Ketagihan atau kecanduan terhadap sesuatu
tidak hanya pada jenis narkoba yang selalu membuat para penikmatnya
terus-terusan mengulangi mengonsumsi obat terlarang yang biasa mereka pakai.
Saya tidak tau persis bagaimana nikmatnya narkoba yang harus dibeli dengan
harga yang sangat mahal, juga saya tidak tau nikmatnya sebatang rokok yang juga
membuat para penikmatnya menyesihkan uang yang lumayan besar khusus untuk
kebutuhan rokok
(lebih mahal dari biaya makan sehari), saya juga tidak mengerti betapa anggur dan minuman lainnya yang memabukkan terus diteguk dari hari kehari. Ini memungkinkan bahwa makanan, minuman dan obat terlarang, sebagaimana dicontohkan di atas sudah merupakan kebutuhan primer bagi penggunanya, hanya saja saya tidak bisa memastikan hal tersebut mengandung daya tarik.
(lebih mahal dari biaya makan sehari), saya juga tidak mengerti betapa anggur dan minuman lainnya yang memabukkan terus diteguk dari hari kehari. Ini memungkinkan bahwa makanan, minuman dan obat terlarang, sebagaimana dicontohkan di atas sudah merupakan kebutuhan primer bagi penggunanya, hanya saja saya tidak bisa memastikan hal tersebut mengandung daya tarik.
Ada lagi beberapa hal yang membuat orang
menjadi ketagihan, misalnya nonton bola, nonton serial TV favorit, belanja,
petualangan, koleksi barang antik, membaca buku, diskusi, makan dan sebagainya.
Sepintas lalu tidak ada masalah dengan kebiasaan tersebut, bahkan bisa jadi
sangat baik jika hal ini ditempatkan pada porsinya untuk terus melakukan
hal-hal positif untuk pengembangan diri. Yang menjadi masalah jika orang yang
“ketagihan” cenderung melakukan hal-hal yang merusak mental atau bahkan
mengganggu ketengangan orang lain.
Salah satu kebiasaan yang dilakukan oleh kebanyakan
anak, terutama keponakan saya (sebagai sampel) adalah nonton tayangan kartun,
baik sinema anak maupun serial anak. Jika anak ini nonton sesuai dengan
porsinya dan memilih tayangan kartun yang terbaik maka itu cukup baik, hanya
saja ia berbeda. Justru hal-hal berikut yang terjadi padanya;
1.
Fokus
pada acara tv
Ponakan saya bahkan
sangat hafal jadwal tayang setiap acara tv favoritnya. Ia bakal sedih atau
jengkel, bahkan marah ketika ia terlambat bangun untuk nonton. Ketika ia
nonton, tidak ada lagi yang lebih menyenangkan sehingga ia seringkali lupa
makan, tidak mau belajar dan mengaji.
2. Merusak mental karena mengikuti atau
mempraktekkan kebiasaan aktor (antagonis, protogonis maupun aktor pendukung).
Sebagaimana
diketahui bahwa tayangan televisi anak sering kali menampilkan adegan kekerasan
seperti (tom and jerry), karakter yang usil (spongebob squarpant), atau
karakter yang kurang ajar (shincan). Yang jadi masalah karena justru hal-hal negatif
yang diperagakan dan mengabaikan hal-hal positif yang ada pada acara televisi
tersebut.
3. Merusak fisik, terutama mata.
Karena jadwal nonton
yang terlalu lama dan jarak nonton yang terlalu dekat sehingga sering kali ia
mengeluh karena perih dimatanya.
Ini yang terjadi pada ponakan saya yang usianya 9 tahun.
Tentu keluarga kami mencemaskan kebiasaan seperti ini.
Semoga setiap orang diantara kita mampu memberikan
pemahaman dan pengawasan tentang pola nonton yang sehat dan bermanfaat untuk
generasi masa depan bangsa kita. Disamping itu, pemerintah dan pemilik modal
juga bertanggung jawab atas tayangan-tayangan yang dipersembahkan pada acara
televisi.
Comments
Post a Comment
شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم