Skip to main content

Trip to Puncak Muntea "Negeri di atas awan"

Mengisi hari libur untuk edisi Ahad, 15 Oktober 2015 kami memilih piknik ke Puncak Muntea Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng. Awalnya ide piknik ini diserukan oleh rekan kami Nafsawati Munawir dan suaminya Munawir Petta Duppa ketika berkunjung ke rumah di Desa Anrang Kecamatan Rilau Ale Bulukumba.

Kita yang nyaris bekerja 24 jam juga butuh hiburan atau refreshing sehingga untuk keperluan tersebut Nafsawati, menyebut salah satu destinasi yang keren. Namapopulernya adalah “Negeri di atas awan” versi bantaeng. Ditanya untuk apa kesana? Paling tidak bisa kita jawab “Karena suasana alam yang sejuk yang juga bakal jadi penyejuk”.
Tentang Negeri di atas Awan, masih ada tempat yang lebih populer dari Bantaeng, tepatnya adalah di Kabupaten Toraja Utara atau bagian utara provinsi Sulawesi Selatan. Antara Bantaeng dan Toraja, jelas Toraja yang jauh lebih populer soal wisata, hanya saja untuk kemudahan akses sekaligus mengirit biaya untuk penikmat wisata alam di bagian selatan sulsel bisa memilih Kecamatan Uluere yang didalamnya juga terdapat destinasi Agrowisata.
Rencana tour ini sedianya juga melibatkan rekan lain seperti Suardi S.IP., MH. (Dosen Universitas Indonesia Timur), Abdul Rahman, S.Pd., M.Pd. (yang akan segeran menjadi Dosen Structure Bahasa Inggris) dan beberapa rekan akademisi yang nyaris bekerja 24 jam. Orang-orang yang berpendidikan tinggi ini karena kesibukan lain sehingga memilih menunda kegiatan refreshing di Puncak Muntea Kecamatan Uluere.
Haerul Dg. Gassing (Ustas Petualang)


Tiga hari sebelum piknik, saya justru hanya akan menjadi pelengkap untuk kegiatan di sana. Tapi karena terlanjur sudah siap dan seluruh perlengkapan sudah dikemas jadinya harus berangkat dengan mengajak rombongan lain. Jelajah di Puncak Muntea kali ini kami realisasikan bertiga yaitu Mursal, S.Pd., M.Pd. dan Haerul Daeng Gassing. Sementara para pekerja purnawaktu yang nyaris bekerja 24 jam tidak ada seorang pun yang ikut. Munawir Petta Duppa, S.Pd.I., M.Pd.I, Nafsawati Munawir, ST., M.Pd., Suardi, S.Ip., MH., Abdul Rahman, S.Pd., M.Pd tidak ada yang berangkat.



Catatan refleksi perjalanan kami di Muntea yang lebih dikenal “Negeri di atas awan” ini antara lain:
1.   Diskusi ringan sambil ngopi
2.  Refleksi perjalanan dan membuat rencana
3.  Membuat video inspirasi “Warga Konjo”
4.  Berkenalan dengan pengunjung, penduduk setempat dan rombongan camp.
5.  Membaca sepenggal halaman buku
6.  Membuat catatan/menulis, dan
7.  Selfie (mengikuti trend kekinian).

Itulah sedikit catatan perjalanan di puncak muntea yang hanya berlangsung sekitar 3 jam di sana. Kita berusaha kesana meskipun waktu perjalanan lebih lama daripada waktu berkegiatan di puncak muntea.




Comments

Popular posts from this blog

Strategi Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib

BAB I PENDAHULUAN A.       Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota   Bani Sa’dah, Madinah.  

Kedudukan Ar-ra'yu sebagai Landasan Hukum Islam

Referensi Pada dasarnya umat Islam yang beriman Kepada Allah swt. Meyakini bahwa Sumber utama Ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis sudah sempurna. Firman Allah dalam Alquran sudah sempurna membahas aturan-aturan, hukum, ilmu pengetahuan (filsafat), kisah, ushul fiqh dan lain-lain. Begitu juga Hadis Rasulullah yang salah satu sifatnya menjadi penjelasan ayat-ayat dalam Alquran. Posisi Hadis adalah penjelas dan sumber kedua setelah Alquran.

Pendidikan Islam Pasca Runtuhnya Bagdad

I.               PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Kemunduran umat Islam dalam peradabannya terjadi pada sekitar tahun 1250 M. s/d tahun 1500 M.   Kemunduran itu terjadi pada semua bidang terutama dalam bidang Pendidikan Islam. Di dalam Pendidikan Islam kemunduran itu sebagian diyakini karena berasal dari berkembangnya secara meluas pola pemikiran tradisional. Adanya pola itu menyebabkan hilangnya kebebasan berpikir, tertutupnya pintu ijtihad, dan berakibat langsung kepada menjadikan fatwa ulama masa lalu sebagai dogma yang harus diterima secara mutlak (taken for garanted). Saat umat Islam mengalami kemunduran, di dunia   Eropa   malah   sebaliknya   mengalami   kebangkitan   mengejar ketertinggalan mereka, bahkan mampu menyalib akar kemajuan-kemajuan Islam.   Ilmu Pengetahuan dan filsafat   tumbuh   dengan   subur   di   tempat...