Skip to main content

Ada Lagi Issue Miring di Negeri ini


Issue yang beredar di MEDIA berupa aksi Komandan Mujahidin Timur Indonesia menentang Densus 88 beberapa saat yang lalu sempat membuat heboh dunia maya. Sejujurnya, saya pertama kali dapatkan informasi ini lewat status salah seorang teman jejaring sosial Facebook yang menulis statu “Densus 88 ditantang oleh KMTI (Komandan Mujahidin Timur Indonesia), duel tanpa senjata...”
Salah seorang yang berkomentar pada status tersebut menanyakan kebenara informasi tersebut. Katanya “Infonya dari mana kang? Kira2 bgmna ya......“, lalu seorang lainnya menjawab bahwa ini telah ditayangkan oleh TV One beberapa saat yang lalu. Katanya “Dari TV one, indonesia bicara,, KMTI mengirimkan surat lewat internet menantang densus 88” Dengan demikian, dokumentasi berita tersebut benar adanya dan telah dipublikasikan melalui TV One.
Berita yang kurang jelas apa arahnya?, siapa yang mempropokasi atau bermain dibalik issue tersebut? Atau pertayaan yang sedikit miring, siapa yang membiayai proyek adu domba tersebut? Yang jelas adalah, beberapa suara nyaris mendukung aksi Komandan Mujahidin Timur Indonesia, sebagian kecil menilai aksi Densus adalah lebih baik, sahutnya “Hidup densus 88”, ada juga aksi lucu yaitu menilai point tertinggi dari pendukung Aksi Komandan Mujahidin VS Densusu 88. Sementara diluar pro-kontra ada yang mencoba menganalisis pesoalan dari beberapa sudut pandang. sebagai redaksinya, berikut ini adalah suara mereka.
Ini adalah argumen anti Densus 88 “Spakat densus itu bisanya cuman tangkap tanpa bukti, dasar penakut bisanya cuman main ciduk sama kepung orang tak bersenjata” lalu yang lebih kritis bertanya dingan prinsip yang dimilikinya, katanya “Dendam membara atau apalagi istilahnya ya kang...adu domba,strategi belah bambu mgkin?
Melihat issue tersebut, saya mencoba mengangkat bicara. Saya berkata “tidak adakah jalan lain untuk saling membatu menuju kemaslahatan umat? kalo harus mengadu, khusus untuk kebaikanlah (fastabikul khairat)”, ternyata komentar saya yang jadi sasaran. Dikomentari oleh komentator sebelumnya bahwa “Jalan terbaik itu jelas ada akhi mubarak,yg jd masalah adlh kedua belah pihak tdk berusaha menempuh itu.......ya beginilah jadinya”. Oleh komentator lainnya yang berbicara lebih pangjang mengatakan “mentong densus itu korban islamofobia, buatan australia yg berkedok pembela rakyat padahal pembunuh rakyat. Dan terorisme itu juga rekayasa alias konspirasi dari barat untuk membendung kebangkitan ummat yg kembali ke asalnya. Makanya dibuatlah isu2 tsb agar orang phobi dg islam, membenci dan paranoid dg para pengusung islam, sehingga muncul stereotip bagi mereka yg beragama bagus jadi teroris. Liat aja masa' rohis dituduh pengkaderan teroris. Lucu kan? Itu karena mereka takut kalau islam berkembang dg baik. Mungkin saja ada diantara kita juga takut kalau hukum ALLAH tegak, krn khawatir ditangkap, dirajam atau dicambuk. Itu kalau melanggar, kalau tidak kan aman2 saja. So tentukan tujuan hidupmu skarang”.
Kalau demikian adanya, kasian donk Densus kalo mereka adalah korban (produk pengetahuan australia) lalu juga turut mau dikorbankan! bukankah sebaiknya yang menanamkan doktrin pengetahuan (konon dari Austraslia) yang mengarahkan mereka (densus) untuk berbuat diluar ajaran islam yang mesti di bendung (istilah krennya diperangi)? - pada Q.S An-Nahl (16) : 125, ada tiga point (sifat) yg mesti dilakukan untuk mengajak mereka di Jalan Allah.
Analisis dari penulis bahwa siapapun diantara mereka, termasuk pribadi penulis artikel ini tidak sama dalam melihat dan mengurai persoalan. Ada yang melihat masalah dari suatu konsentrasi, sebagai contoh adalah dari segi konsep jihad oleh suatu sekte agama, sementara yang lainnya menilai pada konsentrasi kriminalitas, juga ada yang memandang berdasarkan sosio kultural. Mengurainya pun demikian, ada melakukan penyelesaian dengan keras dan tegas, sementara yang lainnya melakukan berdasarkan aturan komando yang menyesuaikan dengan keadaan, ada pula yang melakukan dengan pelurusan paradigma dan berdo’a.
Bagi pribadi, persoalan akan selesai jika semuanya mengetahui akar masalah dari suatu gejala sosial dan bersama-sama dalam menyelesaikan kasus tersebut. Salah satu penyebab mudahnya seseorang terpropokasi adalah karena perbedaan pengetahuan. Hal tersebut disebabkan karena pengetahuan membuat seseorang bertindak. Buktinya adalah, seseorang beribadah karena mengetahui bahwa ibadah itu dinilai baik oleh sang pencipta, bukti lain, orang yang berani melakukan aksi nekat bunuh diri membela kebenaran (versi mereka) karena yang mereka tau bahwa yang dilakukan itu adalah suatu kebaikan dan tiada balasan lain selain surga (itulah jihad – versi mereka).

Mari kita ikuti perkembangan suara mereka tentang isu tersebut di link ini

Comments

Popular posts from this blog

Strategi Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib

BAB I PENDAHULUAN A.       Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota   Bani Sa’dah, Madinah.  

Kedudukan Ar-ra'yu sebagai Landasan Hukum Islam

Referensi Pada dasarnya umat Islam yang beriman Kepada Allah swt. Meyakini bahwa Sumber utama Ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis sudah sempurna. Firman Allah dalam Alquran sudah sempurna membahas aturan-aturan, hukum, ilmu pengetahuan (filsafat), kisah, ushul fiqh dan lain-lain. Begitu juga Hadis Rasulullah yang salah satu sifatnya menjadi penjelasan ayat-ayat dalam Alquran. Posisi Hadis adalah penjelas dan sumber kedua setelah Alquran.

Dasar-dasar Pendidikan Islam

DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM (Tinjauan al-Qur'an dan Hadis) Oleh : Kelompok 2 A.    Pendahuluan Islam mempunyai berbagai macam aspek, di antaranya adalah pendidikan (Islam). Pendidikan Islam bermula sejak nabi Muhammad Saw, menyampaikan ajaran Islam kepada umatnya. [1]   Pendidikan adalah proses atau upaya-upaya menuju pencerdasan generasi, sehingga menjadi manusia dalam fitrahnya. Itu artinya bahwa pendidikan merupakan conditio sine quanon yang harus dilakukan pada setiap masa. Berhenti dari gerakan pendidikan berarti   lonceng kematian (baca; kemunduran atau keterbelakangan) telah berbunyi dalam masyarakat atau negara.