Sudah menjadi
suatu ketetapan bahwa kematian itu pasti akan terjadi pada sesuatu yang hidup.
Hukum tersebut berlaku untuk mahluk hidup seluruhnya dan suatu bangunan apapun
itu. Mati merupakan suatu kepastian yang akan dialami oleh mahluk, maka penting
untuk diketahui beberapa hal yang menandakan riwayat mahluk itu akan segera
berakhir. Beberapa tanda itu antara lain :
1.
Berada pada usia senja atau
usia tua,[1]
2.
Sudah tidak memiliki
manfaat,[2]
3.
Mulai sakit-sakitan.[3]
Tiga tanda di
atas tidak selalu tepat. Bisa jadi kematian tiba-tiba terjadi tanpa ada gejala
dan tanda-tandanya. Itulah sebabnya kematian bisa menimpa yang muda, terlebih
yang sudah tua, demikian pula akan menimpa yang sehat apalagi yang
sakit-sakitan, terlebih mereka yang tidak lagi memiliki manfaat maka otomatis
akan terseleksi oleh alam (mati).
Apa tandanya
bahwa indonesia akan segera mati? Ini masih terkait dengan tulisan sebelumnya,
yaitu “Indonesia
menuju game over dari nation state”. Tulisan kali ini
fokus pada gejala sosial yang terjadi di Negeri ini, yaitu Suatu keberfungsian
sosial tidak lagi berjalan normal (tampak sakit), dan inilah suatu tanda yang
dimiliki oleh bangsa ini bahwa sebentar lagi akan mati.
Tanda pertama,
Indonesia berdiri sebagai nation state beberapa puluh tahun yang lalu,
yaitu bertepatan pada 17 Agustus 1945. Secara usia masih terbilang sangat muda,
hanya saja tanda-tanda pikun sudah ada antara lain melupakan sejarah
bangsanya yang pernah jaya lalu mengalami keterpurukan dahsyat akibat
penundukan kolonial. Selanjutnya Indonesia tersadar bahwa kolonial adalah musuh
yang harus diusir dari dalam negeri. Karenanya dibentuklah beberapa model
perlawanan oleh pemuda bangsa hingga kemerdekaan berhasil diraih. Namun anehnya,
setelah kemerdekaan itu direbut, ternyata para penguasa negeri lagi yang
menjadi antek kolonial.[4] Mereka
menjadi agent untuk menguras kekayaan negeri atas nama kepentingan rakyat,
anehnya ternyata yang lebih menikmati semua itu justru bangsa asing. Itulah salah
satu bentuk bahwa “Indonesia sudah berada pada usia senja”.
Kedua,
manfaat negeri adalah terbentuknya kesejahteraan rakyat, yaitu tersedianya
pelayanan kesehatan, pendidikan, ekonomi-politik, kebebasan beragama,
terciptanya rasa aman dan ketentraman serta adanya akses informasi yang lebih
jujur dan terbuka.[5] Pertanyaanya adalah,
apakah manfaat itu masih ada? Sepertinya manfaat itu semakin memudar dan
mengindikasikan akan berakhirnya suatu tatanan negeri, tentunya ini disebabkan
karena suatu tatanan tidak lagi memiliki manfaat sebagaimana tujuan awal
pembentukan negeri ini. Dengan demikian, negeri ini harus dirawat agar kembali
bermanfaat sesuai dengan tujuan awal pendiriannya.
Ketiga,
tanda bahwa suatu negeri akan berakhir adalah sakit-sakitan, penyakit akut atau
sekarat. Ternyata negeri ini telah berada pada posisi sakit akut. Tidak lagi
mampu merasakan sakit, pahit, manis, tidak pula punya harapan yang lebih baik
untuk tujuan bersama.[6]
Salah satu
contoh penyakit yang menimpah Negegi ini adalah ketidak-percayaan rakyat
terhadap pemerintah dan ketidak berpihakan pemerintah terhadap rakyat kecil. Disamping
itu, kesadaran rakyat untuk membangun negeri seolah acuh dan hampir sepenuhnya
diserahkan kepada pemerintah. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan juga tidak
mampu secara maksimal memberikan program atau fasilitas kepada rakyat untuk mandiri
secara finansial maupun material. Penyakit itu kian marak akhir-akhir ini dan
sepertinya Indonesia akan berubah kepemilikan, yang mulanya milik Rakyat akan
menjadi milik kolonial.
Tradisi kita,
jika merasa sakit atau melihat keluarga/sahabat sakit maka tindakan kita adalah
merawat diri atau keluarga yang sakit untuk segera pulih dan kembali berfungsi
secara normal serta berjalan sesuai dengan tujuannya.
Tulisan
selanjutnya adalah Merawat Negeri
dari Penyakit yang dideritanya
[1]
Hukum ini berlaku universal
[2]
Beberapa tokoh berpandangan bahwa mati itu adalah ketidak berdayaan memberi
manfaat (statis), contohnya adalah suatu negeri dikatakan mati karena tidak
memiliki sumber penghidupan untuk berlangsungnya interaksi dalam suatu habitat.
Penjelasan yang senada juga pernah dipaparkan oleh Prof. Dr. Quraish Shihab,
MA. (Tafsir Al-Misbah – MetroTV) bahwa mati itu adalah ketidak berfungsian atau
tidak bisa memberi manfaat.
[3]
Meskipun tidak berlaku umum, sakit-sakitan merupakan salah satu tanda akan
tamatnya suatu riwayat
[4] Pengaruh
kolonial tidak lagi terlibat langsung di dalam negeri. Justru yang terlibat
langsung saat ini adalah agent dari bangsa sendiri yang telah diberikan doktrin
pengetahuan liberal (kiblat pengetahuan adalah barat). Sebetulnya konsep itu
tidak ada masalah selama tidak menggeser nilai-nilai kultural yang penuh etika.
Pengaruh kolonial yang lain adalah memberikan modal yang besar untuk
menggantung nasib bangsa ini.
[5] Berdasarkan
konsep kesejahteraan sosial RI sebagaimana tujuan pembetukan NKRI
[6] Diibaratkan
sebagai tubuh manusia, negeri ini apabila ada yang sakit maka seluruh orang
akan merasakan sakitnya.
Comments
Post a Comment
شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم