Skip to main content

Kelompok yang berada pada barisan terdepan membela Bangsa


Di beberapa tempat, misalnya di Kawasan Adat Ammatoa menganggap bahwa menjaga hutan adalah suatu amal ibadah. Itu terbukti dengan banyaknya Pasang yang dipegang secara turun-temurun di sana. Pasang atau dalam istilah Arab dikenal dengan Risalah salah satunya adalah mengajarkan umat manusia untuk melestarikan lingkungan.
Beberapa organisasi pemerhati lingkungan misalnya WaLHI, Mahasiswa Pecinta Alam, Agamawan dan kolektivitas lainnya turut memberikan sumbangan yang berarti untuk pelestarian lingkungan.
Di hutan kita mendapatkan banyak inspirasi, entah itu terkait bencana alam, kedamaian, hukum alam, pencarian jati diri serta perjalanan ekspedisi, pendidikan dan ragam lainnya bisa ditemukan di alam bebas. Kalau masyarakat perkotaan sering melakukan penelitian untuk mendapatkan suatu jawaban dengan menguji berbagai teori, di Hutan akan didapatkan nurani. Sehebat apapun seorang penjelajah alam, ia masih berpotensi untuk tersesat di alam bebas atau tewas tak berdaya oleh tantangannya. Itu mengajarkan kita bahwa untuk tawadhu dan tidak boleh sombong di manapun kita berada. Hingga sekarang, hutan masih menjadi benteng terkuat bangsa ini, bisa dibayangkan apa yang bisa dilakukan bangsa ini tanpa hutan!. olehnya itu kita bisa menarik kesimpulan bahwa kesejahteraan bangsa ini, salah satunya ada pada pelestarian hutan.
Masyarakat adat di Kajang setelah saya pantau dan saksikan secara langsung membuat saya mengerti akan pentingnya posisi masyarakat tradisional terhadap pertahanan keamanan bangsa. Secara material memang menunjukkan bahwa masyarakat adat Ammatoa di Kajang terbelakang, misalnya perabot rumah tangga yang kuno atau tradisional (versi orang kebanyakan).
Kalau boleh jujur, justru kesempurnaan ada di sana. Perbandingannya adalah jika orang perkotaan butuh air bersih maka dibutuhkan berbagai alat dan proses untuk mendapatkannya itupun dengan hasil yang belum terjamin mutunya yang steril dan hegenis. Pemanfaatan air untuk persawahan, kebun, mencuci, mandi dan lain-lain seringkali harus mengeluarkan biaya yang lumayan mahal sementara di Kawasan Adat Ammatoa yang melestarikan hutan justru mendapatkan air alam yang benar-benar sterill dari mata air hutan. Pemanfaatannya pun menyeluruh untuk keperluan sehari-hari. Hal yang membedakan perolehan air di perkotaan dan pada masyarakat pelestari hutan adalah; air mengalir dari mata air murni yang sejuk alami, diperoleh secara gratis, dijamin sterill serta mudah diperoleh.
Alam juga sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari di Kawasan adat Ammatoa. Saya rasakan ketika berkunjung ke Kawasan adat Ammatoa (masyarakat pelestari hutan) adalah kesejukan alamnya, mesti tidak menggunakan air conditioner akan tetapi kesejukan alam tidak kalah dengan ruangan yang menggunakan AC. Tanpa menggunakan mesin pompa untuk mendapatkan air sumur, bahkan segala keperluan masyarakat terbantu dengan adanya pelestarian alam tersebut.
Pada awal tulisan ini saya katakan bahwa pejuang utama melawan kaum Kapital, Sosialis dan model kolonial lainnya di Indonesia adalah masyarakat tradisional. Mengapa masyarakat tradisional? Ada apa dengan masyarakat tradisonal? Kita ketahui bersama bahwa kolonialisme di Indonesia maupun di Negara lainnya menggunakan nilai dan strategi politik untuk mendapatkan kekayaan dan kejayaan. Dalam sejarah dikatakan bahwa setidaknya ada tiga misi yang dibawa oleh Negara Kolonial dalam melakukan ekspansi wilayah yaitu Gold, Glory dan Gospel (3G). Kalau dalam kajian akademik adalah Ekonomi Politik.
Begitu banyak kekayaan Indonesia yang terkuras oleh Negara lain hanya karena barang dagangannya laris di pasaran Indonesia. Belum lagi ketika yang diolah adalah bahan baku atau bahan mentah milik Indonesia kemudian di Jual untuk Warga Negara Indonesia (WNI) sendiri. Bukankah Negara mereka akan lumpuh jika prodaknya tidak laris terjual? Mereka hanya memiliki sedikit bahan baku, hanya saja mereka mampu mengelolah dan menciptakan pembeli yang banyak karena memiliki system ekonomi politik yang mapan. Untuk itu, bagi mereka (kaum tradisional) yang paham betul musuh di Negeri ini melakukan perlawanan dengan bergai cara, diantaranya adalah tidak menggunakan produk mereka, tidak mengikuti gaya hidup mereka yang hedon, tidak mengikuti system pendidikannya yang tidak sesuai dengan alam bawah sadar di Negeri ini yaitu hanya mengasah kemampuan nalar semata atau fisik semata untuk kepentingan dunia usaha sementara menggeser nilai-nilai etika dan Nasionalisme menuju individualisme.
Saya yakin bahwa kaum yang dianggap sebagai komunitas adat terpencil (KAT) adalah pejuang bangsa yang terkuat. Bangsa ini masih bertahan karena masih ada masyarakat adat yang berjuang keras untuk bangsa dan negeri ini.

Comments

  1. yah, saya sepakat. Perlawanan nyata kolonialisme seperti yang ustadz sampaikan adalah masayarakat adat itu...


    menggelitik!

    ReplyDelete

Post a Comment

شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم

Popular posts from this blog

Strategi Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib

BAB I PENDAHULUAN A.       Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota   Bani Sa’dah, Madinah.  

Kedudukan Ar-ra'yu sebagai Landasan Hukum Islam

Referensi Pada dasarnya umat Islam yang beriman Kepada Allah swt. Meyakini bahwa Sumber utama Ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis sudah sempurna. Firman Allah dalam Alquran sudah sempurna membahas aturan-aturan, hukum, ilmu pengetahuan (filsafat), kisah, ushul fiqh dan lain-lain. Begitu juga Hadis Rasulullah yang salah satu sifatnya menjadi penjelasan ayat-ayat dalam Alquran. Posisi Hadis adalah penjelas dan sumber kedua setelah Alquran.

Pendidikan Islam Pasca Runtuhnya Bagdad

I.               PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Kemunduran umat Islam dalam peradabannya terjadi pada sekitar tahun 1250 M. s/d tahun 1500 M.   Kemunduran itu terjadi pada semua bidang terutama dalam bidang Pendidikan Islam. Di dalam Pendidikan Islam kemunduran itu sebagian diyakini karena berasal dari berkembangnya secara meluas pola pemikiran tradisional. Adanya pola itu menyebabkan hilangnya kebebasan berpikir, tertutupnya pintu ijtihad, dan berakibat langsung kepada menjadikan fatwa ulama masa lalu sebagai dogma yang harus diterima secara mutlak (taken for garanted). Saat umat Islam mengalami kemunduran, di dunia   Eropa   malah   sebaliknya   mengalami   kebangkitan   mengejar ketertinggalan mereka, bahkan mampu menyalib akar kemajuan-kemajuan Islam.   Ilmu Pengetahuan dan filsafat   tumbuh   dengan   subur   di   tempat...