Budi Ambo, nama
samara seorang teman curhat kepada saya tentang sikap yang harus dilakukan
karena pacarnya dilamar cowok lain. Pilihan dasar yang diberikan oleh pacarnya
adalah putus atau mempertahankan hubungan untuk selanjutnya menikah. Tentu
pilihan yang diberikan cukup sederhana namun sangat menggalaukan bagi Budi Ambo
karena untuk bertahannya hubungan, maka ia harus segera melamar pacarnya.
Sementara jika ragu atau tidak bisa segera melamar Cahaya (nama samaran pacar
Budi Ambo) maka pilihannya adalah melepas hubungan cinta mereka.
Curhatnya saya
mulai komentari dengan bertanya, “apakah kamu punya pacar selain Cahaya?” lalu
Budi Ambo menjawab, “ada tapi posisinya sama bahwa ia juga segera akan menikah
kalo tidak segera saya lamar”.
Seudah
seharusnya menetapkan satu pilihan saja bagi Budi Ambo dalam memilih pasangan
hidup. Keegoisannya masih saja melekat erat pada dirinya yang telah galau
diterpa romantika pacaran. Seharusnya ia sudah sadar dan berbuat yang lebih
tepat dengan memilih yang paling dicintai salah satu diantara mereka.
Pilihan memang
kadang membuat orang menjadi super galau. Purnama (Nama samaran pacar lain dari
Budi Ambo) memiliki kepribadian dan kelebihan yang hampir sama dengan Cahaya.
Ia tampak cantik bersahaja. Ia juga cerdas, hemat, berpendidikan, mapan dan
mampu diandalkan. Memilih antara Purnama dan Cahaya saja beratnya minta ampun
apalagi pilihan-pilihan rumit lainnya yang harus segera ditetapkan.
Mungkin Budi
Ambo lebih memilih Cahaya yang lebih dulu dikenalnya lewat pertemanan diluar
kampusnya tapi memilihnya berarti Budi Ambo harus segera mempersiapkan diri
untuk melamar si Cahaya yang cantik jelita, namun jika ia belum mampu melamar
dalam waktu dekat berarti ia memilih putus hubungan kasih yang telah
dibangunnya selama 3 tahun. Sungguh malang nasib Budi Ambo karena dihadapkan
pada pilihan yang memiliki banyak turunan pilihan. Mungkin saja ketika Budi
Ambo memilih Cahaya sebagai calon istrinya yang segera akan dilamar tapi ternya
pilihan ini pun masih mewariskan segudang persoalan. Adakah ia memiliki restu
dari masing-masing keluarga inti? Adakah biaya pesta atau nikah yang jumlahnya
sangat banyak? Adakah pekerjaan yang mampu menafkahi setelah atau setidaknya
menjamin keuangan untuk nikah. Budi Ambo ternyata masih ragu dengan semua itu
dan akhirnya ia membiarkan dirinya hanyut dalam kegalauan.
Budi Ambo yang
galau akhirnya minta ditemani menyusuri tepian alam untuk berteriak mengadu
pada alam yang setia mendengar setiap bait kata yang dilontarkan orang-orang
yang ada disana. Maka iapun melakukan itu.
Formula yang
tepat untuk Budi Ambo adalah menetapkan satu orang yang paling pas untuknya.
Setelah ada pilihan tepat (semisal memilih cahaya), selanjutnya meminta
pilihannya ini untuk mencoba bertahan hingga beberapa bulan atau bentuk pertahanan
lainnya namun jika cara ini masih juga belum tepat maka biarlah semuanya lepas
mencari calon istri lain. Tuhan pasti akan mempertemukan dia dengan pasangannya
yang terbaik.
Comments
Post a Comment
شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم