Skip to main content

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN

 Abdul Haris Mubarak, M.Pd.I

 

A.     Pengertian Perencanaan Pembelajaran

Rencana adalah hasil proses perencanaan berupa daftar ketetapan tentang langkah tindakan pada masa depan menyangkut kegiatan apa, siapa pelaksananya, di mana, kapan jadwalnya dan berapa sumber daya yang akan digunakan, serta berbagai keterangan mengenai tolak ukurnya, dalam rangka mencapai hasil. Rencana digunakan manajemen untuk pengarahan kegiatan dan juga sebagai pedoman proses pengendalian.

Perencanaan merupakan suatu proses menentukan hal-hal yang ingin dicapai (tujuan) pada masa depan dan juga menentukan segala bentuk tahapan yang diperlukan untuk dapat mencapai tujuan tersebut.[1]

Ajar di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut);berguru kepalang[2]

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.[3]

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.[4]

Dengan demikian, Perencanaan pembelajaran bisa diartikan sebagai suatu proses mengelola, mengatur dan merumuskan unsur-unsur pembelajaran seperti merumuskan tujuan, materi atau isi, metode pembelajaran dan merumuskan evaluasi pembelajaran.

 

B.    Rasionalisasi perlunya Perencanaan Pembelajaran[5]

Perencanaan pembelajaran sangat perlu dilakukan oleh para guru, sesuai tujuannya yaitu agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien, karena manfaat yang ada pada perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar itu sendiri, yaitu:

1.    Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.

2.    Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.

3.    Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid.

4.    Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja

5.    Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.

6.    Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.

 

C.    Tujuan Perencanaan Pembelajaran[6]

Tujuan pembelajaran pada dasarnya adalah rumusan kualifikasi kemampuan yang harus dicapai oleh pelajar maupun mahasiswa setelah melakukan proses pembelajaran. Rumusan kualifikasi kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran tersebut dalam pembelajaran trsebut dengan “perubahan perilaku” (change of behavior). Adapun jenis perubahan perilaku terebut secara garis besarnya meliputi bidang pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (pikomotor).

Tujuan pembelajaran adalah rumusan perilaku siswa (pengetahuan, sikap maupun, keerampilan) yang harus terjadi pada setiap selesainya proses pembelajaran. Oleh karena itu, rumusan pembelajaran harus mencerminkan perubahan yang spesifik, mudah dikontrol dan terukur dalam setiap jenis perubahan yang telah dimiliki oleh siswa dari hasil belajar yang telah dilakukannya.

D.    Dimensi dan Ruang Lingkup Perencanaan Pembelajaran[7]

Bicara tentang dimensi perencanaan pengajaran yakni berkaitan dengan cakupan dan sifat-sifat dari beberapa karakteristik yang ditemukan dalam perencanaan pengajaran. Pertimbangan terhadap dimensi-dimensi itu memungkinkan diadakannya perencanaan komprehensif yang menalar dan efisien menurut Harjanto (2010: 4-6), yakni:

1.    Signifikansi. Tingkat signifikansi tergantung pada kegunaan sosial dari tujuan pendidikan yang diajukan. Dalam mencapai tujuan itu, pengambil keputusan perlu mempunyai garis pembimbing yang jelas dan mengajukan kriteria evaluasi. Seklai keputusan telah diambil dan tujuan telah ditentukan, setiap pengamat pendidikan dapat mengadakan evaluasi kontribusi perencanaan, dan signifikansi dapat ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria yang dibangun sesama proses perencanaan.

2.    Feasibilitas. Maksudnya perlu dipertimbangkan feasibilitas perencanaan pengajaran. Salah satu faktor penentu adalah otoritas polotikal yang memadai, sebab dengan itu feasibilitas teknik dan estimasi biaya serta aspek-aspek lainnya dapat dibuat dalam pertimbangan yang realistik.

3.    Relevansi. Konsep ini berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan pengajaran memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih spesifik pada waktu yang tepat agar dapat dicapai tujuan spesifik secara optimal.

4.    Kepastian atau definitiveness. Diakui bahwa tidak semua hal-hal yang sifatnya kebetulan dapat dimasukkan dalam perencanaan pengajaran, namun perlu diupayakan agar sebanyak mungkin hal-hal tersebut dimasukkan dalam pertimbangan. Penggunaan teknik atau metode simulasi sangat menolong mengantisipasi hal-hal tersebut. Konsep kepastian meminimumkan atau mengurangi kejadian-kejadian yang tidak terduga.

5.    Ketelitian atau parsimoniusness. Prinsip utama yang perlu diperhatikan ialah agar perencanaan pembelajaran disusun dalam bentuk yang sederhana, serta perlu diperhatikan secara sensitif kaitan-kaitan yang pasti terjadi antara berbagai komponen. Dalam penerapan prinsip ini berarti diperlukan waktu yang lebih banyak dalam menggali beberapa alternatif, sehingga perencanaan dan pengambilan keputusan dapat memkpertimbangkan alternatif mana yang paling efisien.

6.    Adaptabilitas. Diakui bahwa perencanaan pembelajaran bersifat dinamik, sehingga perlu senantiasa mencari informasi sebagai umpan balik atau balikan. Kalau perencanaan pembelajaran sudah lengkap, penyimpangan-penyimpangan sudah semakin berkurang dan aktifitas-aktifitas spesifik dapat ditentukan. Penggunaan berbagai proses memungkinkan perencanaan pembelajaran yang fleksibel atau adaptabel dapat dirancang untuk menghindari hal-hal yang tidak diharapkan.

7.    Waktu. Faktor-faktor yang berkaitan dengan waktu cukup banyak, selain keterlibatan perencanaan dalam memprediksi masa depan, juga validasi dan reliabilitas analisis yang dipakai, serta kapan untuk menilai kebutuhan kependidikan masa kini dalam kaitannya dengan masa mendatang.

8.    Monitoring atau pemantauan. Termasuk didalamnya adalah mengembangkan kriteria untuk menjamin bahwa berbagai komponen bekerja secara efektif.

Ukurannya dibangun untuk selama pelaksanaan perencanaan pembelajaran, namun perlu diberi pertimbangan tentang toleransi terbatas atas penyimpangan perencanaan. Menjamin agar pelaksanaan dapat mulus, perlu dikembangkan suatu prosedur yang memungkinkan perencanaan pembelajaran menentukan alasan-alasan mengadakan variasi dalam perencanaan.

 

 



[1] https://pendidikan.co.id/pengertian-perencanaan-fungsi-tujuan-beserta-jenisnya/

[4] https://unida.ac.id/pembelajaran/artikel/apa-itu-pembelajaran.html

[5] https://www.slideshare.net/

[6] https://www.silabus.web.id/

[7] https://www.silabus.web.id/

Comments

Popular posts from this blog

Strategi Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib

BAB I PENDAHULUAN A.       Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota   Bani Sa’dah, Madinah.  

Kedudukan Ar-ra'yu sebagai Landasan Hukum Islam

Referensi Pada dasarnya umat Islam yang beriman Kepada Allah swt. Meyakini bahwa Sumber utama Ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis sudah sempurna. Firman Allah dalam Alquran sudah sempurna membahas aturan-aturan, hukum, ilmu pengetahuan (filsafat), kisah, ushul fiqh dan lain-lain. Begitu juga Hadis Rasulullah yang salah satu sifatnya menjadi penjelasan ayat-ayat dalam Alquran. Posisi Hadis adalah penjelas dan sumber kedua setelah Alquran.

Pendidikan Islam Pasca Runtuhnya Bagdad

I.               PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Kemunduran umat Islam dalam peradabannya terjadi pada sekitar tahun 1250 M. s/d tahun 1500 M.   Kemunduran itu terjadi pada semua bidang terutama dalam bidang Pendidikan Islam. Di dalam Pendidikan Islam kemunduran itu sebagian diyakini karena berasal dari berkembangnya secara meluas pola pemikiran tradisional. Adanya pola itu menyebabkan hilangnya kebebasan berpikir, tertutupnya pintu ijtihad, dan berakibat langsung kepada menjadikan fatwa ulama masa lalu sebagai dogma yang harus diterima secara mutlak (taken for garanted). Saat umat Islam mengalami kemunduran, di dunia   Eropa   malah   sebaliknya   mengalami   kebangkitan   mengejar ketertinggalan mereka, bahkan mampu menyalib akar kemajuan-kemajuan Islam.   Ilmu Pengetahuan dan filsafat   tumbuh   dengan   subur   di   tempat...