Skip to main content

Wanita (dalam posisinya)


Setelah membaca tulisan teman saya tentang “Kisah Wanita” yang dipost beberapa jam yang lalu, saya justru sangat gatal untuk berkomentar. Reaksiku membaca tulisannya sangat ekpresip dan akan kuikuti tulisan itu setiap ada komentar, yaa minimal 2 hari sekali aku chek. Aku tertarik karena merasa telah mendapatkan pembanding dari tulisanku sebelumnya yang juga membahas wanita. Yang pertama adalah tulisan yang mengangkat kodrat waita yaitu “wanita antara harapan dan tantangan” dan pada tulisan selanjutnya aku terinspirasi oleh tulisan temanku juga sehingga menulis artikel “Iblis kalah oleh wanita dalam hal menggoda”.

Tulisanku di atas belum bisa disebut anti tesa apalagi sintesa dari tulisan sahabatku tentang “Kisah Wanita” maupun dua tulisanku sebelumnya, tapi ini hanyalah sebagai komentar-komentar kecil yang memberi pelengkap dan warna baru pada tulisanku. Boleh dibilang, ini adalah revisi tulisanku yang lama terpendam dan mungkin oleh pribadiku sendiri sudah hampir lupa kalau 2 tulisan itu (yang disebut di atas) adalah karyaku beberapa bulan yang lalu.
Saya hanya ingin berkomentar tentang wanita sebagai respon balik 4 tulisan yang telah disebutkan di atas pada masing-masing link, 2 karya tulis milik temanku dan 2 di antaranya adalah karya tulisku sendiri.
"Dalam Islam, (al-Qur’an), Arrijalu kawwamuna alan Nisa, berarti laki-laki memiliki posisi yang lebih baik (Derajat 2 : 1). mungkin ketika orang Islam ditanya, mereka akan menjawab bahwa Islam itu mengangkat derajat wanita[1], tapi kok malah masih setengah dibanding laki-laki[2]?, bukankah sekarang ada lagi yang lebih baru yang dikumandangkan oleh barat bahwa - konsep yang terbaik adalah setara (kesetaraan gender)". Islam harus menyesuaikan donk?
Sebagai pembandingnya, saya akan bercerita bahwa Sahabat saya ada yang sering terjebak oleh pesona wanita > dalam suatu kondisi ia mengatakan wanita itu sumber inspirasi > pada kondisi lain, ketika ia jatuh karena wanita lalu mengatakan wanita itu benalu > lantaran ada wanita yang mampu memberinya semangat untuk memperbaiki diri lalu mengatakatan wanita itu kekuatanku > namun karena suatu kondisi yang menimpanya sehingga ia kembali mengatakan wanita itu tidak lain adalah penghalang kesuksesan (Versi Muda). Seorang sahabatku yang mengaku dan diakui sebagai penganut paham filsafat logika mengatakan “Perempuan adalah Racun Dunia”.
Saya tidak tau sampai kapan ada kesimpulan pasti tentang perempepuan?. Perempuan itu direspon baik atau buruk tergantung dari sifat, sikap dan budinya oleh para lelaki yang egois. Hanya keadaan (baik atau buruknya tingkah laku, sifat atau budi) yang akan mengubah kesimpulannya tentang wanita.
Wacana seperti ini "kalau perempuan tertindas, negara akan hancur, tapi sebaliknya jika perempuan mempimpin negara perlahan akan hancur" itu sekedar wacana. jadi menanggapinya, biarlah wanita berperan sesuai dengan kodratnya.
Adalagi wacana bahwa "dalam Islam, Arrijalu kawwamuna alan Nisa[3], berarti laki-laki memiliki posisi yang lebih tinggi. mungkin ketika orang Islam ditanya, mereka akan menjawab bahwa Islam itu mengangkat derajat wanita, tapi kok malah masih setengah dibanding laki-laki?, bukankah sekarang ada lagi yang lebih baru yang dikumandangkan oleh barat bahwa - konsep yang terbaik adalah setara (kesetaraan gender)[4]". Apakah konsep Barat tentang Kesetaraan Gender mengalahkan Islam?. Kujawab itu dengan “Islam telah menempatkan sesuatu pada tempatnya sehingga ia seimbang, salah satu buktinya adalah jika seorang anak diminta taat pada orang tua, maka seorang ibu memiliki 3 : 1 keutamaan dari seorang ayah.
Sebagai penutup, saya ingin mengingatkan apa yang telah tertuang pada Q.S. An-Nisa (4) : 34 bahwa perempuan-perempuang yang baik dan akan memperbaiki minimal keluarga, hingga baik pada lingkungan bahkan baik pada bangsa dan negara adalah mereka (perempuan-perempuan) yang sholeh, yaitu mereka yang taat kepada Allah dan mereka mampu menjaga diri.


[1] Dalam catatan sejarah disebutkan bahwa wanita pada zaman jahiliyah berada pada derajat yang sangat hina, namun setelah Islam datang. Wanita menjadi sangat mulia. Derajatnya menjadi tinggi, salah satu contohnya adalah menghormati seorang ibu keutamaannya 3 kali lebih utama dari seorang ayah.
[2] Q. S. An-Nisa 4 : 34 (Terjemah Versi Departemen Agama Terbitan PT. Toha Putra tahun 2002) bahwa “…. Karena Allah telah melebihkan sebagain atas mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (Perempuan). Untuk lebih jelas dan tegasnya mohon pembaca lihat langsung ayat yang dimaksud secara utuh.
[3] Lihat Q.S. An-Nisa 4 : 34.
[4] Sebenarnya kalau pribadi mengkaji, kesetaraan Gender lebih pada tuntuta persamaan hak.

Comments

  1. karena kemampuan para wanita yang 'beyond thinking' maka saya nobatkan bahwa sebenarnya mereka gak perlu teriak2 emansipasi dsb, karena mereka jelas lebih jauh langkahnya dari pada para pria :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul > menempatkan sesuatu pada tempatnya adalah hal yang paling tepat. ketetapan itu sudah disebutkan dalam Islam

      Delete
  2. Ini menarik, referensiku soal wanita bertambah setelah membaca ini...

    ReplyDelete
    Replies
    1. referensi sich bertambah komandan! tapi soal pernyataan, wacana diatas > sepakat atau tidak? mungkin ada anti tesa atau sintesa gitu lho

      Delete
  3. couldn't agree more!

    sebetulnya tak perlu lah itu kesetaraan gender segala. dalam Islam, sudah jelas posisi wanita itu sangat mulia, mulia sekali. Ibu, ibu, ibu, baru ayah. And it's very clear that a mother, indeed is a woman..

    ReplyDelete
    Replies
    1. kok tidak sepakat kak?. hehehe, tapi apa yang kak Dinis sebut itu adalah kesimpulan dari tulisan ini. "sebetulnya tak perlu lah itu kesetaraan gender segala. dalam Islam, sudah jelas posisi wanita itu sangat mulia, mulia sekali. Ibu, ibu, ibu, baru ayah.".

      makasih udah berkunjung kesini yah kak!

      Delete
    2. "couldn't agree more" itu artinya setuju banget hehehhe

      Delete
    3. hehehe, aku dikit salah memahami kata, tapi yg saya lihat komentarnya nyambung n cocok dengan opiniku. makanya aku penasaran, saya yang salah nulis atau saya salah baca?.

      Delete

Post a Comment

شُكْرًا كَثِرًا
Mohon titip Komentarnya yah!!
وَالسَّلامُ عَليْكُم

Popular posts from this blog

Strategi Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib

BAB I PENDAHULUAN A.       Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota   Bani Sa’dah, Madinah.  

Kedudukan Ar-ra'yu sebagai Landasan Hukum Islam

Referensi Pada dasarnya umat Islam yang beriman Kepada Allah swt. Meyakini bahwa Sumber utama Ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis sudah sempurna. Firman Allah dalam Alquran sudah sempurna membahas aturan-aturan, hukum, ilmu pengetahuan (filsafat), kisah, ushul fiqh dan lain-lain. Begitu juga Hadis Rasulullah yang salah satu sifatnya menjadi penjelasan ayat-ayat dalam Alquran. Posisi Hadis adalah penjelas dan sumber kedua setelah Alquran.

Dasar-dasar Pendidikan Islam

DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM (Tinjauan al-Qur'an dan Hadis) Oleh : Kelompok 2 A.    Pendahuluan Islam mempunyai berbagai macam aspek, di antaranya adalah pendidikan (Islam). Pendidikan Islam bermula sejak nabi Muhammad Saw, menyampaikan ajaran Islam kepada umatnya. [1]   Pendidikan adalah proses atau upaya-upaya menuju pencerdasan generasi, sehingga menjadi manusia dalam fitrahnya. Itu artinya bahwa pendidikan merupakan conditio sine quanon yang harus dilakukan pada setiap masa. Berhenti dari gerakan pendidikan berarti   lonceng kematian (baca; kemunduran atau keterbelakangan) telah berbunyi dalam masyarakat atau negara.