukan hanya itu, bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, militer dan sebagainya
juga telah mewarnai perkembangan dunia Islam.
Disisi
lain, meski telah mengalami kemajuan total, namun dalam sejarah juga tercatat
bahwa Islam mengalami kemunduran yang indikatornya bila dikaji lebih dalam
cukup sederhana yaitu melalui dua hal, yang pertama adalah karena kepemimpinan
Islam tidak lagi berada pada jalur ketaqwaan sehingga mengalami pergeseran dan
yang kedua adalah karena dunia diluar Islam lebih gesit melakukan gerakan
pembaharuan dalam urusan pemikiran demi peningkatan kesejahtaraan masyarakat di
Dunia mereka. Kedua indikator tersebus sangat beralasan untuk suatu kemajuan
dalam Islam.
Kepemimpinan
Islam yang dalam sejarah pernah menjatat kemajuan, ternyata juga disebutkan
bahwa dalam suatu babakan sejarah, telah mengalami kemunduran. Sejarah tersebut
juga mengurai alasan-alasan ril yang menyebabkan keruntuhan Islam tersebut.
Melalui sejarah itulah, umat Islam yang merasa mengalami pergeseran yang begitu
drastis melakukan gerakan pemikiran yang seringkali dilakukan melalui penanaman
wacaca, baik melalui buku-buku maupun dipublikasikan lewat mimbar. Cara lain
yang juga digunakan dalam dengan membentuk gerakan kolektif atas nama Islam.
Di
Indonesia, gerakan kolektif yang terbentuk atas nama Islam sangat banyak,
antara lain Syarikat Islam, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, dan lain-lain.
Sementara itu, juga terdapat tokoh pembaharu atau pemikir di Dunia Islam
Indonesia antara lain, Harun Nasution, Nurhalis Majid, Abdul Rahman Wahid dan
lain-lain. Yang menarik adalah, Syarikat Islam yang memiliki posisi stretegis
sebagai penggerak pembaharuan politik Islam hadir ditengah-tengah masyarakat
Indonesia dan turut berjuang dalam merebut kemeredekaan Republik Indonesia.
Gerakan
pembaruan politik Islam oleh Syarikat Islam telah memberi sumbangan besar
terhadap tercapainya kemerdekaan Republik Indonesia dan yang terpenting adalah
memberikan warna yang cerah pada dunia Islam, khususnya di Indonesia. Berangkat
dari daya atau power Syarikat Islam inilah kita penting untuk mengetahui
gejala politik dan perkembangannya sehingga lahir Organisasi Pembaharuan
Politik dalam Islam, Khususnya di Indonesia. tentunya juga penting diketahui
apa landasan utama yang menjadi acuan dalam gerakan pembaruan politik. Tentunya
syarikat Islam lahir untuk kemajuan Islam Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
Berangkat
dari masalah di atas, pemakalah menarik permasalahan pokok yaitu bagaimana Ide
masyarakat Islam di Indonesia sehingga lahir gerakan pembaruan Islam oleh
syarikat Islam. Dari permasalahan ini, pemakalah menguraikan beberapa sub
masalah sebagai berikut:
1.
Apa
yang melatarbelakangi lahirnya syarikat Islam?
2.
Apa
gerakan Pembaruan Islam yang dimotori oleh Syarikat Islam?
Kedua
permasalahan tersebut sengaja dimunculkan untuk membatasi arah pembahasan pada
makalah ini sekaligus mempertegas arah pembahasan. Pembatasan masalah tersebut
dibuat agar tidak terjebak pada pembahasan masalah yang lebih luas dan tidak
terarah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latarbelakang lahirnya Syarikat Islam
Islam
yang historis di Indonesia telah membawa kebangkitan sosial Ekonomi dan
kebangkitan kebangsaan yang bersifat kerakyatan. Yang pertama diwujudkan dengan
berdirinya organisasi sosial ekonomiyang bercorak modern, yaitu sarekat dagang
islam (SDI) yang didirikan oleh H. Samanhudi di Solo pada tahun 1912.[3]
Pada
mulanya, SI lahir dengan motif menciptakan “kerukunan dan tolong-menolong satu
sama lain antara sekalian kaum Muslim serta berikhtiar agar “anggota-anggotanya
bergaul satu sama lain seperti saudara”. Dan melalui beberapa kegiatan, SI
mengangkat derajat rakyat, agar menimbulkan kemakmuran, kesejahteraan dan
kebesaran Negeri.[4] Yang menjadi pertanyaan
adalah bagaimana kaitan antara citacita bangsa dan keerakyatan dengan cita-cita
Islam? Tentang hal ini, H. Agus Salim (Pemimpin SK setelah HOS Cokrominoto)
pernah berpesan sebagai berikut:
“Syahdan
bagi masyarakat Jawa, dan bagi bangsa Hindia umumnya, adalah agama yang menjadi
asas paham kehidupan dan pemandangan dunianya itu agama Islam, yang
senyata-nyatanya agama itu berkelindang dengan bangsa kita dan perasaan
keebangsaan kita. Agama Islam timbul dan tumbuhnya dalam bangsa kita sendiri”[5]
Berangkat
dari tujuan dasar pendiriannya, SI dirintis atas dasar keislaman dan politik
kebangsaan untuk meretas masalah-masalah yang terjadi dalam lingkunp Nusantara.
Dua hal yang membuat revolusi terjadi yaitu Massa yang tidak puas dan suatu
elit yang berkepala batu (Chalmers Johnson), atau kalimat yang senada “sungguh
mati, selama kamu rakyat Hindia, tidak punya keberanian, kamu pasti akan
diinjak dan disebut sebagai seperempat manusia” (Marco Kartodikromo).[6]
Dari cikal bakal polemik dalam masayarakat memang sangat kuat mempengaruhi
munculnya gerakan pembaharuan. Dengan dasar yang sama, yaitu banyaknya masalah
sosial yang lahir di dunia Islam di Indonesia, sehingga lahir suatu gerakan
organisasi Islam yang telah meletakkan pondasi utama terhadap pemikiran dan
gerakan pembaruan Islam yaitu Syarikat Islam (dalam sumber lain bertuliskan
“Serikat Islam”).
Syarikat Islam ini lahir berdasarkan
cita-cita pergerakan Islam melalui beberapa aspek yaitu berasaskan Islam sebagai
dasar perjuangan, asas kerakyatan sebagai dasar menghimpun massar serta asas
sosial ekonomi sebagai usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat.[7]
Sejak permulaan, namanya adalah “Serikat Dagang Islam” didirikan oleh H
Samanhudi pada tanggal 16 Oktober 1905 di Solo dan kemudian ketika Syarikat
Islam diresmikan dengan Akte Notaris pada tanggal 10 September 1912 dengan
berkedudukan di kota Solo.[8]
Di dalam akte notaris yang memuat
statuen dari perkumpulan Syarikat Islam tertanggal 10 September 1912,
ditetapkan tujuan dari perkumpulan itu, pada waktu itu dalam bahasa Belanda,
terjemahannnya ialah :
Tujuan Syarikat Islam :
1.
Memajukan Perdagangan (jadi tujuan
ini tetap dipertahankan sejak SDI)
2.
Memberikan pertolongan kepada
anggota-anggota yang mengalami kesukaran (jadi semacam koperasi)
3.
Memajukan kepentingan rohani dan
jasmani dari penduduk asli
4.
Memajukan kehidupan agama Islam
Adapun
maksud pendirian Syarikat Islam menurut HOS Cokrominoto adalah sebagai berikut
:
- Menghilangkan anggapan yang sangat sesat tentang agama Islam, dan memajukan peri-kehidupan menurut ajaran Islam, serta memajukan amal saleh dan kebaktian kepada Allah, diantara rakyat Indonesia
- Memelihara tali cinta diantara sesama para anggota dan membangun hati mereka untuk mengerjakan tolong-menolong satu sama lain
- Memberikan pertolongan kepada anggota yang bukan karena salahnya sendiri dan tidak sengaja mendapat kesusahan. Buat meneguhkan keyakinan, untuk membesarkan kekuatan batin dan semangat serta menyucikan hati tiap-tiap anggota, maka sekalian anggota partai, dengan kemampuannya sendiri menyatakan janji dan sumpah, bahwa mereka itu :
a.
Akan maju untuk menjalankan
perbuatan suci
b.
Maju untuk mencari kepandaian
c.
Maju untuk mengerjakan perbuatan
yang benar
d.
Maju untuk melaksanakan
penyempurnaan Ilmu[9]
Selain
berangkat dari tujuan dan maksud pendirian Syarikat Islam sebagaimana telah
diuraikan di atas, juga ada beberapa tujuan politis yang melatarbelakangi
lahirnya syarikat Islam, tujuan tersebut antara lain adalah :
1.
Persatuan Umat
Kemenangan
Belanda menjajah bumi nusantara bukan saja karena memiliki senjata dan mesiu
yang lengkap, tetapi juga karena mereka mendapat bantuan dari golongan bangsa
kita sendiri yang rasa nasionalitasnya masih nihil. apalagi karena godaan
kedudukan, uang dan kekayaan. Selain itu sepanjang abad ke-19 karena perjuangan
mereka dalam menghadapi kekuasaan Belanda yang telah menimbulkan penderitaan
rakyat yang demikian parah tidak didasarkan pada usaha memiliki organisasi yang
teratur dan rapi, tidak juga memiliki program dan arah yang terencana. Maka
atas dasar pemikiran itulah Syarikat Islam berpendapat bahwa persatuan dan
kesatuan umat menjadi suatu yang mutlak dan tak bisa ditawar lagi. Malah lebih
dari itu Syarikat Islam ingin menciptakan satu persatuan dan kesatuan umat
Islam sedunia, yang lebih dikenal dengan istilah Pan-Islamisme.
2.
Kemerdekaan Umat
Yang
dimaksud dengan kemerdekaan umat adalah kemerdekaan bangsa Indonesia dalam
bidang politik dan bidang ekonomi. Kemerdekaan adalah mutiara kehidupan bagi
setiap insan yang ingin menikmati rahmat dan karunia Allah.
Kemerdekaan dan kedaulatan yang telah hilang dan lenyap karena diperkosa oleh Belanda, maka menjadi kewajiban untuk mengembalikan kemerdekaan dan kedaulatan dan kewajiban untuk melenyapkan segala perbedaan-perbedaan. Tegasnya kemerdekaan umat adalah “melenyapkan perbudakan manusia atas manusia”.
Kemerdekaan dan kedaulatan yang telah hilang dan lenyap karena diperkosa oleh Belanda, maka menjadi kewajiban untuk mengembalikan kemerdekaan dan kedaulatan dan kewajiban untuk melenyapkan segala perbedaan-perbedaan. Tegasnya kemerdekaan umat adalah “melenyapkan perbudakan manusia atas manusia”.
- Sistem Pemerintahan
”Tidaklah
wajar untuk melihat Indonesia sebagai sapi perahan yang disebabkan hanya karena
susu. Tidaklah pada tempatnya untuk menganggap negeri ini sebagai suatu tempat di
mana orang-orang datang dengan maksud mengambil hasilnya, dan pada saat ini
tidaklah lagi dapat dipertanggungjawabkan bahwa penduduknya adalah penduduk
pribumi, tidak mempunyai hak untuk berpartisipasi di dalam masalah-masalah
politik, yang menyangkut nasibnya sendiri… tidak bisa lagi terjadi bahwa
seseorang mengeluarkan undang-undang dan peraturan untuk kita, mengatur hidup
kita tanpa partisipasi kita.”[10]
Dari
kutipan diatas jelas bahwa Syarikat Islam berjuang untuk mendapatkan bangsa
Indonesia merdeka dan berpemerintahan sendiri, yang mengatur nasibnya sendiri.
B.
Gerakan Pembaruan Islam yang dimotori oleh Syarikat
Islam
Akar kesadaran politik umat islam pada
masa modern dapat ditelusuri dengan bangktiknya SI (sarekat Islam) sebelum
perang dunia I. SI adalah transformasi dari SDI (Sarekat Dagang Islam) yang
didirikan pada tahun 1911. SI adalah gerakan politik pertama dalam sejarah
Modern Indonesia. untuk keperluan kajian ini,[11] sebagaimana telah
diuraikan pada pemaparan terdahulu bahwa Syarikat Islam adalah gerakan kolektif
yang lahir dari suatu kondisi masnyarakat yang statis dan butuh pembaruan, baik
dari sistem yang ditetapkan oleh penundukan kolonial belanda, maupun beberapa
tradisi yang terbentuk pada masyarakat yang dinilai negatif pada waktu itu.
1.
Ide-Ide
Umum Syarekat Islam
Sebagai
sebuah organisasi pergerakan yang berbasis Islam, Syarekat Islam lahir dengan
keinginan untuk mengubah tatanan sosial kemasyarakatan yang menimpa masyarakat
muslim, akibat kondisi keterjajahan mereka oleh Belanda kala itu.Meskipun pada
awalnya - saat masih bernama SDI - gerakan ini lahir sebagai gerakan Islam yang menitikberatkan
perjuangannya pada bidang ekonomi umat, namun muncul pula kesadaran bahwa
perhatian pada ekonomi umat, mesti dipadukan dengan peranan politik umat Islam.
Hadirnya
HOS Tjokroaminoto dalam pergerakan ini meretas jalan mulus menuju kebijakan dan
peran politik umat Islam. Di bawah kepemimpinannya orientasi pergerakan lebih
bersifat politik. Ia lalu menasional terbukti dari kongres-kongres yang
diadakan dengan menggunakan kata nasional, khususnya sejak 1916 di Bandung.
Sifat politik secara tegas diformulasikan dalam ketetapan kongres pada 1917 di
Batavia. Cita-cita mewujudkan pemerintahan sendiri dan berparlemen telah
dikemukakan oleh HOS Tjokroaminoto dan Abdul Muis, salah seorang tokoh Budi
Utomo yang bergabung untuk kemudian mengubah SI menjadi Central Sarekat Islam
(CSI).
Desakan
yang berhasil dilakukan terhadap pemerintah adalah berdirinya Volksraad di mana
dua orang tokoh CSI duduk di dalamnya yaitu HOS Tjokroaminoto dan Abdul Muis.
Sikap HOS Tjokroaminoto begitu keras sehingga ia mengeluarkan sebuah
petisi/mosi tidak percaya kepada pemerintah karena menganggap Volksraad tidak
berpihak kepada kehendak mendengarkan aspirasi masyarakat bangsa pribumi.
Kemudian
di dalam tubuh CSI terjadi perpecahan, hingga pada kongres Nasional VI bulan
Oktober 1921 di Surabaya ditegakkan disiplin partai, yaitu mengharamkan
orang-orang berhaluan komunis berada di dalam SI/PSII. Dari sini sejarah
mencatat bahwa SI jadi terbelah dua: SI Putih dan SI Merah. SI putih (yang
dimotori oleh Agus Salim dan Abdul Muis) berhasil membuang SI merah --yang di
dalamnya terdapat Semaun, Tan Malaka, Darsono, Alimin dan Haji Misbach-- dari
tubuh PSII/SI. Sebagai konsekuensinya SI menjadi (Sarekat Internasional)
bertukar nama menjadi Sarekat Rakyat dan menyatakan dirinya sebagai suatu
organisasi radikal nasional baru.
Ide-ide
umum yang dapat ditangkap dari pergerakan Sarekat Islam, dapat dilihat pada
Anggaran Dasar pertama yang dirumuskan oleh Raden Mas Tirto Adisurjo.
“Tiap-tiap orang mengetahuilah bahwa masa yang sekarang ini dianggapnya masa
zaman kemajuan, haruslah sekarang kita berhaluan: Janganlah hendaknya mencari
kemajuan itu cuma dengan suara saja. Bagi kita kaum muslimin adalah dipikulkan
wajib juga akan turut mencapai tujuan itu, dan oleh karenanya, maka telah kita
tetapkanlah mendirikan perhimpunan Sarekat Islam”
Dalam ungkapan itu dapat ditangkap bahwa terdapat kesadaran akan ketertinggalan umat Islam yang harus segera dientaskan lewat kerja keras yang sungguh-sungguh, agar umat dapat maju dan turut serta dalam pengambilan kebijakan dalam percarutan kehidupan sosial maupun politik di Indonesia.
Dalam ungkapan itu dapat ditangkap bahwa terdapat kesadaran akan ketertinggalan umat Islam yang harus segera dientaskan lewat kerja keras yang sungguh-sungguh, agar umat dapat maju dan turut serta dalam pengambilan kebijakan dalam percarutan kehidupan sosial maupun politik di Indonesia.
Hal
di atas juga nampaknya lahir dari kesadaran akan keterpurukan umat Islam.
Seperti kita lihat pada bagian-bagian sebelumnya bahwa ternyata masyarakat
muslim di kala itu terposisikan sebagai kelompok masyarakat kelas tiga di
samping Belanda dan etnis-etnis; Cina dan juga Arab. Keterpurukan itu sangat
jelas pada bidang ekonomi. Belanda sebagai peletak kebijakan, memberikan
kesempatan yang lebih besar kepada non pribumi dalam persoalan perdagangan dan
ekonomi. Hal itu membuat sebagian pemikir muslim kala itu merasa terpanggil
untuk meluruskan keberpihakan yang tidak adil itu. Karenanya dapat dikatakan
bahwa pada awal berdirinya, ide umum yang ditelorkan oleh Sarekat Dagang Islam,
seperti namanya adalah melakukan “perang” secara ekonomi melawan pihak-pihak
tertentu. Di samping itu, tujuan organisasi ini adalah:
“Akan
berikhtiar supaya anggota-anggotanya satu sama lain bergaul seperti saudara dan
supaya timbullah kerukunan dan tolong menolong satu sama lain antara sekalian
kaum muslimin dan lagi dengan segala daya upaya yang halal dan tidak menyalahi
wet-wet negeri-negeri Surakarta dan wet-wet government,… berikhtiar mengangkat
derajat rakyat agar menimbulkan kemakmuran, kesejahteraan dan kebesaran
negeri”.[12]
Terlihat
jelas dalam bagian ini bahwa keberpihakan yang menjadi arah dari Sarekat Islam
adalah memajukan umat Islam dari sisi ekonomi dan juga politik, serta
terkandung pula usaha untuk membebaskan negeri ini dari penjajahan Belanda.
Simpulnya dapat dikatakan bahwa ide-ide umum yang ditelorkan SI bermuara pada usaha kebangkitan umat Islam, lewat persatuan serta perjuangan melepaskan diri dari cengkeraman kuku-kuku penjajah.[13]
Simpulnya dapat dikatakan bahwa ide-ide umum yang ditelorkan SI bermuara pada usaha kebangkitan umat Islam, lewat persatuan serta perjuangan melepaskan diri dari cengkeraman kuku-kuku penjajah.[13]
2.
Ide-Ide
Pembaruan Si
Sebagai
pergerakan Islam yang pertama di tanah air, SI tentu saja memiliki ide-ide
pembaruan yang ingin diterapkannya sebagai proses menuju sasaran yang
diinginkannya. Ide-ide pembaharuan itu dapat dilihat dari hasil kongres SI 1917
yang isinya antara lain:
Dibidang
Politik: SI menuntut berdirinya dewan-dewan daerah, perluasan
volkstrad (dewan rakyat) serta menuntut penghapusan kerja paksa dan sistem izin
untuk bepergian, dibidang Pendidikan: Partai menuntut penghapusan
peraturan yang mendiskriminasikan penerimaan murid di sekolah-sekolah. Ia juga
menuntut terlaksananya wajib belajar untuk semua penduduk sampai berumur 15
tahun; perbaikan lembaga-lembaga pendidikan pada segala tingkatan; memasukkan
pelajaran keterampilan; perluasan sekolah hukum dan sekolah kedokteran menjadi
universitas dan pemberian Bea siswa untuk belajar di luar negeri. Dibidang
Agama: Partai menuntut dihapusnya undang-undang dan peraturan yang
menghambat tersebarnya Islam; pembayaran gaji bagi kiyai dan penghulu; subsidi
bagi lembaga-lembaga pendidikan Islam dan pengkauan hari-hari besar Islam.
Dibidang Agraria: Partai menuntut perbaikan agraria dan pertanian
dengan menghapuskan particulire lauderijen (tuan tanah). Dibidang Industri.
Partai menuntut agar industri-industri yang sangat penting, dinasionalisasikan.
Dibidang Keuangan dan perpajakan: Partai menuntut adanya
pajak-pajak berdasar proporsional serta pajak-pajak yang dipungut terhadap laba
perkebunan. Di bidang Kooperasi: Partai menuntut agar pemerintah
memberikan bantuan bagi perkumpulan kooperasi. Dibidang Sosial:
Partai menuntut agar pemerintah memerangi minuman keras dan candu; perjudian
dan prostitusi; juga melarang penggunaan tenaga kerja anak-anak; mengeluarkan
peraturan perburuhan yang menjaga kepentingan para pekerja serta menambah
jumlah poliklinik dengan gratis.[14]
Demikianlah
ide-ide yang lahir berupa tuntutan kepada pihak pemerintah. Jika diteliti
nampaklah bahwa tema-tema yang menjadi tuntutan SI kepada pemerintah, seluruhnya
bernuansa keinginan untuk memberikan kehidupan yang layak bagi masyarakat dari
segi ekonomi, politik, pendidikan dan juga keamanan.[15]
BAB III
|
PENUTUP
Demikianlah
makalah ini dibuat, sebagai catatan penutup, pemakalah dapat menarik beberapa
kesimpulan, antara lain:
1.
Syarikat Islam ini lahir berdasarkan
cita-cita perkerakan Islam melalui beberapa aspek yaitu berasaskan Islam
sebagai dasar perjuangan, asas kerakyatan sebagai dasar menghimpun massar serta
asas sosial ekonomi sebagai usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2.
Syarikat
Islam melakukan pembaruan yang meliputi Politik, Pendidikan, Agama, Agraria,
Industri,Keuangan
dan perpajakan, Kooperasi dan Sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Http://alwishahab.wordpress.com Syarikat
Islam., 20 September 2012
Http://dorokabuju.blogspot.com Syarikat Islam
– Gerakan Pembaruan, 20 September 2012
Http://serbasejarah.wordpress.com Cita Dasar
Pergerakan Syarikat Islam, 20 September 2012
K. Kitti,
Philip. History Of The Arabs. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta; Edisi
Revisi ke-10. 2010.,
M A Gani, Cita Dasar dan Pola Perjuangan Syarikat Islam, Jakarta: Bulan
Bintang, 1984, hlm. 12-13.
Prasetyo,
Eko. Islam Kiri – Jalan Menuju Revolusi Sosial. Insist Press Printing,
Yogyakarta; Cet. Ke-2 2004.,
Yatim,
Badri. Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II. PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta; Cet ke-23; 2011., h. 37
[1] Philip K. Kitti, History Of
The Arabs. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta; Cet I. 2010., h. 395
[2] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta; Cet ke-23; 2011., h. 37
[3] M. Dawan Raharjo, Intelektual
Intelegensiada perilaku politik bangsa – Risalah Cendikiawan Muslim.
Penerbit Mizan.Cet. ke-4. Bandung; 1999., h. 43
[4] ibid
[5]
Kutipan dari Pidato H. Agus
Salim yang dikutip melalui buku M. Dawan Raharjo, Intelektual Intelegensiada
perilaku politik bangsa – Risalah Cendikiawan Muslim. Penerbit Mizan.Cet.
ke-4. Bandung; 1999., h. 44
[6] Kalimat yang diabadikan oleh
Chamlmers Johnson dan Marco Kartodikromo yang di kutip tadi buku: Eko Prasetyo,
Islam Kiri – Jalan Menuju Revolusi Sosial. Insist Press Printing,
Yogyakarta; Cet. Ke-2 2004., h. 174
[11] M
A Gani, Cita Dasar dan Pola Perjuangan Syarikat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1984, hlm. 12-13.
[15] ibid
Comments
Post a Comment
شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم