Nikah merupakan
suatu hubungan yang mengikat sepasang muda-mudi yang menghalalkan atasnya
hubungan biologis yang melibatkan alat reproduksi manusia. Pria dan wanita yang
merasa telah siap melakukan hubungan tersebut biasa segera menyusun rencana
pernikahan. Hal tersebut disebabkan karena nikah merupakan jalan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia yaitu menyalurkan hasrat seksual. Seperti yang
dirasakan Dudi, belum lengkap rasanya jika dia tidak segera menikah. Itulah
yang dirasakan seorang pemuda yang usianya yang telah mencapai 25 tahun. Dia
merupakan pemuda ulet dan baik hati.
Bagi Dudi, memilih
pasangan memang memiliki kriteria, namun hal tersebut tidak ditanggapi serius. Meskipun
demikian, dia tetap memiliki patokan dasar untuk mencari pasangan hidup. Dia
lebih memilih menemukan kecocokan dengan cara berpacaran tanpa mengincar
beberapa kriteria yang selama ini telah dia ketahui.
Hal yang terpenting
dalam memilih pasangan bagi Dudi adalah ada kecocokan. Sifat Dudi yang sedikit
peminin cenderung mengukur kecocokan dengan menggunakan rasa. Pilihan tersebut
ada benarnya karena rasa memang merupakan indikator penting dalam mengarungi
mahligai rumah tangga. Prinsip tersebut berarti, jika merasa cocok maka pacaran
atau perkenalan tersebut boleh dilanjutkan pada jenjang yang lebih serius yaitu
membangun rumah tangga dan jika merasa tidak cocok maka sudah seharusnya masing-masing
dari mereka bubaran dan mengurungkan niat untuk hubungan yang lebih serius.
Dudi merasa cocok
dengan wanita yang telah dipacarinya sejak dua tahun lalu. Wanita itu bernama
Rini.
Pada keluarganya,
Dudi mengungkapkan niat segera mempersunting Rini. Dudi merasa bahwa orang yang
paling dekat dengannya adalah Ibunya, olehnya itu dia memilih membicarakan niat
baik mempersunting Rini pada ibunya.
“Bu, rasanya saya
sudah cukup waktu untuk menikah” Kata Dudi pada Ibunya.
“Boleh saja, yang
terpenting kamu sudah harus siap lahir dan batin. Juga matang secara prinsip
maupun rasa”. Jawab ibunya secara singkat namun padat makna.
“Iya Bunda, aku
sudah merasa siap”. Terang Dudi
“Kamu merasa siap?,
rasa siap itu belum mencapai setengah keteguhan hati”. Ibu Dudi menjelaskan.
“Lalu apa lagi yang
harus aku siapkan Bunda?” tanya Dudi membutuhkan kejelasan.
Ibu Dudi menerangkan
perihal syarat dan kriteria memilih pasangan. Beliau berpesan pada Dudi bahwa
memilih calon istri itu harus siap lahir (materi) dan batin (siap mengasihi,
rindu, sayang, perhatian, cinta, cemburu dll.) begitu juga siap secara mental,
rasio dan bakti secara berimbang. Kriteria tersebut sudah meliputi rasa dan
rasio namun masih bersifat umum, butuh penyesuaian pada kedua belah pihak untuk
mengukur semua itu, termasuk pihak keluarga.
Dudi mengangguk
tanda bahwa ia memahami maksud Ibunya. Ia mengomentari pesan itu dengan berkata
“kalau aku sudah hampir cukup, tapi aku harus menanyakan niat ini pada Rini,
disamping juga butuh restu dari seluruh keluarga kita termasuk dukungan keluarga Rini”.
Apa yang menggoda Dudi
pada Rini sebetulnya mengacu pada Sunnah Nabi saw. Bahwa ketika khendak memilih
pasangan hidup maka pilihlah karena cantiknya, hartanya, keluarganya yang baik
serta agamannya. Namun agamalah yang terpenting dari semuanya. Kebetulan Rini
adalah sosok yang hampir memiliki semua itu. Rini adalah sosok wanita yang
memiliki paras cantik, dari keturunan keluarga yang baik dan sejahtera, hanya
saja ia adalah seorang gadis yang menganut paham liberal. Ia agak bebas bergaul
pada setiap orang tanpa memandang ia pria atau wanita, namun ia mampu menjaga
diri.
Sebagai sosok wanita
yang memiliki kelebihan, ia banyak mendapat godaan dari pemuda-pemuda lain. Banyak
pria yang tertarik pada sosok Rini yang cantik, rupawan, tajir dan dari
keluarga yang damai serta taat beragama.
Hal yang menjadi
masalah bagi Dudi adalah karena Rini selalu disapa oleh banyak pemuda. Dudi
ingin melarang Rini merespon pemuda lain sementara ia tau bahwa Rini adalah
sosok yang santun pada orang lain. tidak mungkin ia melarang Rini bergaul
dengan pemuda lain walaupun ia telah terikat dengan seorang pacar.
Akibat dari
pergaulan yang agak bebas oleh Rini, Dudi mulai merasakan keraguan pada Rini. Dia
mengkhawatirkan Rini bermesraan dengan laki-laki lain. Keadaan tersebut semakin
memperburuk suasana karena ia menyaksikan sendiri Rini melakukan adegan mesrah
pada teman-teman lelakinya meskipun ia telah meyakinkan Dudi bahwa mereka hanyalah
sebatas temanan. Inilah yang tersulit bagi Dudi yaitu menyaksikan pacarnya bergaul
mesra pada setiap laki-laki yang dekat dengannya.
Menyaksikan itu, Dudi
lalu mencoba membatasi cara bergaul Rini. Pada suatu kesempatan, Dudi menemui
Rini dan berdialog agak serius.
“Rini, aku sayang
kamu! Banget!” ucap Dudi meluluhkan Rini.
“Iya Kang, Makasih
udah sayang. Aku juga sayang kamu!” balas Rini.
“Boleh aku pintah sesuatu
padamu? Ini untuk hubungan kita juga!” Pintah Dudi.
“Iya kang, aku akan
melakukan apapun yang kamu minta selama itu tidak melanggar etika” kata Rini.
“Sejujurnya yang
ingin kusampaikan hanya rasa cemburuku padamu yang bebas bergaul mesra pada teman
lelakimu, itu saja. Jadi aku mohon mengertilah!” Pintah Dudi.
“Terima Kasih kang
telah cemburu, aku tanggapi positif saja semua itu bahwa kamu benar-benar cinta
padaku. Aku mengerti perasaan kakang, hanya saja naif rasanya kalau tiba-tiba
aku harus membatasi cara bergaul dengan mengubah sifatku yang mesrah jadi
kaku”. Terang Rini.
“Aku tidak ragu
padamu! Hanya butuh pengertianmu!” Pintah Dudi.
“Apa itu tidak cukup
kang?” tegas Rini agak kesal.
Baru kali ini mereka
membuat kesan yang kurang baik saat bersama. Sebelumnya ia selalu baik-baik
saja. Kali ini Rini merasa kesal akibat merasa dipaksa membatasi pergaulan
sementara Dudi merasakan telah ada perubahan pada sosok Rini. Sungguh Rini telah
memperlihatkan kekesalannya pada Dudi.
Rini adalah sosok
yang setia. Teman-teman lelakinya hanya sebatas teman mesra belaka tanpa
membagi cinta. Sungguh sikap yang sulit dimengerti oleh banyak orang, termasuk Dudi
pacarnya sendiri.
Bagaimanapun sikap
Rini, Dudi sudah mantap untuk segera memperistri dia. Namun kecemburuan Dudi
semakin menjadi-jadi ketika melihat Rini tetap pada prinsipnya bergaul mesra
pada teman-teman lelakinya.
Cara yang dipilih Dudi
untuk mengatasi masalahnya adalah mencoba menjaga jarak terhadap Rini dan
bergaul pada wanita lain dengan gaya romantis untuk mengetahui apakah ia
cemburu atau tidak. Usaha itu ternyata berhasil karena Rini mulai
bertanya-tanya dalam benaknya, apa yang menimpa Dudi sehingga dia menjaga jarak
dan memilih bergaul dengan wanita lain. “Ada yang lain pada diri Dudi”. Kata
Rini dalam benaknya.
Sebagai seorang
wanita yang memiliki perasaan yang peka, Rini merasa ada yang berubah pada Dudi.
Karenanya mulai muncul keragu-raguan terhadap kasih sayang Dudi yang selama ini
dijanjikan.
Pada suatu
kesempatan, Rini dan Dudi bertemu untuk membahas suatu persoalan yang mereka
hadapi. Kali ini, Rini yang mengangkat permasalahan.
“Kang, kenapa
akhir-akhir ini kamu kelihatan berubah?” Sahut Rini membuka bicara.
“Bagaimana maksudmu
Rini?” Tanya Dudi.
“Aku merasa ada yang
aneh padamu, kamu telah berubah. Dulu perhatianmu sangat terfokus padaku tapi
kini kamu kelihtan cuek, sepertinya ada yang mencuri perhatianmu diluar sana
yang lebih baik dari aku!” seru Rini, ia menjelaskan hal yang dirasakannya.
“Mungkin saja itu
cuma perasaan kamu Rini!” Dudi mengelak disebut telah berubah.
“Lantas atas dasar
apa sikap kakang berubah?” Tanya Rini.
“Aku tidak berubah,
Aku tetap cinta padamu. Kasih sayangku kupersembahkan pada dinda semata”. Jawab
Dudi.
“Terus alasan kakang
cuek karena apa?” tanya Rini kembali ingin memperjelas sikap Dudi.
“Aku hanya ingin tau
apakah kamu bisa merasakan apa yang kurasakan. Aku cemburu saat kamu dekat dan
bermesraan pada teman-teman lelakimu, olehnya itu aku ingin tau apakah yang
kamu lakukan itu adalah model perselingkuhanmu atau bukan?!” tegas Dudi.
“Hmmm!, maafkan aku
kang. Aku telah salah dalam bersikap. Kini aku tau buah dari sikapku yang tidak
tepat”. Pintah Rini mengakui kesalahan.
“Iya Rini, kini juga
aku tau dan sadar bahwa dihatimu hanya ada aku. Itu karena sikap cemburumu yang
berlebihan saat aku mencoba cuek dan menjaga jarak darimu terlebih saat aku
mencoba bergaul dengan sahabat wanitaku. Akupun sadar bahwa kamulah yang paling
tepat di hatiku karena hanya kamu wanita yang sanggup menyenangkan dan
menggembirakan aku”. Dudi menanggapi Rini.
Rini dan Dudi
selanjutnya sepakat untuk mengakhiri masa pacaran mereka menuju hubungan yang
lebih serius. Mereka telah merasakan romantika miniatur rumah tangga sehingga
kedepannya mereka akan lalui bubungan mereka dengan saling percaya, ikatan
cinta dan kasih sayang serta menjadi keluarga kecil yang selalu memberi
ketenangan dan kedamaian pada keluarga. Segala kesalahan saat berpacaran telah
mereka buang karena mereka yakin bahwa hal tersebut akan menghambat hubungan
rumah tangga.
Setelah merasakan
pahit manisnya dunia pacaran. Dudi dan Rini akhirnya sepakat untuk melangsunkan
pernikahan. Mereka telah mendapat restu dari masing-masing keluarga mereka,
termasuk dari teman-teman Rini yang selama ini dijadikan sebagai teman
mesranya. Pilihan untuk menikah dilaksanakan karena mereka ingin ada ikatan
yang lebih serius.
-.-0-.-
Sangat menarik dibaca, karena saya juga ingin Menikah... hehehe
ReplyDeleteHarus ku akui bahwa aku ingin ikutan nikah.
Deletetapi pesan ayah saya (alm) untuk mencari wanita yang memiliki "teppe', siri' na pa'dissengngeng"