Setidaknya
terdapat tiga jenis generasi kepemimpinan yang hidup dalam sistem
kemasyarakatan antara lain 1) generasi senja atau pensiunan, 2) pemimpin,
pendidik, pengawas dan orang-orang yang sedang bertugas untuk kepentingan
bangsa dan 3) adalah generasi penerus atau generasi muda.
Generasi
muda merupakan penerus dari generasi yang sebelumnya. Kualitasnya generasi muda
atau generasi pelanjut tugas kekhalifahan
sebagian besar ditentukan oleh generasi pendahulu yang telah mendidiknya.
Selebihnya muncul dari dalam diri maupun ketetapan dari tuhan melalui ilham.
Ada nilai
yang melekat pada setiap orang dan generasi dari apa yang mereka perbuat. Nilai
dasar dari perbuatan tersebut hanya berada pada skala baik, biasa/sedang dan
buruk. Oleh generasi dapat diberi nilai tergantung bagaimana mereka menorehkan
prestasi dan kelakuan. Kalau mereka berprestasi baik dan cemerlang serta
tingkah laku yang sesuai dengan kode etik maka nilai yang didapatkannya adalah
“baik”. Sebaliknya mereka yang tidak berprestasi serta bertingkah yang
melanggar kode etik maka merekalah yang mendapatkan nilai buruk dan memungkinkan
dikenang sepanjang masa.
Ada pepatah
populer mengatakan bahwa “setiap pemimpin ada masanya dan setiap masa ada
pemimpinnya”. Jika generasi dihubungkan dengan kepemimpinan maka sejatinya
setiap masa selalu ada kebaikan muncul untuk selalu diwariskan pada generasi
selanjutnya karena jika ada cacat atau pekerjaan buruk yang diwariskan maka
itulah yang menjadi catatan dalam sejarah dan selalu dikenang.
Penulis
selalu mengharapkan warisan yang baik dari generasi pendahulu atau setidaknya
memberikan pendidikan yang terbaik agar bangsa ini menjadi negeri yang
berperadaban tinggi. Kenyataannya bahwa bukannya pendidikan yang diharapkan
baik namun hampir seluruh segi kebijakan diwariskan dalam keadaan berantakan.
Sebagai contoh, jika dilihat lebih jauh, bisa disaksikan dengan jelas kerusakan
lingkungan akibat ulah oknum yang tidak bertanggung jawab, yang pasti bahwa
kegiatan pengrusakan lingkungan bukan tidak diketahui oleh pemegang kebijakan
tapi mereka seolah acuh tak acuh dengan persoalan ini. Contoh lain terkait
birokrasi yang dijalankan dengan berbagai praktik yang tidak sesuai dengan
aturan misalnya pungutan liar untuk masyarakat yang memerlukan urusan
administrasi di kantor-kantor milik pemerintah. Padahal hampir seluruh
masyarakat telah mengetahui secara pasti
bahwa ada etika yang mesti dipegang teguh oleh setiap kantor
pemerintahan yang lahir dari reformasi birokrasi mengharuskan adanya praktik
yang akuntabilitas, pelayanan prima, bebas dari pungutan liar dan lain-lain.
Contoh-contoh yang telah dimunculkan tersebut masih sebagian kecil dari
kenyataan yang dihadapi bangsa ini. Masih ada banyak warisan negatif yang akan
diterima oleh generasi penerus antara lain memperlihatkan kebiasaan untuk
korupsi, kolusi, nepotisme, plagiat dan kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya.
Ketokohan
beberapa pemimpin bangsa yang biasa memperlihatkan kebiasaan buruk bisa saja
menjadi inspirasi bagi generasi muda calon pemimpin bangsa untuk ditiru.
Meskipun hal-hal yang diperbuat tidak baik namun karena dianggap sudah biasa
maka orang-orang tidak lagi malu melakukan hal-hal seperti itu. Warisan
pendidikan yang kurang baik menyebabkan banyak orang yang tidak malu membuang
sampah disembarang tempat, merokok ditempat umum yang mengganggu orang lain,
tidak disiplin, tidak mau antri dan lain-lain.
Sebetulnya
banyak hal positif yang bisa diwariskan oleh generasi muda dari orang-orang
terdahulu. Bangsa ini dulunya terkenal dengan keberaniannya hingga menguasai
beberapa wilayah di muka bumi ini. Begitu juga dengan kejujuran, gotong-royong,
saling menghargai keberagaman, terdidik, patuh pada orang tua dan kedermawanan
namun semua itu seolah-olah tenggelam ditelan zaman karena kebaikan telah
dikalahkan oleh keburukan.
Penulis
pernah merasakan hal yang menggoncangkan jiwa karena orang yang selama ini
ditokohkan justru berbuat kekonyolan. Ia sangat pandai merayu dan memberi
harapan (janji) pada orang lain demi kepuasan pribadinya, selanjutnya ia
memberikan kesan yang seolah-olah sangat heroik dan menjadi dewa penolong. Ia
berkata yang baik namun dibalik perkataannya tersimpan ancaman besar karena
hampir tidak ada janji yang ditepatinya. Persoalan ini menurut salah satu teman
penulis bahwa ini sudah biasa dan telah terjadi di masyarakat umum. Kalau
demikian adanya, berarti ancaman besar akan merasuki generasi bangsa yang sudah
terbiasa dihianati dan tau bagaimana menghianati kawan dan generasinya jika ia
menjadi pemimpin suatu saat nanti.
Tentang bagaimana
menjaga amal atau perbuatan, terutama kaitannya dengan amalan genarasi untuk
masa yang panjang sebagaimana firman Allah dalam Q.S (Al-Hadid 57 : 16) “Belumkah datang waktunya untuk orang-orang
beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kebenaran yang turun
(kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya
diturunkan al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas
mereka lalu hati mereka menjadi keras”[1]
Peringatan
Allah sebagaimana disebutkan pada ayat di atas dapat dipahami bahwa tidak boleh
mewariskan atau menerima kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan oleh
orang-orang terdahulu. Bisa juga dipahami bahwa tidak boleh meneruskan
kebiasaan-kebiasaan buruk pada generasi selanjutnya.
Pesan luar
biasa yang penulis dapatkan dari sahabat bahwa jika suatu saat ditemukan
hal-hal yang buruk maka tinggalkanlah keburukan itu kecuali ada hal-hal baik
dan bermanfaat yang bisa diambil darinya (buang yang buruk dan ambil baiknya
saja). Sementara untuk tantangannya, mewariskan kebaikan yang telah dikalahkan
oleh keburukan sudah semakin sulit. Orang lebih cenderung memilih yang simple
dari pada memilih cara yang ribet dengan proses yang lebih panjang. Tentunya
ini menjadi tantangan berat karena keinginan orang lebih memilih hal-hal yang
praktis daripada harus menempuh cara-cara yang lebih beretika. Saat ini sudah
lumayan sulit mendapatkan orang yang benar-benar mau belajar dengan niat
memperbaiki bangsanya, tapi yang banyak adalah orang belajar untuk menjadi
robot atau pekerja. Terbukti bahwa materi telah merasuki hampir seluruh lini
kehidupan, bahkan ibadah kepada tuhan pun terancam dikenakan pajak nantinya.
Memperbaiki
bangsa yang sulit memang membutuhkan keseriusan dan dilakukan secara total oleh
seluruh lapisan masyarakat. Bukan hanya dilakukan sepihak oleh guru yang
mendidik generasi bangsa tetapi juga mesti didukung oleh pemerintah dan
orangtua terhadap anaknya serta lingkungan sekitarnya. Untuk itu dukunglah
kebaikan untuk generasi yang lebih baik
Comments
Post a Comment
شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم