Skip to main content

Bukan Laki-laki yang brengsek

Sudah menjadi naluri setiap lelaki untuk mencintai dan melindungi perempuan. Diantara lelaki ada yang berjuang mati-matian untuk memberikan wujud kasih sayang pada perempuan yang dicintaianya.
kenyataannya ada pria (laki-laki) yang memberikan kasih sayangnya pada banyak wanita (perempuan). Pada dasarnya ini tidak menjadi masalah karena ini tidak bertentangan dengan naluri “untuk mencintai dan melindungi”. Pria bahkan bisa mencintai (baca Pacaran) pada banyak wanita sekaligus.

Naluri lelaki untuk mencintai dan melindungi perempuannya adalah normal namun pada konteks diluar naluri ada ego dan respon yang menganggap bahwa pria sejati adalah yang setiap pada satu cinta. Anggapan seperti inilah yang mengubah paradigma cinta dan “kesetiaan” bahwa setiap pria hanya boleh mencintai seorang wanita dan diluar kondisi tersebut pria dianggap sebagai playboy.
Pada suatu majelis tidak formal, kami sempat ngobrol dan salah satu poin yang bahasannya adalah pengalaman teman-teman cowok dalam berpacaran. Nyatanya rata-rata teman laki-laki kami memiliki pacar lebih dari 1 orang dan menurut wanita itu “brengsek”. Apa hubungannya brengsek dengan memiliki lebih dari 1 pacar?. Poligami saja dibolehkan ketika pria bisa berbuat adil, apalagi pacar yang maksudnya untuk ta’arufan (berkenalan lebih dekat) saja. Mereka hanya bisa disebut brengsek ketika berbohong atau tidak jujur terhadap wanita. Contohnya jika ia mengaku tidak punya pacar lain pada salah satu pacarnya. Bukankah perempuan juga bisa memiliki lebih dari 1 pacar?.
Bisa jadi perempuan yang lebih pandai dalam perselingkuhan (baca Playgirl). Jika kenyataan bahwa perempuan jarang kedapatan (ketahuan) selingkuh bisa jadi itu karena mereka lebih hebat dalam perselingkuhan. Meskipun demikian bukan itu yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini, hanya kebiasaan jujur dalam berpacaran yang menjadi indikator selingkuh atau tidaknya seseorang.
Hukum yang berkembang dalam dunia pacaran adalah laki-laki mencari pasangan yang terbaik, sementara perempuan memilih (menyeleksi) dari sekian banyak pria yang datang. Dengan demikian masing-masing orang, baik pria maupun wanita memiliki peluang yang sama untuk menjadi yang terbaik untuk mendapatkan yang terbaik.
Kembali kepembicaraan awal bahwa naluri pria adalah untuk mencintai dan melindungi wanitanya. Posisi wanita sebagai objek yang dicintai, dilindungi dan diperjuangkan sudah pasti memiliki alasan meskipun (alasannya) adalah karena wanita memiliki daya tarik. Perempuan sebagai objek perjuangan dan cinta dalam hukum sebab akibat atau hubungan timbal balik sudah pasti memiliki sesuatu yang wajar untuk dicintai. Dengan demikian kata “brengsek” tidak lagi menjadi istilah untuk mereka yang mencari kecocokan dengan lawan jenisnya kecuali kondisi tertentu seperti pelecehan terhadap wanita, hidung belang atau sejenisnya.
Sebagai catatan akhir, penulis ingin mengajak pembaca untuk agar masing-masing orang mestinya hati-hati dalam menjalin hubungan pacaran agar tidak kecolongan. AHM

Comments

Popular posts from this blog

Strategi Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib

BAB I PENDAHULUAN A.       Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota   Bani Sa’dah, Madinah.  

Kedudukan Ar-ra'yu sebagai Landasan Hukum Islam

Referensi Pada dasarnya umat Islam yang beriman Kepada Allah swt. Meyakini bahwa Sumber utama Ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis sudah sempurna. Firman Allah dalam Alquran sudah sempurna membahas aturan-aturan, hukum, ilmu pengetahuan (filsafat), kisah, ushul fiqh dan lain-lain. Begitu juga Hadis Rasulullah yang salah satu sifatnya menjadi penjelasan ayat-ayat dalam Alquran. Posisi Hadis adalah penjelas dan sumber kedua setelah Alquran.

Pendidikan Islam Pasca Runtuhnya Bagdad

I.               PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Kemunduran umat Islam dalam peradabannya terjadi pada sekitar tahun 1250 M. s/d tahun 1500 M.   Kemunduran itu terjadi pada semua bidang terutama dalam bidang Pendidikan Islam. Di dalam Pendidikan Islam kemunduran itu sebagian diyakini karena berasal dari berkembangnya secara meluas pola pemikiran tradisional. Adanya pola itu menyebabkan hilangnya kebebasan berpikir, tertutupnya pintu ijtihad, dan berakibat langsung kepada menjadikan fatwa ulama masa lalu sebagai dogma yang harus diterima secara mutlak (taken for garanted). Saat umat Islam mengalami kemunduran, di dunia   Eropa   malah   sebaliknya   mengalami   kebangkitan   mengejar ketertinggalan mereka, bahkan mampu menyalib akar kemajuan-kemajuan Islam.   Ilmu Pengetahuan dan filsafat   tumbuh   dengan   subur   di   tempat...